Posko Orang Hilang Polres Banjarnegara Terima 14 Laporan dari Masyarakat
Sebanyak 14 laporan telah diterima Posko Pengaduan Orang Hilang terkait pembunuhan oleh Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang di Banjarnegara. Dari 12 jenazah korban Slamet, 3 di antaranya sudah teridentifikasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Posko Pengaduan Orang Hilang terkait dengan kasus pembunuhan berencana oleh Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, telah menerima 14 laporan dari masyarakat. Kepolisian meminta pelapor melengkapi sejumlah berkas serta data pendukung.
”Kami sudah mendapatkan informasi dari masyarakat yang merasa anggota keluarganya hilang. Total semuanya ada 14. Ada yang menelepon, ada yang menggunakan WA (Whatsapp),” kata Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto, Kamis (6/4/2023), di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Hendri menyampaikan, laporan-laporan orang hilang itu, antara lain, berasal dari Lampung, Palembang (Sumatera Selatan), serta Wonosobo dan Magelang (Jateng). Data yang diperlukan untuk pelengkap laporan, antara lain, kartu tanda penduduk, ijazah, juga foto korban saat tersenyum atau terlihat barisan gigi depannya.
Sebelumnya diberitakan, Polres Banjarnegara membongkar kasus penipuan berkedok penggandaan uang yang berujung pada pembunuhan. Pembunuhan itu dilakukan Slamet Tohari atau biasa dipanggil Mbah Slamet, warga Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Polisi telah menemukan 12 jenazah korban yang dibunuh Slamet dan dikubur di lahan perkebunan di Desa Balun.
Menurut Hendri, dari total 12 jenazah korban yang ditemukan, ada tiga jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi. Korban pertama yang sudah teridentifikasi adalah Paryanto yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Jenazah Paryanto telah diambil oleh pihak keluarga.
Sementara itu, dua jenazah lainnya adalah pasang suami-istri Irsyad dan Wahyu Tri Ningsih yang berasal dari Lampung. Hendri menyebut, keluarga suami-istri itu sedang dalam perjalanan dari Lampung menuju Banjarnegara.
Dia menambahkan, karena datanya sudah cocok, jenazah keduanya juga akan diserahkan kepada keluarga. ”Memang hampir semuanya sudah cocok. Tinggal nanti secara teknis diatur proses pengembaliannya,” ucap Hendri.
Saat ditanya terkait kemungkinan adanya jenazah lain yang belum ditemukan, Hendri menyebut, berdasasar pengakuan tersangka, hingga saat ini jumlah korban yang dibunuh sebanyak 12 orang. Saat ini, kepolisian juga masih fokus pada identifikasi jenazah yang telah ditemukan. ”Kami fokus pada pengembalian mayat. Kami mau mengungkap identitasnya,” ujarnya.
Salah seorang warga yang melapor ke Posko Pengaduan Orang Hilang di Polres Banjarnegara adalah Nuanurohman (39), warga Dieng, Kabupaten Wonosobo. Dia datang ke posko untuk mencari ayah mertuanya, Edi Juwono (62), yang telah hilang sejak 3 Oktober 2022.
”Bapak pamitnya ke Jawera atau perbatasan Wonosobo dengan Banjarnegara menggunakan bus,” kata Nuanurohman.
Dari total 12 jenazah korban yang ditemukan, ada tiga jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi.
Di posko tersebut, anak sulung dari Edi Juwono, yaitu Lisdina Purwindi (38), yang juga istri Nuanurohman, diambil darah, air liur, serta foto barisan giginya untuk keperluan pengecekan DNA.
”Keluarga berharap Bapak ditemukan. Keluarga selama ini tidak tahu. Kalau masih hidup di mana dan kalau, misalnya, udah tidak ada itu di mana,” ujar Nuanurohman.
Menurut Nuanurohman, pihak keluarga sudah melapor ke kepolisian di Wonosobo serta sejumlah pihak lain, misalnya Basarnas. Namun, hingga sekarang keberadaan Edi Juwono belum diketahui.
Nuanurohman pun menduga ayah mertuanya turut menjadi korban Slamet Tohari. ”Kalau kecurigaan saya, Bapak itu ikut mengantar teman atau yang lain, lalu ikut jadi korban. Kalau masalah uang, Bapak saya kayaknya cukup karena untuk per bulan sudah ada dana pensiun Bapak,” katanya.