Pembunuhan oleh Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara, Umur Korban 25-50 Tahun
Kepolisian Daerah Jawa Tengah lewat DVI telah mengidentifikasi usia dan jenis kelamin korban pembunuhan Slamet Tohari, dukun gadungan di Banjarnegara. Usia mereka 25 tahun sampai 50 tahun.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO, KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 9 dari 12 jenazah korban pembunuhan Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, teridentifikasi jenis kelamin dan usianya. Mereka terdiri dari 6 laki-laki dan 3 perempuan dengan rentang usia 25 tahun hingga 50 tahun. Bagi masyarakat yang kehilangan anggota keluarga diharapkan melapor ke kepolisian di wilayah Polda Jateng.
”Sembilan jenazah itu terdiri dari 6 laki-laki dan 3 perempuan yang rata-rata umurnya 40 tahun dan 50 tahun. Untuk tiga perempuan umurnya 25-35 tahun,” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi di Semarang, Rabu (5/4/2023). Luthfi memaparkan hasil pemeriksaan yang dilakukan tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Polda Jateng.
Seperti diberitakan sebelumnya, kasus penipuan berkedok penggandaan uang, yang kemudian berujung pada pembunuhan 12 korban, diungkap Polres Banjarnegara. Pelakunya Slamet Tohari atau yang biasa dipanggil Mbah Slamet, warga Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara.
Terungkapnya kasus ini berawal dari laporan hilangnya korban Paryanto (53), laki-laki asal Sukabumi, Jawa Barat. Korban sempat mengirim pesan kepada anaknya tentang keberadaannya di rumah Slamet. Menindaklanjuti informasi dalam pesan itu, polisi menemukan jenazah korban yang dibunuh Slamet dengan cara diracun dan sudah dikubur di kebun. Dari situ ditemukan pula 11 korban lain yang sebelumnya dibunuh Slamet. Total ada 12 korban yang dibunuhnya.
Dari hasil penggalian di setiap liang di kebun singkong milik Slamet, ditemukan botol air mineral. ”Dari hasil pengungkapan secara medis, didapati bahwa mereka mati lemas, tidak ada unsur kekerasan,” kata Luthfi.
Dari pengakuan tersangka dan hasil analisis kepolisian di lokasi, ditemukan informasi bahwa satu jenazah merupakan warga asal Gunungkidul berjenis kelamin laki-laki dan dikubur di liang nomor dua. ”Kemudian dua warga Tasikmalaya berjenis berkelamin laki-laki dan perempuan dikubur di liang nomor tiga. Satu liang dua mayat,” katanya.
Selanjutnya, ada dua jenazah warga asal Jakarta berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dikubur di liang yang sama di liang nomor empat. Lalu ada dua warga Palembang, salah satunya bernama Mulyadi, dikubur bersama pacarnya di liang nomor lima. Kemudian ada dua warga Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dikubur di liang nomor satu.
Merujuk identifikasi tersebut, Luthfi meminta kepada masyarakat dari Gunungkidul, Tasikmalaya, Jakarta, Palembang, dan Yogyakarta yang merasa anggota keluarganya hilang atau belum ditemukan segera menghubungi kepolisian, khususnya ke Polres Banjarnegara. Hal ini penting untuk dilakukan pendataan antemortem (data sebelum meninggal).
”Ini untuk memastikan bahwa benar jenazah itu adalah keluarganya,” kata Luthfi.
Selain sembilan jenazah tersebut, kepolisian juga sudah mengidentifikasi satu jenazah lain bernama Paryanto (53) asal Sukabumi dan telah diambil keluarganya. Adapun dua jenazah yang ditemukan pada Selasa (4/4/2023), dari keterangan sementara tersangka saat jumpa pers di lokasi, korban merupakan laki-laki bernama Irsyad dan perempuan asal Lampung.
Dari hasil pengungkapan secara medis, didapati bahwa mereka mati lemas, tidak ada unsur kekerasan. (Ahmad Luthfi)
Luthfi juga menyampaikan, para korban antara lain dijanjikan penggandaan uang. Misalnya ada yang menyetor Rp 50 juta dijanjikan akan digandakan menjadi Rp 6 miliar.
”Padahal dia tipu-tipu itu dukun. Begitu ditagih, dia gelap mata dengan modus operandi seperti itu. Begitu ditagih, kepepet, diundang, diajak ke rumahnya, kemudian dikasih minuman dengan janji apabila Anda kuat, nanti uangnya akan digandakan. Padahal, begitu minum, dia lemas, lalu dikubur,” tuturnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Bintoro Thio menyampaikan, dalam aksinya, tersangka Slamet terus merayu korban selama korban masih memiliki uang. Ia terus memberikan iming-iming untuk melipatgandakan uang korban. Namun, ketika uang habis dan korban mulai curiga lalu menagih, maka korban akan dibunuh.
”Dia (Slamet) selama korban masih punya duit, maka ditarik-ulur, tarik-ulur. Kalau sudah akhir dan korban sadar ditipu, tersangka mulai khawatir (lalu direncanakan membunuh),” kata Bintoro.
Sebelumnya, Ahmad Hidayat (28) dari Palembang menyampaikan, Mulyadi (46), sang kakak yang sehari-hari bekerja sebagai developer bangunan dan perumahan, hilang sejak Oktober 2021. Sang kakak sempat mengirimkan lokasinya lewat aplikasi Whatsapp kemudian seminggu setelah itu hilang.
Hidayat berharap, pelaku dihukum seberat-beratnya. ”Kalau bisa hukumannya seumur hidup atau hukuman mati karena korbannya banyak,” kata Hidayat saat menghadiri pemakaman para korban di tempat pemakaman umum Desa Balun, Selasa siang.