Penipuan Penggandaan Uang Berujung Pembunuhan di Banjarnegara, Korban Lebih dari 5 Orang
Pelaku penipuan dengan modus penggandaan uang di Banjarnegara, Jawa Tengah, nekat melakukan pembunuhan karena kesal ditagih oleh korban. Jumlah korban pembunuhan diduga lebih dari lima orang.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS – Kepolisian Resor Banjarnegara, Jawa Tengah, mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan pelaku penipuan dengan modus penggandaan uang. Pelaku penipuan itu nekat membunuh korban karena kesal akibat sering ditagih hasil penggandaan uang. Jumlah korban pembunuhan itu diduga lebih dari lima orang.
Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto, Senin (3/4/2023), mengatakan, pelaku utama dalam kasus tersebut adalah seorang laki-laki berinisial TH (45) alias Slamet.
“Polres Banjarnegara mengungkap perkara tindak pembunuhan berencana yang dilakukan oleh TH alias Mbah Slamet, umur 45 tahun, asal Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara,” ujar Hendri dalam konferensi pers di Banjarnegara.
Hendri memaparkan, kasus pembunuhan ini berawal dari laporan hilangnya seorang korban berinisial PO (53) asal Sukabumi, Jawa Barat. Menurut keterangan keluarga korban, pada Kamis (23/3), PO berangkat ke Banjarnegara untuk menemui Slamet. Saat sampai di rumah Slamet, korban yang berjenis kelamin laki-laki itu sempat mengirimkan pesan melalui aplikasi WhatsApp kepada anaknya.
Dalam pesan itu, PO sempat mengatakan, jika dirinya tidak ada kabar selama beberapa hari, sang anak diminta datang ke rumah Slamet bersama aparat. “Ini di rumahnya Pak Slamet. Buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek, misal ayah tidak ada kabar sampai Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat,” ujar Hendri membacakan pesan tersebut.
Pada Jumat (24/3), PO mulai tidak bisa dihubungi karena telepon selulernya tidak aktif. Pihak keluarga kemudian melaporkan kasus ini kepada Polres Banjarnegara pada Senin (27/3). Kepolisian kemudian menelusuri lokasi Slamet dan melakukan penyelidikan.
Berdasarkan hasil penyelidikan itu, terungkap bahwa PO telah dibunuh oleh Slamet dan jenazahnya sudah dikuburkan. "Korban telah dikubur di jalan setapak menuju ke hutan di Wanayasa," ungkap Hendri.
Kasus pembunuhan ini berawal dari laporan hilangnya seorang korban berinisial PO (53) asal Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut Hendri, pembunuhan itu berkait dengan aksi penipuan yang dilakukan Slamet. Selama lima tahun terakhir, Slamet mengaku sebagai dukun yang bisa menggandakan uang. Salah satu korban yang terperdaya adalah PO. Bahkan, PO sudah sudah berkali-kali menyerahkan uang dengan total Rp 70 juta.
Namun, karena praktik penggandaan uang itu tak kunjung membuahkan hasil, PO berkali-kali menagih kepada Slamet. Karena kesal, Slamet akhirnya membunuh korban dengan cara diracun. "Korban terus menagih mana hasil penggandaan uangnya. Akhirnya tersangka kesal dan memberikan minuman isinya potas kepada korban," papar Hendri.
Dibantu orang lain
Hendri menambahkan, dalam menjalankan aksinya sebagai dukun pengganda uang, tersangka dibantu oleh seseorang berinisial BS (33). BS bertugas mengunggah informasi bahwa Slamet merupakan dukun pengganda uang ke media sosial.
"Satu tahun lalu, BS ini meng-upload ke Facebook. Isinya bahwa Slamet ini adalah orang pintar yang bisa menggandakan uang. Akhirnya korban yang meninggal dunia ini tertarik," tutur Hendri.
Dia menambahkan, Slamet dijerat dengan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukuman terberat untuk dia adalah hukuman mati.
Sementara itu, Slamet mengatakan, PO menyerahkan uang kepada dirinya secara bertahap. Dari total uang sebanyak Rp 70 juta itu, Slamet berjanji akan menggandakan uang hingga mencapai Rp 5 miliar.
"Uang Rp 70 juta itu berangsur-angsur. Pertama Rp 20 juta, lalu Rp 10 juta, terus sampai Rp 70 juta. Saya janjikan jadi Rp 5 miliar," kata Slamet.
Slamet menyebut, uang yang didapatnya dari hasil penipuan itu dipakainya untuk membayar utang. Dia juga mengakui, korban yang ditipunya dengan modus penggandaan uang itu bukan hanya PO. Menurut pengakuan Slamet, dia telah menipu lima orang korban.
Pada Senin siang, Satuan Reserse Kriminal Polres Banjarnegara bersama tim Inafis melakukan penggalian di dekat lokasi penemuan jenazah PO. Berdasarkan pantauan Kompas, hingga pukul 14.00, ditemukan lebih dari lima jenazah yang sudah membusuk serta tinggal tulang-belulang.
Jenazah-jenazah itu diduga merupakan korban pembunuhan yang dilakukan oleh Slamet. Dalam proses penggalian itu, Slamet menunjukkan lokasi penguburan jenazah-jenazah tersebut.
Peristiwa di Banjarnegara ini menyerupai pola penipuan bermodus penggandaan uang yang dilakukan oleh komplotan Wowon, yang terungkap pada Januari 2023. Salah satu anggota komplotan ini, Solihin alias Dulloh (63) berperan sebagai dukun yang mengaku dapat menggandakan uang. Sedikitnya ada sembilan korban, yang sebagian besar berlatar belakang tenaga kerja wanita (TKW), dibunuh komplotan ini untuk menutupi jejak kejahatan mereka.
Kejahatan komplotan Wowon ini terungkap setelah ditemukannya seorang ibu dan dua anaknya yang tewas di sebuah rumah kontrakan di Ciketing Udik, Bekasi, Jawa Barat. Mulanya, kematian Ai Maimunah (40), Ridwan Abdul Muiz (23), dan Muhammad Riswandi (17), itu diduga karena keracunan. Namun, setelah penyelidikan, polisi mengungkap peran Wowon (60), yang juga suami Ai Maimunah, sebagai pembunuh istri dan dua anak sambungnya itu.
”Ada fakta baru bahwa narasi yang dikembangkan mati keracunan tidak benar, tetapi itu pembunuhan,” kata Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/1).
Korban pembunuhan tak berhenti di tiga orang itu. Ada enam orang yang ternyata dibunuh di luar Bekasi, di antaranya lima korban di Cianjur dan satu korban terakhir berada di Garut, Jabar (Kompas.id, 20/1/2023).