Para pelaku menyebut kegiatan mereka sebagai ”perjalanan perjuangan pembunuhan”. Mereka menjalankan praktik penipuan dengan bumbu supranatural kepada korban yang tertipu janji meraih kesuksesan dan kekayaan secara kilat.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kematian tiga orang sekeluarga di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, terungkap sebagai kasus pembunuhan. Selain ketiga korban, diketahui juga ada enam korban tewas lain di tangan pembunuh yang sama. Kesembilan orang itu sengaja dibungkam karena mengetahui praktik penipuan oleh sindikat yang mengincar harta korbannya.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran memimpin rilis hasil pengembangan penyidikan kasus lima anggota keluarga yang ditemukan keracunan di Bekasi pada Kamis (12/1/2023).
Tiga orang berinisial AM (40) serta dua anaknya, RA (23) dan MR (17), meninggal. Sementara itu, NR (5) dan MDS (34) selamat meski ikut keracunan. NR adalah buah hati AM dan suami keduanya yang bernama Wowon Erawan alias Aki. Sementara MDS atau Dede merupakan adik dari AM. Kelima orang ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
”Ada fakta baru bahwa narasi yang dikembangkan mati keracunan tidak benar, tetapi itu pembunuhan,” kata Fadil dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Temuan ini terungkap dari penemuan dan pemeriksaan sejumlah saksi dan barang bukti oleh kolaborasi kepolisian dengan tim kedokteran dan psikolog forensik. Dugaan pembunuhan menguat karena ditemukannya sisa bungkus pestisida di bakaran sampah belakang rumah. Kandungan bahan beracun yang sama juga muncul di cairan kopi, muntahan, dan kotoran yang tercecer di dalam rumah tempat para korban terkapar.
Pada jasad korban meninggal juga ditemukan luka di wajah, seperti bekas cekikan. Selain itu, tim penyidik juga menemukan adanya galian lubang tanah dengan ukuran 1 meter x 2 meter dan kedalaman 2 meter di belakang rumah.
”Setelah fakta-fakta saintifik, olah TKP, hasil labfor, dan visum et repertum terkumpul, kami cari pelaku. Hasil investigasi menemukan bahwa pelaku adalah Wowon alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede. Ketiganya orang dekat para korban. Bahkan, salah satu pelaku adalah suami salah satu korban,” ujar Fadil.
Ketiga tersangka sementara ini dipersangkakan dengan Pasal 340 Kitab Undang- undang Hukum Pidana tentang Pembunuhan Berencana. Wowon dan Duloh ditangkap di Cianjur dan telah diamankan. Dede yang masih dirawat di RS Polri Kramatjati menjadi pelaku langsung dalam kasus pembunuhan di Bekasi.
Setelah dapat korban, ambil uang korban, ketika enggak sukses dan protes, Aki lapor ke Duloh. Duloh yang mengeksekusi dengan kasih minum racun. Orang yang tahu juga akan dikasih racun.
Penipuan
Tidak selesai di situ, polisi masih mendalami tindak pidana lain di balik pembunuhan berantai tersebut. Kepada polisi, tersangka menyebut kegiatan mereka sebagai ”perjalanan perjuangan pembunuhan”. Mereka rupanya menjalankan praktik penipuan dengan bumbu supranatural kepada korban yang mau dijanjikan kesuksesan dan kekayaan.
”Awalnya penipuan, dikasih janji dan motivasi kesuksesan hidup. Setelah korban serahkan harta benda mereka, lalu dihilangkan (nyawanya). Ini termasuk saksi-saksi yang mengetahui,” kata Fadil.
Dalam menjalankan aksinya, Wowon dan Duloh menarasikan diri mereka memiliki kemampuan untuk meningkatkan kekayaan. Keduanya mengelabui korban dengan meminta uang dan berjanji bisa melipatgandakannya.
”Setelah dapat korban, ambil uang korban, ketika enggak sukses dan protes, Aki lapor ke Duloh. Duloh yang mengeksekusi dengan kasih minum racun. Orang yang tahu juga akan dikasih racun,” katanya.
Peran tersangka Dede, dijelaskan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Hariyadi, adalah mengumpulkan dana korban dari kalangan tenaga kerja wanita (TKW).
”Dede mengumpulkan dana dari TKW di luar negeri. Mereka dijanjikan ketika sampai ke Indonesia ada rumah bagus dan sebagainya. Kemudian, hasil pengakuan tersangka, mereka sudah bunuh enam orang di luar TKP di Bekasi,” ujarnya.
Pembunuhan berantai
Polisi dan tim interkolaborasi, seperti kedokteran dan psikolog forensik, terus melakulan pendalaman di lapangan. Sejauh ini, di Cianjur, polisi sudah membongkar tiga tempat korban lain dikuburkan. Mereka disemayamkan di tempat tidak layak, ada yang di samping kamar mandi, bahkan dikubur dengan coran di dalam rumah tersangka.
Enam orang yang dibunuh di luar Bekasi, di antaranya, empat korban di Cianjur. Salah satunya adalah bocah berusia dua tahun bernama Bayu yang dikubur di samping rumah Duloh. Lalu, ada dua lubang tempat Noneng dan Wiwin yang sudah menjadi kerangka dikubur pada 2020. Ada juga lubang lain yang berisi kerangka tulang perempuan atas nama Farida.
Berdasarkan pengakuan tersangka, masih ada satu korban lagi yang dikubur di Cianjur yang hingga kini masih dicari polisi. Satu korban terakhir berada di Garut, Jawa Barat, yang dikuburkan secara layak setelah ditemukan warga mati di laut.
”Korban sebagian besar keluarga tersangka, ada mertua, anak, dan istri. Lalu, ada dua korban TKW yang kirim uang ke tersangka. Ini terus kami adakan penyelidikan berkesinambungan. Tim masih di Cianjur untuk melihat apa motif sebenarnya. Mengapa harus ada anak dua tahun dibunuh, ada yang umur lima tahun diracun?” ujar Hengki.
Upayakan mengenal lebih jauh orang yang baru kita kenal agar terhindar dari praktik-praktik penipuan. Kalau kenal partner in crime seperti ini tidak hanya akan rugi materi, tetapi juga kehilangan nyawa (Fadil Imran).
Fitrianti, psikolog klinis dari Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor), pada kesempatan sama menyampaikan, timnya bersama kepolisian akan ikut melakukan otopsi psikologi terhadap para tersangka. ”Kami perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengambil kesimpulan,” katanya.
Modus penipuan serupa pernah terjadi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pelaku penipuan berinisial IS, yang dikenal sebagai paranormal, mengaku bisa menggandakan uang kepada para korban. Penipuan itu ia lakukan terhadap Lasman (31), petani sayur asal Desa Sukomakmur.
Lasman awalnya meminta IS menggandakan uangnya sebesar Rp 200.000. Uang itu pun berhasil bertambah menjadi Rp 300.000. Beberapa waktu kemudian, Lasman berniat menggandakan uangnya senilai Rp 25 juta setelah menggadaikan mobilnya.
Bukannya untung, Lasman justru diracun dengan larutan potasium sianida yang dibilang IS sebagai air doa. Lasman pun tewas karena diracun pada 10 November 2021 (Kompas, 19/11/2021).
Kasus yang menyabet perhatian publik lainnya adalah Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur, 2017. Dimas Kanjeng menyuruh anak buahnya membunuh dua santrinya yang akan membeberkan penipuan penggandaan uang yang dilakukannya (Kompas.id, 1/8/2017).
Antisipasi dan penanggulangan
Terkait kasus Ciketing Udik, polisi kini membuka posko di Cianjur untuk para keluarga yang menduga kuat anggota keluarganya hilang karena ulah tersangka. Keluarga yang kehilangan juga diharapkan membawa data yang bisa menjadi pembanding untuk menemukan anggota keluarga yang hilang tersebut.
Fadil juga mengingatkan agar masyarakat tidak tergiur janji-janji untuk mendapatkan kekayaan atau kesuksesan dengan mudah dan cepat. Belajar dari kasus di Cianjur ini dan kasus serupa lainnya, pelaku tidak hanya bisa menimbulkan kerugian materi, tetapi juga menghilangkan nyawa.
”Upayakan mengenal lebih jauh orang yang baru kita kenal agar terhindar dari praktik-praktik penipuan. Kalau kenal partner in crime seperti ini tidak hanya akan rugi materi, tetapi juga kehilangan nyawa,” kata Fadil.