Pencarian Korban Longsor Serasan Kembali Diperpanjang
Pencarian korban longsor di Pulau Serasan, Natuna, diperpanjang untuk yang kedua kali hingga 18 Maret 2023. Dari total 54 korban, empat di antaranya belum ditemukan.
Oleh
PANDU WIYOGA, RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pencarian korban longsor di Pulau Serasan, Natuna, Kepulauan Riau, diperpanjang hingga 18 Maret 2023. Tahap perpanjangan pencarian yang kedua itu difokuskan untuk mencari empat korban yang belum ditemukan.
Bupati Natuna Wan Siswandi, Kamis (16/3/2023), mengatakan, pencarian korban pada hari ini memasuki tahap perpanjangan yang kedua. Sebelumnya, tahap perpanjangan yang pertama telah dilakukan pada 14-16 Maret.
Adapun longsor di Pulau Serasan terjadi pada 6 Maret lalu dan mengubur 30 rumah, termasuk warga yang sedang melakukan kerja bakti pembersihan lumpur di jalan aspal depan rumah.
”Setelah tahap perpanjangan pencarian yang kedua ini tidak akan ada perpanjangan lagi. Nanti tim satgas akan memberi pengertian kepada keluarga korban apabila hingga 18 Maret tidak ada penemuan korban lagi,” tutur Wan Siswandi.
Hingga 16 Maret, jumlah korban tewas akibat longsor di Kampung Genting, Desa Pangkalan, yang telah ditemukan sebanyak 50 orang. Masih ada empat korban longsor yang belum ditemukan.
Dalam kunjungan ke Sumatera Selatan pada 14 Maret, Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Henri Alfiandi mengatakan, longsor di Pulau Serasan mirip seperti banjir lumpur sehingga pencarian korban sulit dilakukan. Ia mengusulkan kepada pemerintah agar pencarian segera dihentikan.
Pengungsi
Menurut Wan Siswandi, jumlah pengungsi di Serasan juga terus menurun. Kini, jumlah pengungsi telah berkurang dari sekitar 2.800 orang menjadi lebih kurang 500 orang.
”Kami memang mendorong warga yang tinggal di zona aman untuk kembali ke rumah. Nanti, bantuan sembako kami distribusikan ke rumah mereka,” ujar Wan Siswandi.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita menyatakan, ada tiga zona di Serasan yang masih rawan longsor. Menurut dia, BMKG akan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mitigasi lanjut.
”Kami mendukung BNPB untuk edukasi masyarakat agar bisa melihat tanda-tanda (suatu lokasi akan) longsor. Kami sedang berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah Natuna dan Kepala Pelaksana BPBD Natuna untuk menguatkan peringatan dini,” kata Dwikorita pada 10 Maret lalu.
Meskipun Pulau Serasan Rawan longsor, pemerintah belum memiliki peta prakiraan gerakan tanah di wilayah tersebut. Penyelidik bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Anjar Heriwaseso, mengakui, PVMBG belum bisa membuat peta prakiraan gerakan tanah sampai detail untuk pulau terpencil seperti Serasan.
”Mungkin untuk Natuna dan sekitarnya nanti harus kami perhatikan sendiri. Kami buatkan petanya ke depan,” ujar Anjar pada 12 Maret lalu.