Sop Saudara dan Gantala Jarang Diusulkan Menjadi Warisan Budaya Tak Benda dari Sulsel
Sop saudara dan gantala jarang diusulkan menjadi warisan budaya tak benda dari Sulsel tahun ini. Selain kuliner, diusulkan juga badik hingga tata cara hubungan suami istri.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi Warisan Budaya Tak Benda
MAKASSAR, KOMPAS — Sajian kuliner sop saudara dan gantala jarang diusulkan sebagai bagian dari warisan budaya tak benda dari Sulawesi Selatan. Selain itu, ikut diusulkan juga tradisi lisan hingga kerajinan khas daerah dari sejumlah daerah di Sulsel.
Sop saudara adalah sajian makanan berkuah. Bahan utamanya adalah daging sapi dengan aneka rempah. Gantala jarang juga kuliner berkuah. Namun, bahan utamanya daging kuda.
Keduanya menjadi bagian dari 34 usulan dari sejumlah daerah di Sulsel untuk diajukan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB). Selain kuliner, beberapa kandidat lain adalah mattojang paccekke (upacara syukur pada Dewi Sri), tari pajaga gilireng, kerajinan adik, menre bola baru (ritual masuk rumah baru), dan tradisi lisan assikalaibineng(tata cara hubungan suami istri).
Tampilan dasbor yang dikerjakan kelompok peneliti Studi Kultura Indonesia untuk digitalisasi warisan budaya tak benda (WBTB). Program digitalisasi ini dilakukan bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini masih berlangsung. Ada 200 WBTB dari total 1.728 WBTB yang telah didigitalisasi. WBTB yang didigitalisasi adalah yang telah ditetapkan sebagai WBTB melalui surat keputusan dari Mendikbudristek. Foto diambil saat sosialisasi digitalisasi WBTB secara daring, Rabu (7/12/2022).
”Semua usulan itu akan kami kirimkan ke Direktur Perlindungan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ini adalah salah satu upaya penyelamatan dan merawat karya budaya,” kata Sekretaris Dinas Pariwisata dan Budaya Sulsel Devo Khaddafi, Senin (13/3/2023).
Pemerhati budaya sekaligus pakar filologi Universitas Hasanuddin, Nurhayati Rahman, mengingatkan, usulan ini semata-mata untuk penyelamatan budaya. Dia berharap hal ini tidak lantas menimbulkan saling klaim antarsuku dan berujung konflik.
Oleh karena itu, sebaiknya usulan WBTB ini nantinya tidak mengatasnamakan suku atau daerah tertentu, tetapi warisan masyarakat Sulsel. Ia mencontohkan tradisi sulapa eppa (empat sisi), yakni penggambaran semesta air, api, angin, dan tanah dan baju bodo.
”Yang harus diingat, ada banyak tradisi atau atraksi sama yang melekat dan dilakukan berbagai suku di Sulsel. Jangan sampai ada satu suku mengklaim suatu karya budaya yang juga diakui suku lain. Itu bisa menimbulkan perpecahan. Budaya diwariskan untuk mempersatukan, bukan memicu konflik,” katanya.