Imajinasi dan Daya Kritis dari Pameran Lukisan di Purbalingga
Dua ajang pameran lukisan digelar di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Karya-karya di dua pameran itu menunjukkan, kreativitas dan daya kritis warga terus mewarnai tanah kelahiran Jenderal Besar Soedirman tersebut.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pengunjung melihat pameran tunggal karya Bowo Leksono bertajuk "Gugat!" di Aula DPD Partai Golkar Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023).
Dua ajang pameran lukisan digelar di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, beberapa hari terakhir. Pegiat film Purbalingga, Bowo Leksono, menggelar pameran tunggal bertajuk ”Gugat!” yang mengkritik proyek-proyek mangkrak pemerintah. Adapun kelompok Kie Art menyajikan imaji tentang aneka kisah dongeng Nusantara melalui pameran ”Dongeng Nusantara”.
Pameran ”Gugat!” digelar di Aula Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Golkar Purbalingga pada 10-12 Maret 2023. Di aula berukuran sekitar 20 x 10 meter di pusat kota Purbalingga itu, Bowo memamerkan 15 lukisan beserta karya fotografi, sketsa, dan video proses pembuatan lukisan.
Karya-karya itu menggambarkan sejumlah proyek pemerintah yang mangkrak serta kerusakan lingkungan yang timbul akibat dampak pembangunan. Kritik sosial terhadap situasi yang jamak ditemui di Purbalingga dituangkan oleh Bowo ke kanvas.
Lukisan berjudul ”Greyal Greyol”, misalnya, menggambarkan ruas jalan dengan seribu lubang. Dalam lukisan berukuran 60 x 50 cm itu, Bowo menggambar jalan aspal hitam dengan kolam-kolam cokelat kubangan lubang.
Pengunjung melihat pameran tunggal karya Bowo Leksono bertajuk "Gugat!" di Aula DPD Partai Golkar Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023).
Lukisan lain yang berjudul ”Galian Gali” menggambarkan hamparan sungai yang dipenuhi truk serta eksavator penggali pasir dan batu di sekitar Sungai Serayu di kawasan Purbalingga.
Ada pula lukisan ”Sepi Nyeyet” yang menggambarkan runway atau landasan bandara yang sunyi karena tidak ada pesawat terbang di sana. Lukisan ini dibuat untuk mengkritik dibuka-tutupnya Bandara Jenderal Besar Soedirman, Purbalingga, selama dua tahun terakhir.
Selain itu, Bowo juga membuat lukisan berjudul ”Krak” yang menggambarkan mangkraknya bangunan Purbalingga Islamic Center akibat kasus korupsi bekas Bupati Purbalingga, Tasdi, yang ditangkap KPK pada tahun 2018.
Bowo mengatakan, lukisan-lukisan tersebut memang dibuat untuk mengkritisi kondisi lingkungan dan pembangunan di Purbalingga. Dia mengaku tak mengangkat masalah itu melalui film karena pembuatan film membutuhkan waktu lama.
”Kalau difilmkan, akan banyak kendala selain masalah waktu. Ini, kan, tema yang sebenarnya setiap hari sudah dilihat oleh masyarakat. Mereka motret dan memvideokan, lalu di-posting di media sosial,” kata Bowo.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Suasana pameran tunggal karya Bowo Leksono bertajuk "Gugat!" di Aula DPD Partai Golkar Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023).
Ketua DPD Partai Golkar Purbalingga Tenny Juliawaty menyebut, pameran lukisan karya Bowo itu patut diapresiasi. Sebab, lukisan-lukisan tersebut bisa menjadi pengingat mengenai beragam persoalan yang terjadi di masyarakat.
”Ini pameran yang penting ya sehingga perlu diapresiasi dengan baik. Kami tidak hanya memberi ruang pamer, tapi juga dengan cara memiliki karya-karya yang dipamerkan. Hal ini sekaligus agar kami yang ada di partai politik ini selalu ingat apa yang masih belum beres di masyarakat,” kata Tenny, yang membeli sejumlah lukisan Bowo.
Sejumlah pengunjung juga mengapresiasi karya Bowo karena berani mengkritik pemerintah. ”Luar biasa, keren, dan yang jelas ini berani mengkritik pemerintah. Semoga ke depan pemerintah bisa lebih baik,” kata El Permana (30), warga Purbalingga, yang berkunjung ke pameran itu, Minggu (12/3/2023).
Karya-karya Bowo menggambarkan sejumlah proyek pemerintah yang mangkrak serta kerusakan lingkungan yang timbul akibat dampak pembangunan.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Suasana pameran tunggal karya Bowo Leksono bertajuk "Gugat!" di Aula DPD Partai Golkar Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023).
Muda-mudi desa
Sementara itu, kelompok Kie Art menggelar pameran bertema ”Dongeng Nusantara” di Village Galery Kie Art, Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, pada 11-20 Maret 2023. Lokasi galeri itu berjarak sekitar 14 kilometer arah timur dari Alun-alun Purbalingga.
Di galeri nan sejuk dan tenang itu, pemuda-pemudi desa setempat memvisualkan sejumlah dongeng Nusantara ke permukaan kanvas dengan warna-warna cerah nan ceria.
Lukisan karya Alexa (16) berjudul ”Dongeng Persahabatan Sapi dan Sang Raja Hutan”, misalnya, menggambarkan, wajah lembut singa sang raja hutan yang sedang bersandar pada seekor sapi. Pada latar bercorak kuning tampak puluhan satwa tersenyum menyaksikan persahabatan tersebut.
Lukisan ini tampaknya terinspirasi dari dongeng tentang persahabatan seekor singa bernama Candapinggala dengan sapi bernama Nandaka. Dalam keterangan lukisan itu disebut, Candapinggala merupakan raja margasatwa dan penguasa hutan yang menjalin persahabatan dengan Nandaka.
Karena persahabatan itu, sang raja hutan rela tidak makan daging dan justru mengonsumsi rumput. Namun, seekor serigala yang menjadi patih dari Candapinggala tidak rela rajanya makan rumput. Sebab, jika sang raja hutan makan rumput, serigala tidak bisa lagi makan daging sisa-sisa makanan rajanya.
Sang serigala pun mulai menghasut Candapinggala dan Nandaka hingga keduanya bertarung sampai mati. Kedua nyawa sahabat itu kembali ke kayangan, sedangkan tubuh mereka dimakan habis oleh serigala serta tentaranya. Namun, serigala itu justru mati kekenyangan dan nyawanya jadi kerak neraka sehingga terus mendapat siksaan.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pengunjung melihat pameran "Dongeng Nusantara" di Galeri Kie Art, Desa Sidareja, Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023).
Lukisan lain yang ditampilkan dalam pameran itu adalah karya Rakhma (19) yang berjudul ”Dewi Tantri dan Dongengnya”. Lukisan berukuran 100 x 80 cm itu menggambarkan seorang dewi yang menggendong sosok monyet serta dikelilingi banyak hewan.
Dalam deskripsi karya itu disebutkan, Dewi Tantri merupakan figur yang mampu menghadapi sosok yang tidak terpuji dengan kelemahlembutan, kesabaran, ketekunan, dan cinta kasih. Dengan cara itu, sosok yang tak terpuji itu justru bisa diubah menjadi lebih baik.
Ada juga lukisan warna-warni yang menggambarkan seekor burung bangau yang hendak menyantap ikan-ikan di sungai. Lukisan berjudul ”Dongeng Si Bangau Tamak” itu merupakan karya Elsi Ayu Lestari (18).
Menurut Elsi, lukisan itu memiliki pesan moral bahwa serapi-rapinya seseorang menutupi kesalahan, hal itu pasti akan terbongkar suatu saat nanti. ”Cerita ini saya baca di internet dan proses membuat lukisan ini sekitar dua minggu,” katanya.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Para pemudi Kie Art berfoto saat Pameran "Dongeng Nusantara" di Desa Sidareja, Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023).
Pegiat Kie Art, Slamet Santosa, mengatakan, pameran ”Dongeng Nusantara” bertujuan untuk memeriahkan hari dongeng sekaligus mengangkat dongeng yang ada di Nusantara. ”Karya dari pemuda-pemudi Kie Art ini untuk mengangkat dongeng Nusantara dari berbagai wilayah di Indonesia. Dongeng itu, kan, penuh edukasi moral yang baik,” ujar Slamet.
Meskipun memiliki gaya dan narasi berbeda, pameran ”Gugat!” dan ”Dongeng Nusantara” ikut memperkaya khazanah seni budaya di Purbalingga. Dua pameran tersebut juga menunjukkan, kreativitas dan daya kritis warga terus mewarnai pembangunan di tanah kelahiran Jenderal Besar Soedirman itu.