Meski pandemi, anak-anak dan remaja di Desa Sidareja, Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah, tetap berkreasi menghiasi tembok-tembok desa dengan lukisan dan kartun. Desa kartun ini diharapkan jadi destinasi wisata baru.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·6 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Lukisan tembok atau mural menghiasi sebuah mushala di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Pandemi Covid-19 memaksa anak-anak dan remaja belajar dan beraktivitas di rumah lewat gawai serta internet. Lewat menggambar dan mewarnai kartun di dinding-dinding kampung, mereka berkreasi mengusir kejenuhan di depan gawai. Di bawah dampingan seniman Kie Art Cartoon School, anak-anak dan remaja di Desa Sidareja, Purbalingga, tetap berkreasi mengembangkan diri.
”Lewat melukis jadi bisa membuang waktu luang, enggak hanya rebahan, main HP, atau nongkrong. Jadi ada kegiatan positif,” kata Pandu Alif Wicaksono (18), pemuda Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Pandu yang baru saja lulus SMK N 1 Kaligondang dari Jurusan Teknik Kendaraan Ringan semula tidak bisa melukis. Jika sehari-hari dia belajar tentang seluk-beluk mesin kendaraan, kini bersama teman-temannya, ia belajar memegang kuas, mencampur cat, dan menyapukannya di dinding.
”Awalnya, saya memang tidak bisa melukis. Dengan adanya sekolah kartun, saya bisa belajar dan sedikit-sedikit melukis. Saya melukis anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional dan anak bawa kayu bakar. Pertamanya benar-benar tidak bisa, harus belajar dulu,” tutur Pandu.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pemudi melukis di tembok sebuah mushala di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Lukisan kartun tematis kearifan lokal desa menghiasi dinding-dinding rumah warga, pos kamling, dan mushala. Di dinding Mushala As-Shobari tampak lukisan 9 kartun anak-anak dan kiai. Mereka memakai peci, bersarung, dan tersenyum lebar.
”Ini ceritanya tentang anak santri yang mengaji,” kata Yunti (16), siswi SMKN 1 Kaligondang jurusan Multimedia yang sedang menyelesaikan pewarnaan lukisan di dinding mushala itu.
Selain tema lukisan mainan tradisional dan aktivitas mengaji, ada pula lukisan aktivitas warga sekitar dalam memproduksi gula kelapa. Di salah satu pintu kios, terdapat lukisan seorang laki-laki dewasa naik ke atas pohon kelapa untuk mengambil air nira kelapa.
Kemudian, di dinding rumah yang berada di sampingnya, terdapat lukisan seorang laki-laki memikul bokor atau bambu yang berisi nira, sementara di dinding pagar rumah itu tergambar sketsa seorang ibu sedang mengolah air nira kelapa dengan tungku lengkap dengan kayu bakarnya.
”Ini gambar orang sedang masak air nira. Air nira diambil dari pohon kelapa untuk dibuat gula merah. Biasanya sulitnya saat mengaduk air nira sampai kental,” tutur Rahma (16) yang sedang menyelesaikan lukisan itu.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pemuda melukis di salah satu pintu kios di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Sketsa dan lukisan mural di tembok-tembok desa yang terletak sekitar 11 kilometer arah timur dari Alun-alun Purbalingga ini digarap secara kolaborasi delapan seniman muralis dan kartunis dari sejumlah kota, yaitu Purbalingga, Yogyakarta, Kebumen, Solo, dan Jakarta. Anak-anak dan remaja ini dilatih serta dimentori oleh seniman Slamet Sentosa dan Irwan Guntarto.
”Media (kartun) itu sangat cocok untuk semua kalangan guna memperkenalkan budaya dan juga agama. Semuanya bisa tercakup lewat kartun,” kata Slamet.
Slamet menyampaikan, di Purbalingga ada banyak desa wisata, tetapi belum ada desa kartun. Lewat desa kartun inilah, diharapkan anak-anak bisa dilatih menggambar dan perekonomian warga bisa berkembang, antara lain lewat event-event. ”Kie dalam bahasa Banyumasan artinya ’ini’. Art adalah seni. Kie art artinya adalah ’ini seni’,” tutur Slamet.
Kembangkan bakat
Gita Thomdean yang juga penggiat dan penggagas Cartoon Village Sidareja menambahkan, sekolah kartun merupakan dasar dan tempat berlatihnya anak-anak di desa itu untuk mengembangkan bakat seninya. Saat ini ada 90 anak yang belajar di sekolah tersebut secara gratis. Ke depan, mereka akan disiapkan untuk mengikuti lomba-lomba kartun, baik di tingkat nasional maupun internasional.
”Ada beberapa penelitian, dengan menggambar itu akan menstimulasi saraf motorik halus dari anak. Dia mudah konsentrasi, fokus, kemudian jujur dengan perasaannya. Ini mengantisipasi anak-anak yang introvert jadi bisa lebih berekspresi. Ketika bersekolah, anak-anak bisa menerima pelajaran dengan lebih baik,” papar Gita.
Mengutip Kompas (6/8/2020), Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM) Kristiana Siste menjelaskan, prevalensi ketergantungan internet pada remaja di Indonesia semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Dari 2.933 remaja yang diteliti di 33 provinsi di Indonesia, 19,3 persen di antaranya mengalami ketergantungan pada internet.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pemudi melukis di dinding pos ronda di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Kristiana menyampaikan, durasi online dalam sehari meningkat sampai 59 persen atau jika dirata-rata sekitar 11,6 jam per hari. Hal ini perlu menjadi perhatian karena bisa menyebabkan kecanduan internet yang berujung pada gangguan jiwa pada remaja. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena remaja yang mengalami depresi ada sekitar 20 persen.
Menurut dia, adiksi internet pada anak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Hal itu, antara lain, berupa gangguan pada fungsi kognitif, seperti daya ingat dan konsentrasi; gangguan pada kondisi fisik, seperti obesitas dan penurunan sistem imun; serta gangguan psikologis, seperti depresi dan insomnia.
Di tengah tantangan kecanduan internet tersebut, pada tahap awal, tim Kie Art Cartoon School menargetkan ada 88 rumah yang akan dihiasi dengan lukisan mural. Menurut Gita, selain untuk menarik pengunjung datang dan berswafoto di desa ini, ke depannya diharapkan desa ini bisa menjadi daya tarik bagi turis luar negeri. Selain lewat kartun, keasrian alam, wisata religi, dan makanan tradisional, seperti aneka olahan singkong, juga berpotensi dikembangkan.
Kartun itu sangat cocok untuk semua kalangan guna memperkenalkan budaya dan juga agama. Semuanya bisa tercakup lewat kartun.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Anak-anak belajar mewarnai di Kie Art Cartoon School di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Sekretaris Desa Sidareja Wasis Wangsa Wijaya menyampaikan, desa ini dihuni 1.441 keluarga dengan 5.360 jiwa dan sebagian besar atau 50 persen pekerjaannya adalah petani, kemudian lainnya adalah buruh dan banyak ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat bulu mata atau rambut palsu. Di desa itu ada 557 keluarga miskin atau hampir 38 persen dari seluruh keluarga.
”Potensi desa ini adalah sentra gula kelapa. Ada juga durian winong yang rasanya manis-pahit dengan kadar alkohol tinggi dan merupakan kekhasan desa ini. Untuk alam, di sini ada Kedung Cucrug yang banyak didatangi komunitas pemancing,” kata Wasis.
Wasis berharap dengan adanya sekolah dan desa kartun ini, anak-anak bisa memperoleh wadah kreatif untuk pengembangan bakat dan juga desa ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata edukatif.
”Anak-anak, kan, sekarang disibukan dengan bermain gawai dan game. Dengan adanya kegiatan ini bisa mengedukasi anak-anak untuk beralih ke menggambar. Ini bisa melatih kejujuran. Dalam benak pelukis jika ingin menggambar batu, tidak akan menggambarkan pohon. Dengan melukis akan menumbuhkan jiwa semakin jujur kepada anak,” katanya.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Pemuda melukis di salah satu pintu kios di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Setiyadi mengapresiasi para seniman yang telah bergotong royong menginisiasi terbentuknya desa kartun di Sidareja ini. Melalui seni, potensi desa bisa diangkat dan dipromosikan sehingga bisa menjadi daya tarik.
”Seni mungkin bagi masyarkat Desa Sidareja adalah bidang yang aneh. Mau diapakan dengan seni dan kartun. Kita menggali potensi desa, menggali nilai tambah bagi desa bisa dari berbagai macam sisi. Semula saya sempat pesimistis, tapi melihat dari tampilan (lukisan-lukisan mural) tadi, saya sangat optimistis Sidareja bisa maju,” katanya.
Lewat kartun dan lukisan mural, dinding-dinding rumah warga di desa kian semarak dan memancarkan keceriaan. Anak-anak dan remaja bergerak bersama, berekspresi, dan menyalurkan bakatnya menghias desa. Di Desa Sidareja, mereka terus berkreasi mengabadikan kearifan lokal lewat lukisan di tengah pandemi.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Suasana di Kie Art Cartoon School di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (9/9/2020).