Panen Raya di Ngawi, Presiden Jokowi Meminta Harga Beras dan Gabah Tidak Jatuh
Saat panen raya di Ngawi, Jawa Timur, Presiden Jokowi meminta semua pihak menjaga harga beras dan gabah. Panen raya rawan membuat harga-harga itu anjlok.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
NGAWI, KOMPAS — Panen raya di berbagai daerah berpotensi menurunkan harga gabah dan beras di tingkat petani. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo meminta Badan Pangan Nasional segera mengumumkan penetapan harga gabah dan beras agar petani bisa mendapat nominal ideal kelak.
Hal itu dikatakan Presiden setelah panen raya di Kartoharjo, Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (11/3/2023). Acara ini merupakan rangkaian acara Panen Raya Padi Nusantara 1 Juta Hektar. Presiden didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Sebelumnya, pada 9 Maret 2023, panen raya berlangsung di Kebumen, Jawa Tengah.
”Panen di sini ada yang mencapai 10,5 ton per hektar dan ada yang 8 ton per hektar. Kemarin di sana (Kebumen) 5,5-6 ton per hektar. Saya kira setiap daerah memiliki kesuburan berbeda-beda, manajemen berbeda mengenai pengairan dan lain-lain,” ujar Presiden.
Akan tetapi, selain produktivitas, Presiden mengingatkan, harga gabah dan beras harus terus mendapat perhatian penting. Saat panen raya seperti saat ini, penetapan harga mesti segera dilakukan. Tujuannya, mencegah harga tidak jatuh.
”Ini yang segera akan diumumkan Badan Pangan Nasional sehingga pembelian Bulog menjadi jelas, berapa harga GKP (gabah kering panen)-nya,” kata Presiden.
Jokowi meminta agar kelak harga gabah dan beras tidak di bawah biaya yang dikeluarkan petani. Keseimbangan harga harus dijaga agar semua pihak diuntungkan, termasuk dirasakan pedagang dan konsumen.
Ke depan, Presiden mengajak semua petani mempercepat penanaman. Seusai panen, petani harus segera mengolah lagi sawahnya. Petani harus memanfaatkan hujan yang masih turun sebagai sumber pengairan tanaman.
”Setelah dipanen jangan diberi jeda langsung diolah lagi tanahnya, tanam lagi. Karena ini airnya masih ada,” ucap Presiden.
Syahrul Yasin Limpo mengatakan, panen raya pada Februari 2023 ini tercatat 1,20 juta hektar. Perkiraan produksinya mencapai 6,39 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 3,68 juta ton beras.
Selanjutnya, panen raya pada Maret diprediksi 1,70 juta hektar dengan produksi 9,14 juta ton GKG. Produksi tersebut setara dengan 5,26 juta ton beras. Sementara pada April mencapai luasan 1,15 juta ha dengan produksi 6,09 juta ton GKG atau setara 3,51 juta ton beras.
”Kita berharap panen kali ini kita maksimalkan karena kita akan menghadapi kemarau panjang,” ujar Yasin Limpo.
Dia menegaskan, pihaknya siap merealisasikan perintah Presiden terkait percepatan tanam padi. Dari total lahan sawah 7,4 juta hektar, ditargetkan percepatan tanam seluas 1-10 juta hektar. ”Jangan dikasih jeda terlalu lama karena sekarang air masih ada. Kami bersama gubernur dan bupati akan serempak melakukan langkah itu,” ujar Syahrul.
Ngawi menjadi salah contoh menarik. Menurut Yasin Limpo, produksi padi di Kabupaten Ngawi jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain, mencapai 8 ton per hektar. Padahal lahan di Ngawi bukan sawah irigasi.
Salah satu kuncinya, petani kreatif menggunakan pompa air untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah. Hal itu membuat Ngawi tetap berkontribusi tinggi pada luas panen di Jatim. Luas panen Maret 2023 di Ngawi tercatat 32.676 hektar dari luas panen Jatim 375.403 ha.
”Kami juga akan memperbanyak alat bantu panen, seperti pengering, perontok padi, dan mesin panen,” kata Yasin Limpo.