Ponpes Harus Terus Menjadi Inspirasi untuk Mendalami Berbagai Persoalan Bangsa
Pesantren harus terus terlibat memikirkan persoalan di sekitarnya ataupun masalah bangsa. Tidak menjadi menara gading, tetapi menjadi arah peradaban.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
BONE, KOMPAS — Pondok pesantren hendaknya terus menjadi tempat inspiratif bagi semua kalangan. Saat itu terus terjaga, pesantren bakal selalu menjadi tempat yang tepat untuk mendalami berbagai persoalan bangsa.
Hal ini dikatakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD saat memberi sambutan dalam Musyawarah Kerja Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Sabtu (25/2/2013). Musyawarah ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Ikhlas, Bone, Sulawesi Selatan.
Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang adalah salah satu pesantren tertua di Sulsel dan kini memiliki 500 cabang. Berdiri tahun 1930, pesantren ini banyak melahirkan tokoh dan pemikir religius.
”Saat negara ini didirikan, santri ikut terlibat. Mereka yang di antaranya ikut bersepakat mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari sejarah itu, apakah pesantren itu berpolitik? Jawabannya, iya. Tapi, bagaimana menjadi politik inspiratif. Membangun negara itu politik, pemerintahan itu politik, penyelengaraan negara itu juga politik,” tutur Mahfud.
Akan tetapi, Mahfud mengingatkan, ada cara berpolitik yang tidak boleh dilakukan di ponpes, yaitu berpolitik praktis. Dia mencontohkan, mengampanyekan calon atau partai tertentu.
”Kampanye di ponpes tidak boleh, tetapi memilih tidak salah. Tidak ada partai baik dan tidak ada yang jelek. Setiap partai punya orang baik dan koruptor. Tak perlu pula menjelek-jelekkan orang atau partai tertentu,” katanya menambahkan.
Sebagai tempat inspiratif bagi banyak pihak, Mahfud berharap ponpes terus menjaga toleransi dan bekerja sama dengan semua warga negara untuk mencapai tujuan bersama. Dia mengingatkan, Nabi Muhammad SAW yang melibatkan orang-orang dari latar belakang berbeda saat mendirikan negara Madinah.
”Sudah sepatutnya pesantren memikirkan persoalan-persoalan di sekitarnya, termasuk menjelang pemilu dan pilkada. Itulah pentingnya pesantren menjadi moderat dan kosmopolit. Jadi, lakukanlah sesuatu untuk memperbaiki negara,” katanya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar mengatakan, pihaknya tidak pernah terkontaminasi politik (praktis) dan kepentingan. Ponpes, kata dia, menjadi benteng ahlussunnah wal jamaah, menghormati perbedaan dan menghindari permusuhan.
”Kami mengadopsi kearifan lokal dan menghargai hak budaya. Kami melihat perbedaan secara makro,” katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof Ali Ramdhani mengingatkan, sudah saatnya ponpes menjadi sumber pencerahan dan solusi bagi berbagai persoalan. Tantangan pesantren saat ini adalah konservatisme, ajaran radikalisme, juga paham keagamaan.
Selain itu, kata dia, penting bagi ponpes mendalami persoalan bangsa dan persoalan daerah. Misalnya, pernikahan dini dan tengkes atau stunting.
”Pesantren harus membangun keilmuan dan kesadaran terhadap persoalan di sekitar. Jangan menjadi menara gading, tetapi menjadi arah bagi orang yang mencari peradaban,” katanya.