2.000 Ton Beras Impor Disimpan di Bulog Kedu untuk Cadangan Pangan
Bulog Cabang Kedu telah menerima sekitar 2.000 ton beras impor. Beras tersebut disimpan sebagai stok untuk mengantisipasi saat stok dalam negeri habis.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS- Kantor Bulog Cabang Kedu menerima 2.000 ton beras impor. Beras impor tersebut sementara ini disimpan untuk mengantisipasi kehabisan stok di gudang. stok penting untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Wakil Kepala Kantor Bulog Cabang Kedu, Angga Senoaji, Hermanto, mengatakan, beras impor tersebut akan dikeluarkan ketika stok beras dalam negeri telah habis digunakan. Bulog harus mengeluarkan stok beras dalam negeri terlebih dulu karena beras merupakan stok beras lama, sisa pengadaan yang dilakukan tahun lalu.
“Stok beras impor akan kami keluarkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti untuk kebutuhan bencana alam atau untuk memenuhi permintaan operasi pasar,” ujarnya, Jumat (24/2/2023).
Wilayah kewenangan kantor Bulog cabang Kedu meliputi enam kota/kabupaten yaitu Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kebumen, dan Kota serta Kabupaten Magelang.
Stok beras dalam negeri kini tersisa 200 ton. Sekalipun sebagian wilayah di Kabupaten Purworejo dan Kebumen sudah panen, Kantor Bulog Cabang Kedu belum menambah stok beras. Berdasarkan pantauan di lapangan, beras hasil panen petani dinilai tidak memenuhi syarat karena berkadar air tinggi, atau lebih dari 14 persen.
Terhitung sejak Januari 2023 hingga Kamis (22/2/2023), Kantor Bulog Cabang Kedu telah menyalurkan 1.300 ton beras untuk kebutuhan operasi pasar (OP) ke pedagang-pedagang di wilayah Kedu, baik pedagang di pasar maupun di Rumah Pangan Kita (RPK). Dengan kondisi harga beras di pasaran yang masih terbilang tinggi, mencapai lebih dari Rp 10.000 per kg, maka dimungkinkan Bulog masih akan menerima permintaan beras untuk OP.
Qiroh (50), salah seorang pedagang di Pasar Borobudur, Kecamatan Borobudur, mengatakan, pada pertengahan Februari lalu, dirinya mendapatkan suplai lima ton beras kualitas medium dari Bulog Cabang Kedu. Dengan batasan harga maksimal Rp 9.450 per kilogram (kg), beras tersebut langsung habis terjual dalam jangka waktu sehari.
“Tidak hanya dari kalangan konsumen rumah tangga, para pedagang pengecer lainnya pun beramai-ramai datang untuk ikut membeli beras dari Bulog,” ujarnya.
Namun, pasokan beras tersebut belum cukup mampu menurunkan harga beras. Saat ini, harga beras di kiosnya, masih berkisar Rp 12.000-Rp 13.000 per kg.
Nuryati (60), salah seorang pedagang di Pasar Muntilan, Kecamatan Muntilan, mengatakan, sekitar sebulan lalu, dirinya juga mendapatkan suplai dua kuintal beras dari Bulog, yang dijualnya dengan harga Rp 9.450 per kg. Pasokan beras tersebut habis terjual hanya dalam jangka waktu sekitar tiga hari.
Namun ia merasa program tersebut kurang cocok diterapkan karena hanya sekali diterapkan sehingga belum cukup mampu mengendalikan harga beras di pasaran. Ia justru sering mendapat keluhan dari pelanggan karena beras program tersebut tak tersedia lagi.
“Banyak pelanggan yang kehabisan, kemudian datang lagi, berspekulasi untuk mendapatkan beras murah tersebut. Mereka pun akhirnya kecewa karena pasokan beras tidak datang lagi,” ujarnya.