Kejuaraan Dunia F1H2O, dari Tribune Megah hingga Sawah
Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 membawa berkah ekonomi bagi kawasan Danau Toba. Ekonomi tidak hanya menggeliat di tribune utama, tetapi dirasakan masyarakat. Pantai, atap rumah, hingga sawah disulap jadi tribune.
Oleh
NIKSON SINAGA
·5 menit baca
Dua hari menjelang penyelenggaraan F1H2O Kopiko Grand Prix of Indonesia, aktivitas di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, tampak sangat sibuk, Rabu (22/2/2023). Di tribune utama di Lapangan Sisingamangaraja XII, tim ofisial dari sejumlah negara sibuk memeriksa perahu motor mereka.
Perahu supercepat dengan panjang 6 meter dan lebar 2,1 meter itu tampak berjejer di bawah tenda di lapangan yang berada di tepi Danau Toba tersebut. Petugas lainnya tampak memeriksa derek yang akan digunakan mengangkat perahu ke danau. Para pengisi acara berlatih di panggung utama. Perahu-perahu sampan yang akan ikut mengisi acara pembukaan dan penutupan juga latihan di danau.
”Persiapan F1H2O di Danau Toba sudah 100 persen. Toba siap melaksanakan F1H2O pada 24-26 Februari. Pelaksanaan event olahraga ini akan membangkitkan pariwisata Danau Toba secara signifikan,” kata Bupati Toba Poltak Sitorus.
Di luar tribune utama, aktivitas ekonomi masyarakat juga menggeliat. Semua kamar hotel di Kabupaten Toba sudah habis dipesan. Sejumlah kafe, restoran, hingga warung kecil juga dipenuhi pengunjung dan ofisial acara lomba kapal super cepat itu. Tidak hanya pengunjung lokal, pengunjung dari luar negeri juga tampak berseliweran di jalan-jalan dan minimarket.
Dampak ekonomi juga dirasakan langsung oleh masyarakat lokal dari penjualan tiket. Masyarakat diizinkan mendirikan tempat menonton lomba dan menjual tiket. Langkah itu diambil karena tiket yang dijual penyelenggara, yakni PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), sebanyak 2.100 tiket di tribune utama dan 1.500 tiket di Bukit Pahoda sudah ludes terjual secara daring.
Hampir semua pantai di Balige di sepanjang sekitar 2 kilometer disulap menjadi tempat menonton. Ada yang merakit tribune dari perancah (scaffolding), yakni struktur yang biasa digunakan untuk menyanggah material bangunan. Ada pula yang hanya mendirikan tenda-tenda pesta dan membuat kursi plastik. Tenda-tenda itu didirikan di pantai, atap rumah, hingga sawah yang ditimbun dengan tanah.
”Mudah-mudahan F1H2O ini bisa menggerakkan ekonomi masyarakat di sekitar pantai Balige yang belakangan agak menurun,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Kelurahan Pardede Onan, Bernard Pardede.
Bernard mengatakan, mereka bekerja sama dengan PT Huta Nami Nabeteng untuk mendirikan tribune dan menjual tiket secara daring melalui www.tobaexperience.id. Masyarakat mendapat bagian dari penjualan tiket itu. Selain itu, masyarakat juga mendirikan stan berjualan dan rumah sewa (homestay).
Mereka mendirikan empat tribune dengan kapasitas total 985 tempat duduk. Semua tiket untuk puncak acara Grand Prix pada hari ketiga sudah ludes terjual. Penjualan tiket di sesi latihan hari pertama dan babak kualifikasi di hari kedua juga sudah hampir habis.
Masyarakat berharap, ajang olahraga yang akan dilaksanakan setiap tahun selama lima tahun ke depan itu bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat di sepanjang pantai itu sebelumnya hidup dari tambang batu padas yang diambil dari bukit-bukit di tepi Danau Toba. Mereka mengambil upah sebagai pemecah batu.
”Sudah lebih dari setahun masyarakat kehilangan penghasilan karena pengambilan batu tidak diizinkan lagi dari bukit pinggiran danau karena masuk kawasan hutan,” kata Bernard.
Kelompok masyarakat lainnya juga ada yang mendirikan tenda secara mandiri seperti yang dilakukan Gomes Simanjuntak (40) dan warga lain di Desa Lumban Silintong. Mereka menimbun sawah berbentuk terasering di perbukitan Danau Toba lalu membuat tenda di sana. Kursi-kursi plastik disiapkan untuk penonton.
”Kami akan menjual tiket secara langsung pada hari pelaksanaan acara. Kami tidak menjual secara daring. Harga tiket sekitar Rp 50.000 hingga Rp 200.000 per hari,” kata Gomes.
Poltak mengatakan, F1H2O menjadi event olahraga pariwisata utama di Toba. Ajang balap bergengsi itu mendatangkan banyak wisatawan ke Danau Toba. Diperkirakan akan ada perputaran uang Rp 212 miliar selama acara balap perahu supercepat itu berlangsung.
Union Internationale Motonautique (UIM) F1H2O memperbolehkan masyarakat membuat tribune dan menjual tiket. Ini membuat dampak dari F1H2O bisa langsung dirasakan masyarakat. (Kosmas Harefa)
Poltak mengatakan, sedikitnya ada 15.860 tiket yang dijual oleh InJourney dan masyarakat. Mendekati acara, masyarakat yang membuat tempat menonton juga bertambah. Beberapa membuat acara menonton bareng, pertunjukan seni budaya, pameran kuliner, hingga live musik. ”Selain itu, ada juga 502 stan usaha, mikro, kecil, dan menengah yang berpartisipasi langsung selama acara. Dampak ekonomi F1H2O dirasakan langsung oleh masyarakat lokal,” ujar Poltak.
Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kosmas Harefa mengatakan, penyelenggaraan F1H2O berbeda dengan acara olahraga lain, seperti MotoGP. Penjualan tiket MotoGP hanya bisa dilakukan oleh Mandalika Grand Prix Association sebagai pemegang hak penyelenggaraan dari Dorna Sports.
”Sementara, Union Internationale Motonautique (UIM) F1H2O memperbolehkan masyarakat membuat tribune dan menjual tiket. Ini membuat dampak dari F1H2O bisa langsung dirasakan masyarakat,” kata Kosmas. Ia menyebut, Indonesia melalui PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) telah mendapat kontrak penyelenggaraan selama lima tahun dari UIM.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Sumut Denny S Wardhana mengatakan, semua hotel di Kabupaten Toba dan sekitarnya sudah habis dipesan oleh pengunjung dan ofisial. ”Kamar hotel bisa dibilang kurang. Pengunjung kini mulai mencari homestay,” katanya.
Denny mengatakan, ketersediaan hunian kamar di sekitar Danau Toba mulai dari Kabupaten Toba, Simalungun, Samosir, hingga Humbang Hasundutan sebanyak 2.451 kamar yang terdiri dari 2.204 kamar hotel dan 247 kamar homestay. Minat masyarakat berkunjung ke Danau Toba meningkat pesat sejak F1H2O dipromosikan. Hotel-hotel di Balige sudah dipesan sejak Oktober tahun lalu. Hotel berbintang juga sudah habis 95 persen.
Balige pun bersiap menyelenggarakan balap perahu motor kelas dunia itu. Kopiko Grand Prix of Indonesia menjadi seri pembuka dari delapan seri F1H2O tahun ini. Sebagai kota kecil di selatan Danau Toba, Balige siap bersanding dengan kota-kota besar lain, seperti Zhengzhou (China), Macon (Perancis), Sardinia (Italia), hingga Sharjah (Uni Emirat Arab), untuk menyelenggarakan balap perahu motor paling bergengsi di dunia itu….