Strategi Pengembangan Pariwisata Danau Toba
Pandemi Covid-19 yang dinilai cukup terkendali di Tanah Air diharapkan dapat meningkatkan kunjungan ke Danau Toba, dengan mengacu kepada protokol kesehatan yang ketat.
Pemerintah telah menetapkan Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata nasional. Namun, berbagai perbaikan dan peningkatan masih perlu dilakukan terkait aksesabilitas, pengelolaan, kualitas layanan, dan keramahtamahan.
Danau Toba terbentuk dari rangkaian letusan gunung berapi purba, termasuk di antaranya adalah satu letusan mahadahsyat di dunia, yang berlangsung sekitar 70.000-80.000 tahun lalu. Danau ini terkenal sebagai danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanik terluas di dunia.
Danau ini merupakan aset Nusantara dengan berbagai keunikan. Dengan kekayaan panorama dan warisan budayanya, Danau Toba adalah kawasan yang sejuk dan asri karena dikelilingi oleh perbukitan hijau serta pegunungan serta beberapa air terjun yang menawan, pemandian air hangat, hutan lindung, dan barisan pohon enau dan pinus.
Bagi Danau Toba, beberapa permasalahan yang terjadi antara lain, pertama, dari Kota Medan wisatawan yang ingin berkunjung ke Danau Toba harus menempuh perjalanan darat sejauh 150 km selama 5-8 jam. Ditambah lagi, tidak adanya restoran dan tempat makan yang berkelas. Kedua, masih terbatasnya kapasitas akomodasi dan tawaran atraksi wisata. Ketiga, rendahnya kualitas air bersih dan keterbatasan fasilitas sanitasi yang seringkali terjadi di kawasan Danau Toba yang membutuhkan penanganan cepat.
Keempat, belum optimalnya penataan ulang keramba jaring apung setelah kematian massal 180 ton ikan. Hal ini akibat beban pencemaran danau karena turunnya kadar oksigen terlarut air (Kompas 29/8/2018). Kelima, kerusakan daerah tangkapan di kawasan Danau Toba telah mengakibatkan penurunan permukaan air hingga 2,5 meter dalam beberapa tahun terakhir. Garis pantai pun bergeser hingga 50-80 meter, dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem dan lingkungan (Kompas 27/8/2018).
Keenam, menyusul musibah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun pada Juni 2018 yang memuat lebih dari 200 penumpang, keselamatan pelayaran seolah-olah terabaikan (Kompas 23/6/2018). Ketujuh, konflik kepemilikan lahan dan hutan antara masyarakat adat dengan pemerintah sering menjadi isu serta masih rawan di kawasan Danau Toba (Kompas 5/10/2018).
Baca juga: Toba Mengubah Dunia
Kedelapan, pemandangan kurang menarik di beberapa titik penting di kawasan Danau Toba yang masih adanya sampah yang berserakan. Terakhir, keramahtamahan dan jiwa melayani dari pelaku pariwisata di kawasan Danau Toba yang masih perlu ditingkatkan.
Pengembangan Pariwisata
Aspek aksesibilitas merupakan hal terpenting untuk diperhatikan. Perlu dilakukan pelebaran dan peningkatan kualitas jalan lintas dari Medan menuju Danau Toba melalui wilayah Kabupaten Karo. Tanpa peningkatan aksesibilitas, makin lama perjalanan, wisatawan makin merasa bosan dan kelelahan.
Terkait moda transportasi danau, upaya yang perlu ditingkatkan adalah adanya kapal penyeberangan yang aman dan nyaman berupa penyediaan tempat duduk yang layak, tersedianya loket pembayaran dengan penetapan tarif yang jelas, dan ketersediaan kapal penyeberangan. Di samping itu, perlu pula ditingkatkan keamanan dalam penyeberangan dengan menyediakan fasilitas pelampung, alat pemadam kebakaran, dan petugas keamanan.
Peningkatan atraksi melalui penentuan ulang lokasi pertunjukan perlu dilakukan dan dikelola dengan baik serta bertaraf internasional. Penataan desa adat sebagai salah satu wisata budaya dan penyelenggarakan agenda festival rutin secara berkala perlu dilakukan untuk mengundang wisatawan berkunjung.
Baca juga: Strategi Pengembangan Pariwisata Lombok
Peningkatan kebersihan dan sanitasi juga mendesak dilakukan, terutama di destinasi wisata desa dan non-bahari. Hotel dan resor dengan kualitas pelayanan internasional serta homestay yang nyaman perlu diperhatikan terutama di Pulau Samosir dan area lainnya. Selain itu, perlu didukung oleh fasilitas keamanan, akses informasi, dan jaringan internet yang handal.
Mengunjungi suatu destinasi wisata, tentu juga membutuhkan banyak aktivitas dan tidak hanya berdiam diri di tempat akomodasi. Daya tarik lain adalah adanya aktivitas di sekitar tempat akomodasi tersebut. Hal ini dapat berupa kunjungan ke tempat-tempat menarik serta berjalan menyusuri situs lama yang bersejarah (misalnya desa Ambarita dan desa Tomok), dan sebagainya.
Agen dan institusi pendukung menjadi sarana yang perlu diperhatikan. Meski bersifat pendukung, namun tidak kalah penting perannya di sebuah kawasan pariwisata. Ketiadaan agen perjalanan, SPBU, dan tempat penukaran valuta asing seringkali menjadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.
Langkah-langkah Strategis
Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan pariwisata Danau Toba. Pertama, berbagai faktor pendukung yang dapat menjadi faktor kunci keberhasilan pembangunan pariwisata di Danau Toba adalah pembenahan faktor penunjang lingkungan (sanitasi, kebersihan, dan teknologi informasi),kebijakan dan kondisi (regulasi, penetapan harga yang wajar, dan kelestarian lingkungan), infrastruktur (bandara, pelabuhan penyeberangan, terminal, jalan lintas/terusan, lahan parkir, listrik, telekomunikasi, dan air tawar) serta sumber daya alam (obyek wisata, pemandangan, budaya, dan kearifan lokal).
Kedua, strategi pengembangan pariwisata Danau Toba harus difokuskan kepada perbaikan aksesabilitas (prasarana jalan, transportasi antar kota, dan pembangunan dermaga pelabuhan penyeberangan modern); penonjolan atraksi yang unik dan kalender tahunan kegiatan berskala internasional; serta peningkatan amenitas terkait fasilitas sanitasi, kesehatan, dan restoran atau kedai makanan, akomodasi kelas dunia, termasuk akses informasi dan layanan internet yang handal.
Ketiga, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba perlu menata ulang tata: ruang, keramba, dan kelola; serta memelihara obyek wisata dan meminimalisir kerusakan lingkungan perairan, menjaga kebersihan lingkungan, serta meningkatkan keamanan perairan bagi wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba.
Akhirnya, solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi masalah penurunan kualitas air sangat penting dalam merealisasikan peluang pariwisata jangka panjang dan memastikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan bagi kemaslahatan masyarakat.
Walaupun di masa pandemi Covid-19 ini sektor pariwisata amat terdampak, pemerintah terus mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di masa mendatang. Pandemi Covid-19 yang dinilai cukup terkendali di Tanah Air diharapkan dapat meningkatkan kunjungan ke Danau Toba, dengan mengacu kepada protokol kesehatan yang ketat. Diperlukan kesadaran, komitmen, dan keseriusan pemerintah daerah dalam membangkitkan, mendorong, serta membangunnya.
Mohammad Hamsal adalah Dosen Program Doktor Manajemen BINUS Business School dan anggota Indonesia Strategic Management Society.
E-mail: mhamsal@yahoo.com.com