Kepada Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Pasar Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, pedagang bahan pangan dan kebutuhan pokok meminta penstabilan harga dan distribusi merata lebih diintensifkan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Presiden Joko Widodo di sela kunjungan ke Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/2/2023), mendatangi Pasar Wonokromo untuk menyapa pedagang, seperti terlihat di kios milik Sulastri (61).
SURABAYA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/2/2023). Presiden ingin mendengar soal harga bahan pangan dan kebutuhan pokok dari kalangan pedagang.
”Bagaimana, Bu?” kata Presiden saat berhenti untuk menyapa Sulastri (61), pedagang bahan pangan dan kebutuhan pokok yang menanti di kios di Pasar Wonokromo. Di pasar tradisional ini, Presiden membagikan bantuan kepada sejumlah warga yang berdesakan untuk melihat kunjungan itu.
”Minyakita sudah stabil, Pak, tetapi beras agar ditambah,” kata Sulastri menjawab Presiden.
Seusai dikunjungi Presiden, lanjut Sulastri, harga beras dan Minyakita sempat melonjak di atas harga eceran tertinggi. Stok juga sempat langka. Masalah Minyakita telah teratasi sehingga pedagang dapat menjual dengan HET Rp 14.000 per liter.
”Beras yang menurut saya belum stabil,” kata Sulastri.
Mengapa demikian? Beras kualitas medium ternyata juga digemari masyarakat, terutama warga dengan kemampuan ekonomi pas-pasan. Namun, beras dari Perum Bulog ini terbatas karena disalurkan melalui operasi pasar dengan menggandeng pemerintah daerah.
Dalam operasi pasar, beras medium dijual dengan harga Rp 43.000-Rp 46.000 per kemasan 5 kilogram. Pedagang atau warga hanya boleh membeli maksimal dua karung atau setara 10 kilogram. Jika mau dijual, beras itu tidak boleh dijual kembali melebihi HET Rp 9.450 per kg.
Kalau cuma 10 kilogram, dibeli dua-tiga orang sudah habis. Kasihan warga lain yang cari, tetapi akhirnya enggak dapat.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Beras medium yang akan dijual saat operasi pasar beras di Pasar Genteng Baru, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/2/2023).
Namun, menurut pedagang lainnya, Santoso (45), penjual dibatasi saat membeli beras di operasi pasar. ”Kalau cuma 10 kilogram, dibeli dua-tiga orang sudah habis. Kasihan warga lainnya yang cari, tetapi akhirnya enggak dapat,” ujarnya.
Untuk itu, menurut Santoso, perlu dipertimbangkan agar warga dari kalangan pedagang dapat membeli dalam jumlah lebih besar, misalnya 25-50 kilogram saat operasi pasar khusus di pasar-pasar tradisional. Saat operasi pasar berlangsung di suatu pasar, komoditas yang dijual memang ditujukan bagi pedagang atau bukan konsumen.
Tanda lunas membeli beras medium saat operasi pasar di Pasar Kembang, Surabaya, Minggu (5/2/2023).
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, operasi pasar tetap diadakan, tetapi khusus bagi komoditas tertentu dengan tujuan kestabilan harga.
”Untuk minyak goreng Minyakita, tidak lagi diadakan operasi pasar. Untuk beras, jika diperlukan, masih akan ditempuh,” katanya.
Eri mengatakan, operasi pasar diadakan serentak setidaknya di 20 lokasi. Operasi diadakan pada hari tertentu. Untuk operasi pasar beras murah, disiapkan 40-50 ton per hari operasi. Aparatur pemerintah kota juga berkoordinasi dengan pemerintah provinsi yang turut mengadakan operasi pasar, misalnya beras, agar distribusi komoditas ini merata.