20 Orang Diperiksa Polisi Terkait Ricuh Suporter Sepak Bola di Semarang
Polisi memeriksa sekitar 20 orang terkait kericuhan suporter di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/2/2023). Peristiwa itu diharapkan menjadi bahan evaluasi agar tidak terulang di masa mendatang.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kepolisian memeriksa sekitar 20 orang terkait kericuhan suporter sepak bola yang terjadi di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/2/2023). Kericuhan terjadi setelah sejumlah suporter memaksa masuk ke stadion untuk menonton laga PSIS Semarang melawan Persis Solo yang digelar tanpa penonton karena alasan keamanan.
”Ada sekitar 20 orang yang diperiksa dalam kejadian tersebut. Untuk hasil pemeriksaan, akan disampaikan Kepala Polrestabes Semarang dalam rilis resmi,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang Ajun Komisaris Besar Donny Sardo Lumbantoruan saat dihubungi, Sabtu (18/2/2023).
Pada Jumat petang, sekitar 1.500 orang suporter sepak bola dari Semarang nekat mendatangi Stadion Jatidiri. Para suporter yang mayoritas menggunakan pakaian serba hitam itu memaksa masuk ke dalam stadion untuk menyaksikan secara langsung laga derbi Jateng tersebut. Padahal, sejak beberapa hari sebelumnya, pihak penyelenggara telah mengumumkan bahwa pertandingan itu digelar tanpa penonton.
Mulanya, massa yang berada di luar pagar stadion hanya terlibat cekcok dengan polisi. Kondisi memanas saat sejumlah orang memprovokasi massa dengan cara melempar batu dan botol kaca ke arah polisi.
Polisi dan panitia penyelenggara telah berupaya meredam kondisi dengan cara menjelaskan alasan mereka menggelar pertandingan tanpa penonton. Namun, massa tidak mau menerima alasan tersebut dan tetap berkukuh ingin masuk ke stadion.
Karena situasi kian tak terkendali, polisi memutuskan membubarkan massa dengan cara menembakkan air dengan water cannon dan melepaskan tembakan gas air mata. Massa yang panik lari berhamburan meninggalkan stadion. Gas air mata yang terbawa angin masuk ke lapangan dan membuat pertandingan dihentikan selama sekitar 10 menit.
Akibat kericuhan itu, sejumlah orang menderita luka ringan. Kendati demikian, polisi belum menyebutkan detail jumlah korban luka dan identitasnya.
Kepala Polrestabes Semarang Komisaris Besar Irwan Anwar mengatakan, pada awalnya pertandingan sempat akan digelar dengan jumlah penonton maksimal 1.000 orang. Namun, rencana itu dibatalkan setelah penyelenggara mempertimbangkan sejumlah hal, antara lain faktor keamanan.
Beberapa waktu sebelumnya, suporter PSIS Semarang pernah mendapatkan serangan seusai menghadiri pertandingan antara Persis Solo dan PSIS Semarang di kandang Persis Solo, yakni Stadion Manahan, Kota Surakarta.
Setelah adanya serangan itu, sejumlah orang memprovokasi suporter PSIS Semarang untuk melakukan balas dendam saat suporter Persis Solo berkunjung ke Semarang. Hal itu diketahui polisi saat mereka melakukan patroli.
Pertimbangan lain adalah suporter dari Persis Solo berencana datang ke Kota Semarang dengan berkonvoi menggunakan sepeda motor. Hal itu dianggap membahayakan keselamatan mereka. Suporter Persis Solo tidak berangkat menggunakan bus karena tidak ada bus yang mau disewa suporter.
”Selanjutnya, pernah ada suatu insiden saat pertandingan PSIS Semarang melawan Persib Bandung, beberapa waktu lalu. Kala itu, pintu Stadion Jatidiri dibobol oleh suporter PSIS Semarang,” tutur Irwan.
Kejadian tersebut menjadi atensi sejumlah pihak, termasuk Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir. Erick langsung berkoordinasi dengan aparat keamanan, panitia pelaksana, serta manajemen PSIS Semarang dan Persis Solo terkait kericuhan itu.
Dalam keterangannya, Erick berkomitmen segera mencari solusi agar laga sepak bola dapat dinikmati dengan tenang dan nyaman oleh semua pihak. Erick menyebut, suporter PSIS Semarang dan Persis Solo selama ini menjadi contoh dalam membangun rivalitas yang sehat.
”Suporter Semarang dan Solo itu seduluran (bersaudara). Ke depan, perlu ada evaluasi terkait kategori risiko pada setiap laga,” ucap Erick.
Erick juga meminta aparat keamanan bertindak persuasif dan belajar dari pengalaman Tragedi Kanjuruhan. Erick meyakini aparat keamanan mampu berusaha maksimal dalam menenangkan massa tanpa tindakan represif, terlebih dengan menggunakan gas air mata.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga berharap kejadian itu menjadi evaluasi bersama. Menurut Ganjar, penting bagi para suporter untuk bertemu dan membuat pendoman terkait bagaimana memberikan dukungan dengan baik dan menarik.
”Kita bikin suasana yang lebih menarik untuk mengevaluasi agar seluruh pertandingan tim kita bisa kita tonton. Kita senang bareng dan melihat prestasi. Kita, kan, sudah belajar banyak dari kejadian sebelumnya,” tutur Ganjar.
Suporter Semarang dan Solo itu seduluran (bersaudara). Ke depan, perlu ada evaluasi terkait kategori risiko pada setiap laga.