Bencana hidrometeorologi masih mengancam Jawa Timur seiring cuaca ekstrem yang diprediksi berlangsung hingga akhir Februari 2023.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi masih mengancam Jawa Timur seiring cuaca ekstrem yang diprediksi berlangsung hingga akhir Februari 2023. Masyarakat diimbau mewaspadai potensi ancaman bencana di lingkungan sekitarnya untuk mencegah jatuhnya korban jiwa dan menekan kerugian material.
Terkini, bencana longsor terjadi di wisata air terjun Sedudo, Nganjuk, Selasa (14/2/2023). Pohon cemara bercampur batu dan tanah tiba-tiba longsor dari atas air terjun. Material tersebut menimpa sejumlah pengunjung yang tengah mandi di bawah air terjun. Akibatnya, satu orang tewas dan sejumlah wisatawan lainnya terluka.
Pakar bencana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amin Widodo, mengatakan, pada Juli 2015 juga pernah terjadi longsor yang sama. Saat itu, sebuah pohon berdiameter 0,15 meter dengan panjang 2,5 meter dan batu tiba-tiba longsor dari tebing air terjun.
”Menurut Undang-Undang Nomor 24 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola risiko. Pemerintah bertanggung jawab melakukan mitigasi penyebab dan pemicu serta dampak bencana sehingga korban, kerusakan, dan kerugian bisa diminimalisasi,” ujar Amin, Kamis (16/2/2023).
Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah daerah melakukan sejumlah upaya. Salah satunya memantau kawasan rawan longsor di atas air terjun. Apabila terdapat batu dan atau pohon yang membendung aliran sungai, harus segera disingkirkan agar air mengalir lancar. Pantauan tersebut idealnya dilakukan beberapa kali saat musim hujan sebagai upaya mitigasi.
Selain itu, pengunjung harus dilarang beraktivitas, terutama mandi, di bawah air terjun saat musim hujan seperti saat ini. Pengelola wisata bisa membangun kolam berpancuran sebagai fasilitas bagi pengunjung yang ingin mandi. Lokasi pemandian itu harus jauh dari air terjun untuk meminimalkan kerawanan.
Sementara itu, berdasarkan analisis kondisi iklim yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Juanda, wilayah Jatim saat ini masih berada pada puncak musim hujan. Kondisi dinamika atmosfer di wilayah berjuluk ”Brang Wetan” ini masih signifikan terdapat potensi peningkatan cuaca ekstrem di beberapa daerah dalam sepekan ke depan.
Kepala Stasiun BMKG Juanda Taufiq Hermawan mengatakan, hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan aktifnya La Nina lemah, gelombang Kelvin, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) berdampak pada meningkatnya potensi curah hujan.
”Selain itu, adanya Siklon Tropis Freddy yang mengakibatkan terbentuknya daerah konvergensi atau pertemuan massa udara di wilayah Jatim meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif,” ujar Taufiq.
Beberapa wilayah perlu diwaspadai memiliki potensi cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti genangan air, banjir, banjir bandang, puting beliung, hujan es, dan tanah longsor. Potensi ini pada periode 11-17 Februari 2023.
Wilayah tersebut adalah Bangkalan, Batu, Kota Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Jember, Jombang, Lamongan, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Magetan, Kota Malang, Kota Mojokerto, dan Nganjuk. Selain itu, Ngawi, Pamekasan, Kota Pasuruan, Ponorogo, Kabupaten Blitar, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Surabaya, Tuban, Kediri, Mojokerto, Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Banyuwangi, Gresik, Lumajang, Kabupaten Malang, Pacitan, Sampang, Trenggalek, Tulungagung, serta Kota Kediri.
Taufiq mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap dampak potensi bencana hidrometeorologi dan rutin memantau informasi terkini berdasarkan citra radar cuaca WOFI melalui laman BMKG. Selain itu, informasi peringatan dini tiga harian dan peringatan dini 2-3 jam ke depan yang selalu dibagikan melalui laman itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim Gatot Soebroto mengatakan, selain meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, masyarakat juga diimbau memperkuat mitigasi untuk meminimalkan risiko. Salah satunya melalui pembentukan desa tanggap bencana atau destana di sejumlah daerah rawan.
Ditargetkan 40 destana akan dibentuk di 38 kabupaten dan kota sepanjang tahun ini. Salah satu yang baru terealisasi adalah destana di Desa Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Gresik, pada Selasa (14/2/2023). Tujuannya memperkuat kapasitas masyarakat dan mengurangi risiko bencana di kawasan rawan bencana.
Gatot mengatakan, berdasarkan Indeks Risiko Bencana (IRB), jumlah desa dan kelurahan yang rawan bencana di Jatim mencapai 2.742. Dari jumlah tersebut, 1.542 desa dan kelurahan telah berstatus destana. ”Kami membentuk destana di Desa Wringinanom yang potensi ancaman bencananya berupa banjir. Bersamaan juga berlangsung pembentukan destana di Bangkalan,” ujarnya.
Menurut rencana, pembentukan destana akan berlanjut ke sejumlah daerah hingga mencapai jumlah 40 desa dan kelurahan. Jumlah ini juga sama dengan capaian pembentukan destana tahun 2022.