Banjir Sidoarjo Belum Surut, Tanggap Darurat Diperpanjang
Banjir masih menggenangi empat desa di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, hingga Selasa (14/2/2023). Hal itu menjadi salah satu alasan perpanjangan masa tanggap darurat hingga 28 Februari 2023.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Banjir masih menggenangi empat desa di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, hingga Selasa (14/2/2023). Hal itu menjadi salah satu alasan perpanjangan masa tanggap darurat hingga 28 Februari 2023. Beragam upaya terus dikerahkan untuk menurunkan tinggi genangan, termasuk menambah jumlah mesin pompa air.
Banjir telah menggenangani Desa Kedungbanteng, Banjarasri, Banjarpanji, dan Kalidawir sejak akhir Januari 2023. Setelah sepekan banjir tak kunjung surut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menetapkan status tanggap darurat bencana selama 1-14 Februari 2023. Namun, karena banjir belum juga surut, penetapan tanggap darurat diperpanjang hingga dua pekan ke depan.
”Saat ini masih ada genangan yang belum surut. Prediksi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), curah hujan di Tanggulangin pada Februari ini masih tinggi,” ujar Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito.
Dalam masa tanggap darurat kali ini, lanjut Dwijo, pemerintah daerah fokus pada upaya penurunan tinggi genangan banjir. Sebelumnya, atau pada masa tanggap darurat pertama, telah dilakukan sejumlah penanganan, seperti pengoperasian pompa untuk menyedot banjir di permukiman.
Sedikitnya ada dua pompa besar berkapasitas 1.200 liter per detik dan tiga pompa berkapasitas 500 liter per detik. Selanjutnya ditambah lima pompa berkapasitas 250 liter per detik. Selain itu, BPBD Jatim juga meminjamkan mesin pompa untuk mengatasi banjir di empat desa di Tanggulangin dan daerah banjir lainnya di Sidoarjo.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo juga sudah meninggikan jalan utama di Desa Banjarasri sepanjang 2,4 kilometer untuk menunjang aktivitas masyarakat. Jalan tersebut ditinggikan 20-25 sentimeter. Namun, kondisi jalan tersebut saat ini kembali tergenang.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, pihaknya terus berupaya keras menanggulangi banjir. Salah satunya memaksimalkan pengoperasian pompa selama 24 jam dan kembali menambah jumlah pompa air sebanyak 10 unit.
”Memaksimalkan pompa yang ada dan memesan 10-20 unit mesin pompa baru portabel yang bisa dipindahkan sesuai kebutuhan,” kata Muhdlor.
Banjir yang melanda empat desa di Kecamatan Tanggulangin sejatinya merupakan persoalan klasik. Bencana ini terjadi setiap tahun, bahkan setiap kali musim hujan, yakni pada awal tahun dan akhir tahun. Setiap kali banjir datang, genangan airnya bertahan selama berbulan-bulan.
Genangan air yang tak kunjung surut itu dijumpai di permukiman warga, sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Ikhtiar warga tak kalah banyak, seperti menguruk pekarangan rumah, dan meninggikan lantai rumah hingga jarak dengan plafon tersisa setinggi orang dewasa.
Desa tangguh bencana
Dalam upaya memperkuat mitigasi bencana, BPBD Jatim membentuk desa atau kelurahan tangguh bencana (destana). Ditargetkan, 40 destana akan dibentuk di 38 kabupaten dan kota sepanjang tahun ini.
Salah satunya yang baru terealisasi adalah destana di Desa Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Gresik, Selasa (14/2). Tujuannya tidak lain memperkuat kapasitas masyarakat dan mengurangi risiko bencana di kawasan rawan bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan, berdasar indeks risiko bencana (IRB), jumlah desa dan kelurahan yang rawan bencana di wilayahnya mencapai 2.742 desa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.542 desa dan kelurahan telah berstatus destana.
”Hari ini kami membentuk destana di Desa Wringinanom yang potensi ancaman bencananya berupa banjir. Bersamaan juga berlangsung pembentukan destana di Bangkalan,” ucap Gatot.
Menurut rencana, pembentukan destana akan berlanjut ke berbagai daerah hingga mencapai jumlah 40 desa dan kelurahan. Jumlah ini juga sama dengan capaian pembentukan destana tahun 2022.
Kades Wringinanom Yoko menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi upaya BPBD Jatim meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Dia mengatakan, desanya selama ini menjadi langganan banjir sehingga penduduknya menderita, terutama kerugian secara material yang terus-menerus.
”Tahun 2022, bulan Januari, kami mengalami banjir sekali dan di November (banjir sebanyak) dua kali. Kalau banjir bisa setinggi paha (50-80 cm). Kami susah tidak bisa ke mana-mana,” ujarnya.
Dengan pelatihan destana ini, lanjut Yoko, akan terbentuk satgas penanggulangan bencana yang bisa membantu warga saat banjir. Keberadaan satgas diharapkan bisa mengurangi risiko bencana dan dampaknya bagi masyarakat.
Kepala Pelaksana BPBD Gresik Darmawan menambahkan, wilayahnya rawan banjir karena dilintasi Kali Lamong dan Bengawan Solo. Untuk meningkatkan kapasitas kebencanaan masyarakat, sudah terbentuk 104 destana dengan fokus pada wilayah di sepanjang Kali Lamong dan Bengawan Solo.
”Penunjukan Desa Wringinanom ini menjadi yang pertama untuk wilayah Gresik bagian selatan,” kata Darmawan.