Para Pencuri Muda Masuk-Keluar Penjara di Lumbung Pangan Nasional
Sejumlah anak muda di Indramayu terjebak kejahatan dan kemiskinan. Mereka berdalih sulit mencari pekerjaan dengan penghasilan ideal meski hidup di lumbung padi.
Dua pemuda asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, berinisial ALS (21) dan BN (23) menjadi anggota sindikat pencurian sepeda motor lintas daerah. Dia usia muda, mereka sudah masuk-keluar penjara.
Namun, keduanya tak jera. Mereka berdalih sulit mencari kerja di Indramayu yang merupakan lumbung pangan nasional.
Mengenakan baju tahanan berwarna oranye, ALS dan BN berjalan pincang di Markas Kepolisian Resor Indramayu, Selasa (31/1/2023). Perban melapisi kaki kiri keduanya, tempat timah panas bersarang. Polisi mengklaim menembak keduanya lantaran melawan saat hendak ditangkap.
Dengan tangan terborgol, mereka berusaha saling merangkul agar tidak jatuh. Keduanya terus menunduk, melihat kakinya yang tak beralas. Kantong mata mereka agak gelap. Beginilah kondisi ALS dan BN, yang diduga terlibat dalam sindikat pencurian sepeda motor lintas daerah.
Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar Fahri Siregar mengatakan, tindakan kriminal mereka terungkap berdasarkan laporan masyarakat dan rekaman kamera pengintai (CCTV). Saat beraksi, keduanya naik sepeda motor. BN menjadi joki, sedangkan ALS sebagai eksekutor.
”Awalnya mereka mengamati sasaran lokasinya. Targetnya, sepeda motor yang terparkir di halaman rumah dan kos (indekos). Kalau situasi aman, mereka mencuri,” ujarnya. Ingin menyembunyikan identitasnya, keduanya mengenakan masker, jaket, dan helm saat beraksi.
Bahkan, tersangka menggunakan pelat nomor palsu di sepeda motornya. Ketika keadaan sepi, ALS memakai kunci letter T untuk merusak tempat kunci kontak motor, sedangkan BN mengawasi keadaan sekitar. Setelah membuka dalam hitungan detik, ALS membawa kabur motor sasarannya.
Baca juga : Kasus Perkawinan Anak bak Beranak Pinak di Indramayu
Tersangka lalu menjual sepeda motor curian itu kepada seorang penadah berinisial JY yang masih buron. Mereka menjualnya Rp 1 juta sampai Rp 3 juta. Seperti ALS dan BN, JY juga diduga berasal dari Kecamatan Krangkeng. ”Kami mendalami jaringan kedua tersangka,” ungkap Fahri.
Berdasarkan penyelidikan polisi, tersangka telah beraksi di 16 tempat kejadian perkara (TKP). Sepuluh lokasi di antaranya berada di tiga kecamatan di Indramayu, yaitu Balongan, Karangampel, dan Sliyeg. Lima TKP lainnya di Majalengka dan satu TKP di Cirebon.
”Jadi, tersangka ini termasuk sindikat pencurian sepeda motor lintas daerah,” ucap Fahri. ALS dan BN mengaku sudah menjalankan aksinya sejak Juni tahun lalu pada siang dan malam hari. Dari tersangka, polisi menyita, antara lain, satu sepeda motor, kunci letter T, dan jaket.
Pihaknya belum bisa memastikan jumlah motor yang dicuri. Bulan Januari saja, polisi menerima tiga laporan kehilangan kendaraan. Bahkan, Fahri menduga tersangka telah menggelapkan banyak sepeda motor. Apalagi, keduanya merupakan residivis kasus serupa tahun 2020.
”Kamu masih muda, masih produktif. Jangan mencuri lagi,” kata Fahri kepada ALS dan BN. Keduanya hanya mengangguk dan menundukkan kepala. ”(Ini) Karena ekonomi, Pak. Enggak ada pekerjaan. Uangnya buat makan dan ngasih orangtua,” ujar ALS dengan suara pelan.
Baca juga : ”Raksasa Laut” Indramayu Tersandera Solar
Putus sekolah
Hanya lulusan sekolah menengah pertama, ALS mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan. Ia juga tidak ingin menjadi buruh tani seperti orangtuanya dengan upah sekitar Rp 80.000 per hari. Itu pun waktunya tidak menentu. Baginya, mengintai dan mencuri sepeda motor lebih mudah.
”Kalau saya ngasih uang, orangtua nanya dapat dari mana, saya bilang hasil kerja,” kata ALS menyembunyikan aksinya sebagai pencuri motor.
Kali ini, dia mengaku kapok dan berjanji akan meninggalkan dunia gelap pencurian. ALS berencana menjadi buruh bangunan kelak.
Kepala Bagian Operasi Satuan Reserse Kriminal Polres Indramayu Inspektur Satu H Karnadi menuturkan, seperti ALS dan BN, sejumlah pelaku pencurian sepeda motor juga berasal dari Krangkeng. Salah satu pemicunya, penadah hasil curian juga berada di kecamatan tersebut.
Krangkeng terletak di bagian timur Indramayu dan berbatasan dengan Cirebon utara. Dengan luas 73,9 kilometer persegi, kecamatan ini terdiri atas 11 desa. Meskipun memiliki 4.621 hektar sawah, produksi padi belum maksimal karena daerah ini kerap kekeringan saat musim kemarau.
”Kendalanya, keberadaan pelaku (tidak tetap). Inisialnya juga banyak. Tongkrongan dan jaringan mereka banyak. Kalau ditangkap satu, masih ada yang lainnya,” ujar Karnadi.
Sebelum ALS dan BN, polisi telah meringkus D (28), warga Krangkeng, yang diduga mencuri sepeda motor di 17 TKP di Indramayu. Tersangka beraksi di Kecamatan Widasari, Jatibarang, Kertasemaya, Balongan, hingga Sliyeg. D melakukan tindak kriminal itu sejak Desember 2022.
D menjalankan aksinya pada malam hari bersama AT yang hingga kini masih buron. Hasil curian dijual kepada seorang penadah berinisial KN, yang juga dalam pencarian, dengan harga Rp 3 juta hingga Rp 6 juta. Seperti ALS dan BN, D juga merupakan residivis dengan kasus serupa.
Kemiskinan
Berkaca dari kasus ALS dan BN, kondisi sosial turut memicu kriminalitas. Tingkat pengangguran terbuka di Indramayu, misalnya, tercatat 8,3 persen pada 2021. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 9,21 persen dan 8,35 persen pada tahun 2019.
Tingkat pengangguran di Indramayu lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Jabar, yakni 9,82 persen. Angka kemiskinan di daerah ini juga cukup tinggi. Pada 2021 lalu, misalnya, persentase penduduk miskin di Indramayu mencapai 13,04 persen atau peringkat ketiga termiskin di Jabar.
Indramayu hanya unggul dibandingkan Kabupaten Kuningan (13,1 persen) dan Kota Tasikmalaya (13,13 persen). Tahun lalu, lebih dari 225.000 warga Indramayu tergolong miskin.
Padahal, daerah berpenduduk sekitar 1,8 juta jiwa ini menjadi produsen padi terbesar nasional, yakni 1,3 juta ton. Produksi perikanan di pesisir utara itu juga bisa lebih dari 2 juta ton per tahun. Indramayu pun menjadi salah satu lumbung pangan di Jabar, bahkan nasional.
Secara terpisah, Ketua Fraksi Golkar DPRD Indramayu Muhaemin menilai, Indramayu masih punya banyak masalah. ”Pembangunan Indramayu masih stagnan, belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Pemerintah harus memaksimalkan kinerjanya,” ucapnya.
Jika persoalan kemiskinan dan pengangguran tidak dituntaskan, bukan tidak mungkin, pemuda seperti ALS dan BN kembali terlibat kriminalitas. Pastinya, keduanya kini kembali terancam mendekam di jeruji besi paling lama 7 tahun.
Baca juga : Ibu Tiri di Indramayu Jadi Otak Pembunuhan Anaknya