Kota Medan Hasilkan 2.000 Ton Sampah Per Hari, Mayoritas Belum Tertangani
Kota Medan menghasilkan 2.000 ton sampah setiap hari, 800 ton berakhir di tempat pembuangan akhir.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Direktur Bank Sampah New Normal Yasra Al-Fajar (kanan) dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Medan Suryadi Panjaitan melihat pengelolaan bank sampah pada acara Apresiasi dan Pertemuan Tahunan Bank Sampah, di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/1/2023). Pemilahan dan pengelolaan sampah sejak di rumah harus dilakukan untuk mengurangi sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
MEDAN, KOMPAS — Kota Medan menghasilkan lebih kurang 2.000 ton sampah setiap hari dan sekitar 800 ton di antaranya berakhir di tempat pembuangan akhir. Lebih dari 1.000-1.200 ton sisanya rawan tidak tertangani. Keberadaan bank sampah di tengah masyarakat diharapkan meningkatkan tradisi memilah dan mengelola sejak dari rumah.
”Dari 2.000 ton sampah per hari, baru sekitar 13 persen yang dipilah dan dikelola sehingga tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, tahun 2025 ditargetkan 30 persen sampah harus dikelola untuk mengurangi sampah di TPA,” kata Direktur Bank Sampah New Normal Yasra Al-Fariza dalam acara Apresiasi dan Pertemuan Tahunan Bank Sampah, di Medan, Sumut, Selasa (24/1/2023).
Yasra mengatakan, salah satu cara meningkatkan jumlah sampah yang dipilah dan dikelola sejak dari rumah adalah memperbanyak bank sampah. Namun, keberadaannya masih sangat minim di Medan.
Pada 2014, pemerintah dan sejumlah lembaga mendirikan sekitar 240 kelompok bank sampah di Medan. Namun, semuanya sudah tutup. Jumlah bank sampah yang aktif di Medan masih sangat minim.
Yasra membangun Bank Sampah New Normal sejak 2019 dengan jumlah nasabah saat ini 375 orang. Sepanjang 2022, mereka mengumpulkan sampah terpilah 84 ton non-organik yang terdiri dari karton, kertas, plastik, logam, koran, dan kaca dengan nilai ekonomi sirkular Rp 98 juta. Untuk sampah organik, bank sampah itu mengumpulkan 108 ton dengan nilai ekonomi sirkular Rp 98,7 juta.
Direktur Bank Sampah New Normal Yasra Al-Fajar (kiri) dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Medan Suryadi Panjaitan melihat pengelolaan bank sampah pada acara Apresiasi dan Pertemuan Tahunan Bank Sampah, di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/1/2023).
Yasra mengatakan, selain bank sampah, sampah dipilah dan dikelola oleh perusahaan pengolah sampah, pengumpul sampah, dan sejumlah industri.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Medan Suti Saidah Nasution mengatakan, sekitar 800 ton sampah berakhir di TPA. ”Logikanya, sekitar 1.000 ton lainnya ke mana. Ini menjadi pertanyaan kita semua,” kata Suti.
Untuk meningkatkan jumlah sampah yang dikelola sebelum sampai ke TPA, kata Suti, sudah mulai dilakukan kerja sama kepada pelaku usaha seperti industri, hotel, restoran, dan bank sampah. Jika dilakukan secara masif, jumlahnya bisa signifikan.
Pengolahan sampah terpadu di TPA juga mulai dilakukan Pemerintah Kota Medan. Di TPA Terjun, Pemkot Medan mengubah sistem pengolahan sampah dari open dumping menjadi sanitary landfill yang rencananya dimulai pada Maret ini. Kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara juga sudah dimulai untuk mencetak jumputan padat dari sampah organik sebagai pengganti batubara.
Akan tetapi, jumputan padat itu baru akan menyerap sekitar tiga ton sampah organik per hari, jauh dari sampah organik yang berakhir di TPA berkisar 400-500 ton. Karena itu, Suti berharap sampah organik tetap harus diolah masyarakat sejak dari rumah.
Sampah ini bisa diurai dengan sangat cepat oleh ulat maggot. Beberapa bank sampah sudah menerapkan penguraian ini, termasuk Bank Sampah New Normal. Hasil maggot dimanfaatkan sebagai pakan ikan di bank sampah itu.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Pengunjung melihat hasil kerajinan tangan yang dibuat dari sampah plastik pada acara Apresiasi dan Pertemuan Tahunan Bank Sampah, di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/1/2023). Pemilahan dan pengelolaan sampah sejak di rumah harus dilakukan untuk mengurangi sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
Tengku Asma Jatun (53), warga Kelurahan Tanjung Sari yang menjadi nasabah Bank Sampah New Normal, mengatakan sudah tiga tahun selalu memilah sampah dan menyetornya ke bank sampah. Setiap Lebaran, ia mengambil uang hasil tabungan sampah.
”Awalnya saya hanya mengumpulkan sampah yang ada di rumah saya. Sekarang kalau sedang ada acara di luar saya kumpulkan juga sampah karena selain untuk lingkungan hidup, nilai ekonominya lumayan besar,” kata Asma.
Asma juga mengajak tetangga-tetangganya untuk memilah sampah sejak dari rumah dan mengajak mereka bergabung sebagai nasabah bank sampah. Saat ini, ujarnya, hampir tidak ada sampah apa pun yang tidak diolah.