Tak Kenal Lelah Atasi Masalah Sampah
Beragam cara dilakukan para pejuang lingkungan untuk mengatasi masalah sampah, mulai dari membersihkan sungai hingga memanfaatkan teknologi.

Sukarelawan yang tergabung dalam Komunitas Save Kali Cikarang membersihkan sampah Kali Cikarang di hutan bambu Warung Bongkok, Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (17/8/2020). Aksi bersih sungai yang diikuti ratusan sukarelawan tersebut dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-75 Kemerdekaan RI.
JAKARTA, KOMPAS — Upaya memperjuangkan kelestarian lingkungan tak selalu lewat langkah besar dalam lingkup luas. Gerakan nyata mengatasi sampah di lingkungan sekitar juga merupakan kontribusi berarti.
Kepedulian nyata terhadap penanganan sampah ditunjukkan Eko Jatmiko dan Dedi Kurniawan, dua anggota grup musik beraliran punk, United Smokers. Sejak berkarya dua dekade silam, mereka menyuarakan perlawanan terhadap perusak lingkungan lewat lagu-lagunya.
”Di sini kita besar/di sini kita berjuang/ bahu-membahu melawan investasi yang destruktif/...”. Demikian penggalan lirik lagu mereka berjudul ”Warbonx Inside Story”.
”Sejak 20 tahun lalu, kami menyuarakan tentang lingkungan. Kami berjuang dengan segala cara, lewat musik, tindakan, hingga perlawanan,” kata Dedi, Senin (28/11/2022).
Pandemi Covid-19 menjadi momen mereka bergerak nyata. Saat tawaran manggung mulai sepi akibat pandemi, mereka memilih membersihkan sampah di Kali Cikarang. Pilihan itu tak lepas dari keduanya yang sejak kecil hidup dan tinggal di Kampung Bongkok, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.

Dedi Kurniawan (43) bagian kiri dan Eko Jatmiko (42).
Di tempat itu melintas Kali Cikarang sepanjang 82 kilometer. Kondisi Kali Cikarang kala itu tak jauh berbeda dengan sungai-sungai lain di Bekasi, yakni penuh sampah.
Usaha Dedi dan Eko membersihkan sampah di bantaran hingga aliran Kali Cikarang perlahan membuahkan hasil. Air sungai jadi jernih. ”Ikan-ikan endemis, salah satunya ikan leting, juga sudah kembali muncul,” ujar Dedi.
Warga sekitar yang awalnya masa bodoh dan selama ini membuang sampah ke kali perlahan berubah. Mereka mau membantu Eko dan Dedi membersihkan sampah. Langkah kecil yang dimulai dua pemuda itu juga menggugah pemuda lain.
Sejak 20 tahun lalu, kami menyuarakan tentang lingkungan. Kami berjuang dengan segala cara, lewat musik, tindakan, hingga perlawanan. (Dedi Kurniawan)
Pembersihan sampah di Kali Cikarang meluas hingga terbentuk Komunitas Save Kali Cikarang pada Juli 2020. Sukarelawan Save Kali Cikarang pun terus bertambah dan kini berjumlah ratusan orang. Hingga kini, mereka merogoh kocek pribadi dalam konservasi sungai di Bekasi.
Baca juga: Jalan Senyap Para Pejuang Lingkungan

Foto udara sukarelawan yang tergabung dalam Komunitas Save Kali Cikarang membersihkan sampah Kali Cikarang di hutan bambu Warung Bongkok, Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (17/8/2020).
Teknologi digital
Langkah nyata juga dilakukan aktivis lingkungan hidup di Sulawesi Utara, Marlon Kamagi (48). Ia mendirikan perusahaan rintisan Baciraro Recycle pada 2020 guna menangani berbagai jenis sampah.
Perusahaan rintisan itu terpusat di bengkel sederhana di Desa Papakelan, Minahasa, Sulut. Berbagai sampah plastik dihancurkan, dilelehkan, dan dicetak menjadi berbagai benda, mulai dari manik-manik hingga batako.
Untuk mengumpulkan sampah, Baciraro, yang pada 2020 memenangi Gerakan Nasional 1.000 Start Up Digital Regional Manado, mencari donatur sampah di Minahasa, Manado, Bitung, hingga Minahasa Utara.
Baca juga: Duka dan Perjuangan di Balik Mekarnya Sang Bunga Dewa di Muaro Jambi

Suasana studio daur ulang Baciraro Recycle di Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022). Baciraro Recycle adalah sebuah perusahaan rintisan (start up) yang bergerak dalam pengelolaan sampah.
Baciraro juga mendirikan bank sampah dan berkolaborasi dengan pegiat bank sampah di sejumlah daerah di Sulut. Nasabah bank sampah dapat menukarkan sampahnya dengan uang, bahkan barang kebutuhan pokok.
Chief Operating Officer Baciraro Clay Lalamentik (26) mengatakan, berbagai produk daur ulang plastik telah diperkenalkan melalui berbagai kegiatan dan festival, termasuk di ajang KTT G20 di Bali.
Tak berhenti pada sampah plastik, Baciraro juga mengembangkan pengolahan sampah organik. Mereka membuat peternakan maggotblack soldier fly (BSF). Sampah organik dan sisa makanan diolah menjadi pupuk dan disalurkan ke petani kentang di Rurukan, Tomohon.
”Kami mengembangkan produk kentang organik. Ini yang pertama di Sulut,” ujarnya.

Chief Executive Officer Baciraro Recycle Marlon Kamagi
Pemanfaatan teknologi digital untuk mengumpulkan dan mengolah sampah juga bergulir di Makassar, Sulawesi Selatan. Sejak 2015, Adi Syaifullah Putra membuat layanan jual beli dan daur ulang sampah lewat situs Mallsampah. Empat tahun berselang dibuat aplikasinya.
Niat saya membuat layanan ini, mereduksi sampah sekaligus punya data sampah. (Lewat aplikasi) Pengguna tak akan repot karena sampah bisa dijemput dan dibayar di tempat. Diharapkan lebih banyak yang mau memilih dan memilah, serta melihat sampah lebih bernilai. (Adi Syaifullah Putra)
Kini tercatat lebih dari 50.000 pengguna Mallsampah. Latar belakang mereka beragam, mulai dari mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengelola usaha restoran dan hotel. Sebanyak 80 persen berada di Makassar, Gowa, Maros, Takalar, dan Parepare.
Mallsampah memberdayakan 500 mitra pengepul dan memanfaatkan 300 pusat daur ulang. Jumlah sampah yang didaur ulang per bulan lebih dari 100 ton.
”Niat saya membuat layanan ini, mereduksi sampah sekaligus punya data sampah. (Lewat aplikasi) Pengguna tak akan repot karena sampah bisa dijemput dan dibayar di tempat. Diharapkan lebih banyak yang mau memilih dan memilah, dan melihat sampah lebih bernilai,” kata Adi.
Baca juga: Pemberi Rasa Aman Lutung Muaragembong

Adi Saifullah Putra, Direktur sekaligus pendiri Mallsampah Indonesia, berpose di depan tumpukan sampah yang telah dipilah di salah satu gudang penyimpanan, Selasa (21/9/2021). Mallsampah adalah layanan jual beli dan daur ulang sampah berbasis aplikasi.
Jajak pendapat
Masalah sampah sangat relevan bagi masyarakat karena menjadi bagian dari keseharian. Tak mengherankan jika persepsi terkait pejuang lingkungan juga identik dengan mereka yang berjibaku menangani masalah sampah.
Jajak pendapat Kompas pada awal November 2022 merekam, 81,7 persen responden menyatakan ada sosok yang peduli terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Artinya, 8 dari 10 orang meyakini keberadaan individu yang mau memperjuangkan kebaikan bagi bumi.
Para pejuang lingkungan ini disebut fokus pada berbagai persoalan, utamanya yang berkaitan langsung dengan kenyamanan tempat tinggal. Dari jumlah responden tersebut, 38,1 persen menyebut ada sosok penggerak yang berupaya menjaga kebersihan saluran air, seperti selokan, sungai, bahkan pantai. Keberadaan individu ini disebutkan paling banyak oleh responden yang berasal dari dari Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, dan Banten.
Sebanyak 23,2 persen responden menyatakan ada sosok yang peduli pada pendaurulangan sampah. Potret ini terekam kuat di Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Bali. Sementara itu, 19,3 persen responden lain menyaksikan adanya orang yang memperbaiki lingkungan lewat aksi menanam pohon. Hal ini disampaikan paling banyak oleh responden yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Baca juga: Manengkel Solidaritas, Menyelamatkan Pesisir dan Menyejahterakan Nelayan

Hasil jajak pendapat ini menunjukkan bahwa keberadaan orang yang peduli terhadap lingkungan sudah ada di sekeliling masyarakat Indonesia. Pernyataan publik tersebut menjadi pelita di tengah penyelamatan bumi oleh pemangku kebijakan yang rasanya jalan di tempat.
Kepedulian pada lingkungan tak jarang ditempuh dengan merelakan pikiran, waktu, dan kepemilikan materi demi terciptanya lingkungan yang ramah ditinggali. Hampir separuh responden (44,4 persen) menyebut sosok-sosok di sekeliling mereka menggunakan dana pribadi untuk memperjuangkan lingkungan hidup yang lebih baik.
Kondisi ini pun mengikis anggapan bahwa pegiat lingkungan hanya memanfaatkan persoalan lingkungan untuk mencari uang atau kendaraan politik semata. Nyatanya, pejuang lingkungan yang dikenal publik betul-betul mendedikasikan diri untuk menciptakan Bumi yang lebih ramah untuk ditinggali.
Perhatian pejuang lingkungan hidup yang masif pada isu kebersihan lingkungan senada dengan persoalan paling besar yang dihadapi saat ini. Separuh responden menyebut pengolahan plastik sebagai isu yang paling krusial saat ini. Termasuk sepertiga responden lainnya yang menyorot pentingnya pengelolaan saluran air.
Kepedulian pada lingkungan tak jarang ditempuh dengan merelakan pikiran, waktu, dan kepemilikan materi demi terciptanya lingkungan yang ramah ditinggali. Hampir separuh responden (44,4 persen) menyebut sosok-sosok di sekeliling mereka menggunakan dana pribadi untuk memperjuangkan lingkungan hidup yang lebih baik.
Pernyataan publik selaras dengan masih tingginya komposisi sampah tak terkelola di Indonesia. Laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa 35,5 persen sampah berstatus tidak terkelola pada 2021. Dengan timbulan sampah sebesar 30,9 juta ton, setidaknya 11 juta ton sampah berpotensi mengotori lingkungan, tak terkecuali yang hanyut dan menyumbat saluran air.

Tercatat sejumlah wilayah menjadi daerah dengan tingkat pengelolaan sampah yang rendah. Produksi sampah di Kabupaten Lanny Jaya di Papua dilaporkan hanya 1,1 persen yang terkelola. Sementara itu, sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah dan Lampung juga mencatatkan pengelolaan sampah di bawah 15 persen. Di Jawa, Kabupaten Serang di Banten menempati urutan keenam sebagai daerah dengan tingkat sampah terkelola rendah, yakni 8,4 persen.
Tak hanya tak terkelola, isu krusial lainnya terkait sampah ialah plastik. Produksi sampah plastik belum menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Plastik menyumbang 17,8 persen dari total sampah nasional pada 2021. Meskipun komposisinya kecil dibandingkan jenis sampah lainnya, sampah plastik memberikan dampak paling buruk bagi lingkungan. Tidak hanya karena tingkat daur ulang yang masih rendah, sejumlah sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai, terbukti tidak dapat didaur ulang.
Kombinasi data ini menunjukkan bahwa publik masih membutuhkan aksi nyata dari pemerintah untuk mengatasi sampah. Meskipun persoalan sampah terdengar sangat usang, hal inilah yang berdampak langsung bagi peri kehidupan masyarakat.