Bocah Kakak Beradik di Baubau Dilecehkan, Polisi Tak Kunjung Tangkap Pelaku
Dua bocah kakak beradik di Baubau, Sulawesi Tenggara, diduga kuat mengalami pelecehan seksual. Meski telah melaporkan ke polisi sejak hampir satu bulan terakhir, pelaku belum juga ditangkap.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dua kakak beradik yang masih di bawah umur di Baubau, Sulawesi Tenggara, diduga kuat mengalami pelecehan seksual. Keduanya dilecehkan saat ibu mereka berjualan di pasar. Mereka saat ini masih sakit dan trauma. Meski kasus itu telah dilaporkan kepada polisi sejak hampir satu bulan terakhir, pelaku belum juga ditangkap.
Kasus kekerasan seksual terhadap dua kakak beradik ini diketahui sang ibu mereka sejak akhir tahun lalu. Saat itu ia melihat anak bungsunya yang berumur 4 tahun kesakitan saat buang air kecil.
”Saya pertama kali tahu itu Selasa (28/12/2022) malam. Waktu itu saya baru pulang dari pasar berjualan sayur. Si bungsu bilang kemaluannya sakit. Dan, pas saya periksa, memang kondisinya tidak keruan,” tutur Sarin (41), sang ibu, dihubungi dari Kendari, Selasa (24/1/2023). Ia memang berjualan di pasar untuk menghidupi lima anaknya. Sang suami telah meninggal dua tahun lalu.
Setelah melihat kondisi anaknya, ia lalu menanyai detail tentang apa yang dialami anaknya tersebut. Sang anak mengaku dipanggil oleh beberapa pekerja bangunan yang sedang membangun rumah di perumahannya. Kompleks permukiman itu memang baru dan masih dalam pembangunan beberapa rumah lainnya.
Di sebuah bangunan kosong, sang anak mengaku pakaiannya diturunkan dan kemaluannya dipegang. Sang anak mengaku pelaku yang ia ketahui ada empat orang. Tidak hanya itu, sebelumnya ia juga mengaku disuntik hingga merasa lemas. ”Saya divaksin sama itu om-om,” kata Sarin menirukan perkataan anaknya.
Saat itu ia masih belum tahu apa yang harus dilakukan. Dua malam setelahnya, ia melihat anak keempatnya yang berumur 9 tahun juga kesulitan saat buang air kecil. Saat ia periksa, kemaluan sang anak juga rusak.
Anak keempatnya tersebut akhirnya bercerita sembari menangis. Beberapa hari sebelumnya ada dua orang yang masuk ke dalam rumahnya hingga ia ketakutan. Ia hanya berbaring di kamar dan melihat orang tersebut membawa sebuah botol yang mengeluarkan asap hingga ia tertidur lelap.
Saat bangun, ia merasa badannya sakit. Saat buang air, kemaluan dan duburnya juga sakit. Saat Sarin memeriksa, juga ada bekas serupa jarum suntik di tengkuk dan lengan anaknya tersebut.
Sabtu (31/12/2022), ia melaporkan kejadian ini ke Polsek Murhum. Setelah dimintai keterangan, lalu diarahkan ke Polres Baubau. Sebelumnya, ia menelepon pemilik kompleks tempat ia menetap untuk menceritakan kejadian tersebut.
Setelah diperiksa di Polres Baubau, sang anak diarahkan untuk melakukan visum. Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan ada robek pada kemaluan sang anak.
Setelah melaporkan kejadian itu, ia tidak tinggal diam. Saat melihat pekerja bangunan di lokasi kejadian, ia memotret dengan ponsel miliknya. Foto tersebut ia tunjukkan kepada sang anak, yang kemudian menunjuk beberapa orang di antaranya.
Tidak hanya itu, sang anak yang berumur sembilan tahun juga menunjuk tetangganya yang masih ada ikatan keluarga dengan kontraktor perumahan tersebut.
Hasil penyelidikan mandirinya tersebut ia sampaikan kepada pihak kepolisian. Beberapa tukang telah dipanggil untuk diperiksa. Sang anak menunjuk beberapa orang di antaranya. Namun, beberapa pekerja yang ditunjuk tersebut masih bekerja dan tidak ditahan.
”Terakhir saya telepon polisi kemarin, tapi katanya masih penyelidikan. Saya berharap pelaku segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Ini sudah mau satu bulan, tapi belum ada juga pelaku yang ditindak. Mana kami di sini ketakutan karena terduga pelaku masih ada di sekitar kami,” tuturnya.
Tidak hanya itu, sang anak juga masih trauma berat. Ia khawatir dengan kondisi sang anak, utamanya kondisi kejiwaan dari kejadian ini.
Kepala Polres Baubau Ajun Komisaris Besar Bungin Masokan Misalayuk mengungkapkan, ia belum mengetahui kejadian ini dan baru akan mengeceknya. ”Tolong kirimkan info awalnya untuk saya cek,” ucapnya. Namun, hingga pukul 20.00 Wita, tak ada informasi lanjutan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Baubau Ajun Komisaris Najamuddin tidak mengangkat telepon dan tidak menjawab pertanyaan yang dikirimkan melalui pesan pendek.
Sebelumnya, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Baubau Fanti Frida Yanti menjelaskan, wilayah Baubau memang darurat kekerasan seksual sejak beberapa tahun terakhir. Hingga Juli 2022 saja telah ada 20 laporan yang diterima. Kasus ini tersebar di sejumlah wilayah di kota ini.
Fanti mengakui masih banyak kendala yang dihadapi, mulai dari pencegahan, pelayanan, hingga penanganan kekerasan seksual. Kendala itu berasal dari internal ataupun dari luar. Pemahaman petugas yang minim hingga strategi pencegahan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya keras memutus rantai kekerasan seksual, melakukan pelayanan maksimal, dan melakukan pencegahan yang berkesinambungan.