Capaian Perawatan TBC di Kota Malang Masih Jauh dari Target, Butuh Kerja Sama Semua Pihak
Capaian perawatan kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Malang, Jawa Timur, masih jauh dari target. Kerja sama pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu mengeliminasi TBC dari Kota Malang pada 2030.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Capaian perawatan kasus tuberkulosis atau TBC di Kota Malang, Jawa Timur, masih 60-70 persen atau masih jauh dari target. Kerja sama semua pihak untuk menjangkau penderita dan mendampingi selama perawatan diharapkan mampu mendukung target eliminasi TBC pada 2030.
Hal tersebut menjadi kesimpulan focus group discussion (FGD) ”Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberkulosis di Kota Malang” yang digelar Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Peduli TBC Kota Malang, Rabu (18/1/2023), di Hotel Savana, Kota Malang, Jawa Timur. Hadir dalam acara tersebut Dinas Kesehatan Kota Malang, perwakilan rumah sakit, dan sejumlah pihak.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif mengatakan bahwa selama Januari-Desember 2022 terdapat 19.157 terduga kasus TB. Sebanyak 65,88 persennya menjalani perawatan dan 77,03 persennya mendapatkan kesembuhan.
Meski begitu, menurut Husnul, dari jumlah tersebut juga terdapat kasus kematian. Sebanyak 71 kasus kematian akibat TB HIV dan 84 kasus kematian selama pengobatan TB.
”Dari data tersebut menunjukkan bahwa belum sesuai target 90 persen pasien TBC yang menjalani pengobatan sampai sembuh dan lengkap. Jadi, diperlukan peran semua pihak agar pasien TBC dapat berobat sampai lengkap dan sembuh. Selain itu mata rantai sumber penularan TBC diharapkan juga dapat diputus dengan minum obat sampai tuntas di fasilitas kesehatan terdekat dengan rumah,” katanya.
Masih menurut Husnul, dukungan masyarakat secara umum penting mengingat masih besarnya stigma terhadap pasien TBC. ”Lamanya proses pengobatan, bisa enam bulan atau lebih, kadang juga membuat pasien yang tanpa dukungan bisa putus di tengah jalan. Itu sebabnya, dukungan terhadap suksesnya pengobatan pada pasien TBC sangatlah penting,” katanya.
Dinkes Kota Malang akan membentuk Tim Percepatan Eliminasi TBC di Kota Malang demi target pemerintah untuk eliminasi TBC pada 2030,” katanya.
Keterlibatan masyarakat, menurut Husnul, bisa secara personal ataupun melalui kelompok masyarakat seperti Yabhysa.
Ketua Yabhysa Kota Malang Ruly Narulita mengatakan bahwa peran Yabhysa dalam penanganan TBC di Kota Malang salah satunya membantu pelacakan pasien yang mangkir dari pengobatan. Baik di awal diagnosa, maupun mangkir dalam proses pengobatan.
”Yabhysa Peduli TBC Kota Malang memiliki kader aktif sebanyak 45 kader yang tersebar di lima kecamatan. Kami membuka peluang untuk masyarakat yang ingin bergabung menjadi kader dan sama-sama berusaha mengeliminasi TBC dari Kota Malang,” katanya.
Dalam membantu eliminasi TBC di Kota Malang, Yabhysa adalah menemukan kasus TBC secara aktif (active case finding) dengan metode investigasi kontak dan penyuluhan. Menurut Ruly, kegiatan itu diharapkan dapat menemukan kasus baru dengan mengirim terduga yang memenuhi syarat rujukan.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa belum sesuai target 90 persen pasien TBC yang menjalani pengobatan sampai sembuh dan lengkap.
Kader dapat membantu mengirimkan spesimen (sampel dahak) ke layanan sehingga terduga tidak perlu berangkat ke layanan untuk memeriksakan diri. Jika hasil spesimen positif TBC sensitif obat (SO), kader akan mendampingi dan dapat menjadi pengawas menelan obat (PMO) sampai sembuh dan lengkap.
Dalam pendampingan, jika pasien berhalangan mengambil obat ke layanan (PKM), menurut Ruly, kader dapat mengambilkan obat ke layanan dan mengantarkan obat kepada pasien.
Dr Raden Ayu Siti Juhariyah Sp P, FISR, Ketua Koalisi Organisasi Profesi Peduli TB atau Kopi TB Kota Malang, mengatakan bahwa TB ditargetkan oleh pemerintah hilang tahun 2030. Organisasi terdiri dari para dokter spesialis itu disebut mendukung penuh upaya eliminasi TB dengan gerakan memasyarakatkan informasi mengenai TB kepada khalayak umum.
“Tahun 2021 jumlah TB menjadi banyak karena tumpang tindih dengan kasus Covid-19. Namun, harus diakui, pandemi membuat temuan kasus TB lambat sehingga banyak pasien yang ditemukan sudah mengalami gejala cukup parah, misalnya TB sudah menyerang otak. Hal-hal seperti inilah yang harus kita tanggulangi ke depan secara bersama-sama,” kata dokter RSUD Kota Malang tersebut.