Memacu Infrastruktur Wisata, Mendulang ”Cuan” Devisa
Beberapa infrastruktur baru dibangun guna mendukung destinasi wisata unggulan. Adapun infrastruktur lama diperbaiki. Hal itu untuk meningkatkan aksesibilitas wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Sejumlah wisatawan domestik berswafoto dengan latar bangunan tua di kawasan Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (10/1/2023). Bangunan yang menawarkan eksotisme heritage kawasan pergudangan pelabuhan itu menjadi daya tarik baru selain pantai pasir dengan pemandangan Selat Bali.
Dari Pantai Marina Boom, wisatawan bisa melanjutkan petualangan di Kampoeng Mandar. Kampung yang berada di Kelurahan Mandar ini merupakan permukiman nelayan. Namun, dengan sentuhan pembangunan sarana dan prasarana dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, kampung tersebut berkembang menjadi pasar ikan segar dan pusat wisata kuliner aneka hasil laut.
Asti Widiani (42), pengunjung asal Surabaya, mengaku terkesan dengan pesona Pantai Marina Boom. Dia juga menyukai masakan kakaktua bakar, ikan khas Banyuwangi. Wisatawan yang bepergian dengan keluarganya ini mengaku baru pertama mengunjungi kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut.
Baca juga: Wisata di Jatim Dorong Tumbuhnya Beragam Sektor Ekonomi Baru
Dia pun berencana mengeksplorasi sejumlah destinasi wisata yang ada di bumi Blambangan, julukan Banyuwangi, seperti Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran di Situbondo. Asti memilih jalur dari Banyuwangi karena akses jalannya sudah bagus dan banyak pelaku pariwisata yang menyediakan akomodasi menuju ke lokasi.
”Bagi aku, infrastruktur pariwisata jadi salah satu pertimbangan utama saat bepergian. Karena wisata itu kan inginnya bersenang-senang bukan cari susah,” ucap Asti.
Banyuwangi merupakan salah satu daerah di Jatim yang terkenal memiliki banyak destinasi wisata alam menarik, seperti api biru (blue fire) Gunung Ijen. Selain itu banyak pantai memesona, seperti Bangsring, Tabuhan, dan Plengkung yang menjadi surganya para peselancar dunia.
Destinasi wisata tersebut telah didukung pembangunan infrastruktur yang bagus, terutama jalan. Selain itu, banyak sarana transportasi yang memadai sehingga memudahkan wisatawan. Selain terdapat stasiun kereta api, Banyuwangi memiliki Bandar Udara Blimbingsari dan Pelabuhan Ketapang yang disinggahi kapal dari berbagai daerah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, Taman Nasional Alas Purwo telah mendapat dukungan pembangunan infrastruktur dari pemerintah pusat. Dukungan tersebut memicu lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara lebih dari 600 persen.
Baca juga: Gairah Wisata di Ujung Timur Pulau Jawa
”Total sepanjang tahun 2022 terdapat 2,9 juta kunjungan wisatawan Nusantara dan 29.020 wisatawan mancanegara. Memang belum bisa kembali seperti tahun 2019, tetapi sudah on the track dan akan kita pacu lagi di tahun 2023,” ujar Ipuk saat menerima kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Banyuwangi, Senin (9/1/2023).
Selain Banyuwangi, pengembangan infrastruktur penunjang pariwisata juga dilakukan oleh daerah lain di Jatim. Hal itu karena infrastruktur menjadi salah satu komponen penting dalam pengembangan industri pariwisata, selain pemasaran, dan pesona yang dimiliki oleh destinasi tersebut.
Pemerintah Provinsi Jatim, misalnya, meresmikan Jalan Merak-Baluran, Senin (9/1/2023). Jalan tersebut membuka akses menuju destinasi wisata Pantai Sijile yang punya keindahan dan eksotisme tidak ada duanya di Jatim. Pengunjung diprediksi bakal meningkat tajam.
”Tren wisata saat ini lebih berorientasi pada alam. Kalau sebelumnya Pantai Sijile masih relatif sulit dijangkau karena ketiadaan infrastruktur yang layak, maka setelah ini (peresmian jalan) harus siap-siap ’kebanjiran’ wisatawan, baik lokal maupun mancanegara,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sebelumnya, Khofifah meresmikan Jalan Merak-Baluran, Dusun Merak, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo (Kawasan Taman Nasional Baluran). Jalan yang mampu menahan beban hingga 5 ton tersebut memiliki panjang 10 kilometer dan lebar 3 meter dengan bahu jalan selebar 1 meter.
Pembangunan jalan itu merupakan tindak lanjut hasil kesepakatan bersama antara Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Bupati Situbondo tentang Pelestarian Fungsi Kawasan Taman Nasional Baluran pada 3 September 2020. Adapun programnya Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Konservasi di Zona Khusus Labuhan Merak (Eks HGU PT Gunung Gumitir).
”Pantai Sijile ini indah sekali, terumbu karang yang menjadi rumah bagi ikan dan berbagai biota laut lainnya pun masih terjaga dengan baik. Ini menjadi daya tarik yang sangat luar biasa,” ucap Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu mengatakan, keindahan Pantai Sijile belum terjamah alias masih alami. Pantai ini juga terhubung dengan pantai-pantai lain di Situbondo yang kecantikannya masih perawan sehingga panorama yang ditawarkan sangat natural dan orisinal.
”Arus air laut di pantai ini tenang, nyaris tak ada riak dan tak terlalu dalam. Sangat cocok untuk berenang ataupun wisata air lainnya. Jadi bagi masyarakat Jawa Timur yang berkunjung ke Situbondo harus mampir menikmati keindahan Pantai Sijile,” ajak Khofifah.
Pemprov Jatim dan Pemkab Situbondo berjanji akan terus meningkatkan aksesibilitas infrastruktur wisata di kawasan Taman Baluran. Menurut dia, Situbondo memiliki banyak obyek wisata pantai membutuhkan dukungan infrastruktur guna pengembangan sektor pariwisata.
”Pembangunan infrastruktur akan dilakukan secara bertahap, harapannya jika sektor pariwisata semakin berkembang, maka kesejahteraan masyarakat sekitar pun akan meningkat,” kata Khofifah.
Jembatan kaca
Masih terkait dengan infrastruktur wisata, Pemprov Jatim bekerja sama dengan pemerintah pusat tengah merampungkan pembangunan jembatan kaca di Seruni Poin kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Seluruh pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar jembatan hampir rampung.
”(Dengan hadirnya jembatan kaca ini) Kami optimistis tingkat kunjungan wisatawan ke Bromo akan meningkat. Tidak hanya menarik turis lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara,” ujar Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut.
Khofifah menambahkan, Jatim memiliki banyak destinasi wisata berdaya tarik tinggi dan unik yang masih perlu dipromosikan secara besar-besaran. Salah satunya, Sentono Gentong, dataran tinggi di Pacitan yang menurutnya seperti orkestra semesta alam karena memiliki keindahan alami yang lengkap dan berpadu dengan sejarah serta semangat spiritual masyarakat lokal.
Karena wisata itu kan inginnya bersenang-senang bukan cari susah. (Asti Widiani)
Dari Setono Gedong, pengunjung bisa menikmati pemandangan laut dan pantai. Selain itu, pemandangan perkotaan yang tengah bertumbuh, kawasan perbukitan, kawasan pegunungan hingga goa-goa. Tak cuma menyajikan wisata alam, Sentono Gentong juga merupakan spot paralayang.
”Jatim ini banyak sekali tempat yang menyuguhkan keindahan bagi penikmat wisata alam, religi, kuliner, dan tantangan bagi para penikmat dan atlet paralayang. Sentono Gentong ini wisata dengan nilai sejarah yang kuat. Ini bisa dibilang wisata alam, religi, dan olahraga,” katanya.
Sebagai wisata religi, Sentono Gentong merupakan kawasan petilasan. Di dalamnya terdapat gentong berisi tulang-tulang yang dibawa oleh Sheikh Subakir dari Persia untuk menangkal roh jahat di Pulau Jawa agar agama Islam dapat berkembang dengan baik.
”Tempat ini kental dengan cerita tentang Sheikh Subakir. Dulu kabarnya banyak jin yang mengganggu proses pembangunan dan perkembangan agama Islam di Nusantara. Kisah Sheikh Subakir seperti dalam Babad Tanah Jawi ini tertanam sangat kuat sekali, dan juga mencontohkan harmonious partnership,” kata Khofifah.
Khofifah menekankan pentingnya membangun konektivitas antara Pacitan dan daerah Mataraman lain, seperti Ponorogo dan Madiun. Menurut dia keindahan Pacitan harus lebih dipromosikan agar lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Jatim Adik Dwi Putranto berpendapat kinerja sektor pariwisata di bumi Majapahit ini berangsur membaik setelah tiga tahun terempas pandemi Covid-19. Pada tahun ini, dia memprediksi kinerjanya bakal naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2022.
Berdasarkan catatan Adik, sektor pariwisata mulai kembali bangkit dan akan tancap gas di tahun ini. Salah satu pemicunya penghapusan pembatasan pergerakan kegiatan masyarakat atau PPKM. Jumlah wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, bakal naik signifikan, termasuk meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE)juga akan naik.
”Di Batu saja, pada tahun 2022 jumlah wisatawan domestik mencapai 7,4 juta wisatawan. Ini menjadi sinyal bahwa pariwisata kita akan tancap gas pada tahun ini,” ujar Adik Dwi Putranto.
Selain pencabutan aturan PPKM, turunnya harga tiket pesawat terbang juga berkontribusi besar terhadap kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang akan ke Jatim. Ada sejumlah destinasi bertaraf internasional yang potensial ditawarkan, seperti Gunung Bromo, Ijen, dan Pulau Gili, yang di Madura.
Agar kinerja semakin moncer, Kadin Jatim akan terus membantu promosi pariwisata, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kadin Jatim bersama Pemprov Jatim selalu menyelenggarakan kegiatan Misi Dagang ke berbagai provinsi, termasuk mempromosikan pariwisata.
”Begitu juga dengan luar negeri, saat melakukan Misi Dagang ke sejumlah negara kami selalu mempromosikan pariwisata Jatim. Promosi juga kami lakukan saat kedatangan tamu atau delegasi dari luar negeri ke kantor Kadin Jatim,” kata Adik.
Dia menambahkan, Kadin Jatim juga secara berkesinambungan mendorong peningkatan infrastruktur penunjang obyek wisata dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata. Pengembangan SDM difokuskan pada daerah yang sektor pariwisatanya masih baru berkembang, seperti Kediri, Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Jember, dan Madura.
”Kalau di kota wisata, seperti Batu dan Banyuwangi, sudah banyak SDM pariwisata yang tersertifikasi, seperti pemandu wisata. Nah, ini tetap harus terus ditingkatkan, termasuk untuk destinasi wisatanya apakah sudah ramah anak atau belum. Karena industri pariwisata ini adalah industri jasa yang sangat bergantung pada SDM,” tegas Adik.
Di sisi lain, edukasi masyarakat sekitar obyek wisata juga penting dilakukan, termasuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bersinggungan langsung dengan wisatawan. UMKM kuliner yang berdagang di area wisata, misalnya, jangan sampai mematok harga sangat tinggi.
”Harus mencantumkan harga barang yang dijual. Jangan sampai wisatawan kecewa dan merasa ditipu karena harus membayar dengan harga sangat tinggi,” ucap Adik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk Jatim dari Januari hingga November 2022 tercatat mencapai 48.991 orang, atau naik dibandingkan tahun 2021 yang hanya 689 wisman. Wisman terbanyak berasal dari Malaysia yang mencapai 30,86 persen, disusul Singapura 16,07 persen, Tiongkok 4,30 persen, dan Amerika sebesar 3,41 persen.
Adik mengatakan, meski terjadi kenaikan jumlah wisman, kondisi tersebut masih jauh dibandingkan saat sebelum pandemi Covid-19. Pada tahun 2018, jumlah wisman yang masuk Jatim mencapai 320.529 orang dan pada tahun 2019 sebanyak 243.899 orang.
”Harapan kami, dengan pencabutan PPKM, promosi serta peningkatan SDM, kinerjanya akan berangsur kembali seperti sebelum pandemi agar kontribusinya terhadap ekonomi Jatim dan pendulang devisa nasional akan terus naik,” katanya.
Baca juga : Desa Wisata Unggulan Di Malang Bersiap Sambut Libur Akhir Tahun