Jumlah kunjungan ke Labuan Bajo pada Natal dan Tahun Baru kali ini sepi. Anacman resesi ekonomi dunia, dan cuaca buruk sebagai penyebab, di samping kebijakan pemda yang menaikkan tarif masuk TN Komodo.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA, FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo, Manggarai Barat, pada hari libur Natal dan Tahun baru kali ini menurun drastis. Sejumlah wisatawan yang sudah jauh-jauh hari merencanakan perjalanan mendadak batal.
Ancaman resesi ekonomi dua dan cuaca buruk diduga sebagai penyebab. Pelaku usaha pariwisata harus tetap optimistis dan terus berbenah.
Ketua Harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Manggarai Barat Donatus Matur dihubungi di Labuan Bajo, Minggu (1/1/2023), mengatakan keheranan atas menurunnya jumlah wisatawan ke Labuan Bajo dan sekitarnya tahun ini. Kondisi tahun ini berbeda dengan jumlah pengunjung pada Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
Kali ini jumlah wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara, menurun drastis. Penurunannya 40-50 dibandingkan periode yang sama 2021. Penurunan kunjungan kali ini cukup drastis.
”Kami sudah konfirmasi ke teman-teman perhimpunan hotel dan restoran, organisasi pelaku usaha wisata lain di Manggarai Barat. Kondisinya seperti itu,” kata Matur.
Setelah pandemi Covid-19, pelaku usaha wisata di Labuan Bajo mulai merasakan gejolak kunjungan wisatawan akhir 2021. Namun, antusiasme pelaku usaha wisata itu redup kembali di akhir tahun 2022 ini.
Ia mengatakan, wisatawan tetap berkujung ke Labuan Bajo akhir tahun ini. Namun, kebanyakan didominasi pengunjung domestik, dan jumlah pun tidak seperti periode yang sama tahun 2021.
Mereka itu kebanyakan dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan daerah lain. Waktu tinggal 3-5 hari di Labuan Bajo atau Flores. Sementara pemerintah menargetkan lebih banyak wisatawan mancanegara untuk menaikkan devisa negara.
Kami sudah konfirmasi ke teman-teman perhimpunan hotel dan restoran, organisasi pelaku usaha wisata lain di Manggarai Barat. Kondisinya seperti itu. (Donatus Matur)
Sebelum pandemi Covid-19, menjelang akhir tahun, situasi di Labuan Bajo cukup padat wisatawan asing dan domestik. Jalan-jalan dipenuhi pejalan kaki, ratusan perahu motor hilir mudik di laut, dan dermaga Labuan Bajo pun dipadati pengunjung yang datang dan pergi.
Saat itu, 5-10 kapal pesiar datang dan pergi menjelang akhir tahun, membawa wisatawan mancanegara. Satu kapal pesiar membawa wisatawan sampai 2.000 orang. Kedatangan kapal pesiar ini sangat dinanti pelaku usaha wisata. Namun, tahun ini tidak ada sama sekali.
Faktor lain, kebijakan Pemprov NTT menaikkan tarif masuk TN Komodo Komodo per 1 Januari 2023 senilai Rp 3,7 juta per orang per tahun pun masih berdampak terhadap jumlah kunjungan ke Labuan Bajo.
Meski kebijakan itu sudah dicabut per November 2022, wisatawan masih menunggu kelanjutan dari keputusan pencabutan itu. Mereka khawatir, setelah tiba di Labuan Bajo, ternyata pergub kenaikan tarif masuk TN Komodo itu diberlakukan.
Di tengah cuaca buruk yang terjadi di hampir seluruh Tanah Air, penerbangan ke Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, lancar. Kendati demikian, prakiraan cuaca ekstrem yang melanda NTT hingga 5 Januari 2023 mendatang tetap diwaspadai.
Kepala Bandar Udara Komodo Hariyanto lewat sambungan telepon mengatakan, dalam pekan ini, penerbangan dari dan menuju Labuan Bajo berjalan lancar. ”Kalau pekan lalu sempat ada kendala karena cuaca,” ujarnya.
Dalam satu hari, sebanyak 24 kali pergerakan pesawat yang mendarat dan terbang dari bandara itu. Sementara jumlah penumpang yang tiba dan berangkat lebih kurang 2.000 orang.
Seiring redanya pandemi Covid-19, perjalanan ke destinasi superprioritas itu semakin meningkat. Kehadiran wisatawan ke sana untuk melihat reptil purba komodo, satu-satunya yang ada di dunia.
Sementara itu, BMKG memprakirakan cuaca ekstrem berpotensi melanda hampir seluruh wilayah NTT hingga 5 Januari 2023. Cuaca ekstrem itu berupa angin dengan kecepatan di atas 50 kilometer per jam serta hujan dengan intensitas tinggi.
Kepala Stasiun Meteorologi Eltari Kupang Agung S Abadi mengatakan, meningkatkannya angin kencang dipengaruhi pertumbuhan awan kumulonimbus di NTT. Saat ini belum ada tanda-tanda awan tersebut bergeser dari wilayah NTT.
Menurut Matur, setiap kebijakan mengenai pariwisata sebaiknya juga meminta pertimbangan dari pelaku usaha wisata yang langsung bergerak di lapangan. Jangan hanya melihat satu sisi saja, yakni pendapatan asli daerah.
”Usaha wisata ini menyangkut manusia yang ingin bersenang-senang, maka jangan beranggapan Labuan Bajo itu segala-galanya. Masih banyak destinasi wisata unik yang murah dan ramah,” ujarnya.
Di tengah ancaman resesi ekonomi global 2023 ini, Matur berharap pemda melahirkan kebijakan di bidang usaha pariwisata, yang lebih peduli terhadap wisatawan. Jangan sampai ada kebijakan baru di tahun 2023 yang semakin menghalangi wisatawan ke Labuan Bajo.
Pengurus DPD Perhimpunan Hotel Restaurant dan Nelayan NTT Leo Arakian mengatakan, laporan dari 22 kabupaten/kota di NTT, jumlah kunjungan ke hotel-hotel di NTT sepi selama Natal dan Tahun Baru. Kondisi ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2021 lalu.
Jumlah 487 hotel di NTT terisi hanya 40 persen. Biasanya menjelang Natal dan Tahun Baruada wisatawan yang datang berlibur di sejumlah kabupaten/kota di NTT, terutama Labuan Bajo, Kota Kupang, Maumere, dan Atambua. Kali ini, tingkat hunian kamar-kamar hotel sepi.
Pelaku usaha wisata harus optimistis menatap tahun 2023 ini. Tingkatkan kreasi dan inovasi di bidang pelayanan dan promosi, dan terus berbenah meski ada ancaman resesi global. ”Saya selalu ajak para pengelola hotel dan restaurant agar selalu memberikan yang terbaik bagi konsumen,” kata Arakian.