Banyak Nakhoda Kapal Wisata Belum Paham Jalur Aman di Labuan Bajo
Sejumlah nakhoda kapal pesiar yang melintasi perairan Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur diduga kurang paham jalur laut di wilayah tersebut. Kendala ini diduga menjadi salah satu pemicu sejumlah kecelakaan laut.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS - Sejumlah nakhoda kapal pesiar yang melintasi perairan Kepulauan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur diduga kurang paham jalur laut di wilayah tersebut. Kendala ini diduga menjadi salah satu pemicu sejumlah kecelakaan laut di kawasan wisata bahari tersebut.
Kejadian terakhir, KLM Plataran Phinisi Bali yang membawa rombongan wartawan istana kepresidenan, Selasa (21/1/2020) tenggelam di sekitar perairan pulau Bidadari, Kecamatan Komodo. Sebanyak 16 orang di dalam KLM Plataran Phinisi Bali selamat.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Manggarai Barat Don Matur di Labuan Bajo, Selasa (21/1/2020) mengatakan, selama ini nelayan tradisional dengan perahu layar dan ketinting selalu aman saat melakukan pencarian ikan di perairan Pulau Bidadari. Belum ada laporan perahu tradisional yang sebenarnya tidak dilengkapi fasilitas penyelamatan memadai, tenggelam atau hanyut.
“Tetapi kapal pesiar yang masuk kategori kapal mewah, lengkap dengan fasilitas pendukung keselamatan laut, beberapa kali mengalami kecelakaan. Itu berarti ada kesalahan pada kapten kapal. Kapten kapal diduga belum paham jalur-jalur aman yang layak dilalui kapal pada musim cuaca buruk seperti saat ini,” kata Matur.
Matur mengungkapkan, perusahan perjalanan wisata laut yang mempekerjakan nakhoda kapal, sebaiknya memilih yang sudah berpengalaman dan paham jalur laut setempat. Ia mencontohkan, nakhoda KLM Plataran Phinisi Bali dinilai masih terlalu muda, yakni berusia 28 tahun. "Kapten kapal yang berusia di bawah 28 tahun emosinya masih labil, belum memiliki pengalaman berlayar, dan belum mampu memilih jalur aman menghadapi gelombang tinggi," ujar dia.
Kepala Polres Manggarai Barat Ajun Komisaris Besar Handoyo Santoso mengatakan, KLM Plataran Phinisi Bali berkapasitas 32 gross ton (GT) yang tenggelam di perairan Pulau Bidadari membawa 16 orang. Dalam insiden tersebut, seluruh penumpang termasuk kru kapal selamat.
Mereka adalah kapten kapal Andy Ahmat (28), tiga anak buah kapal (ABK), masing-masing Densi Gau (40), Muhamad Roni (20), dan Muhamad Wahyu (20). Adapun para penumpang, yakni Edho Ferdinazah (38), Anindyka Pribadi (28), Sri Krismatianti Baruno Suryo Kusumo (28), Agus Rahmat (34), Nina Susilo (39), Deska Nidia Natalia (33), Lisa Ekeham (26), Nita Sari (40), dan Iwan (40). Tiga orang lain yakni Jack sebagai pemandu (41), Hasnintang (38) istri dari salah satu ABK, dan Danis (9) anak dari salah satu ABK.
Menurut Handoyo, KLM Plataran Phinisi Bali berangkat dari dermaga Hotel Plataran pukul 11.00 Wita, menempuh perjalanan sekitar 1,25 kilometer menuju Pulau Bidadari. Kapal tersebut berlayar dalam rangka memfasilitasi para wartawan mengabadikan keindahan laut dan alam di sekitar perairan Labuan Bajo.
Sekitar pukul 11.30, nakhoda kapal putar haluan melakukan perjalanan pulang ke Labuan Bajo. Sekitar pukul 12.00, kapal diterjang angin kencang. Karena layar kapal masih tertancap di tiang kapal, angin kencang mendobrak layar sampai kapal terbalik seketika.
Selanjutnya, sekitar pukul 12.15 Wita, dua unit kapal cepat milik Hotel Plataran menuju perairan Bidadari guna mengevakuasi seluruh penumpang kapal. Semuanya dievakuasi dalam kondisi selamat menuju Plataran Resor Labuan Bajo.
Wartawan Kompas, Nina Susilo yang ikut serta dalam rombongan menuturkan, saat kejadian, kapal yang sudah berlayar sekitar 30 menit itu sudah berputar arah kembali ke Dermaga Plataran Komodo Resort and Spa. Pada saat itulah angin kencang menerjang layar yang masih terkembang.
”Layar sudah coba digulung kru kapal, tapi posisi sudah miring. Tahu-tahu sudah harus dievakuasi,” kata Nina dihubungi dari Jakarta, Kamis siang.
Para wartawan itu bagian dari rombongan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Labuan Bajo, Senin kemarin. Namun, kapal pinisi yang tenggelam itu bukanlah kapal yang sebelumnya digunakan Presiden dan rombongan.
Seluruh penumpang dievakuasi dua sekoci. Tak lama kemudian dua kapal cepat (speedboat) datang dan mengevakuasi seluruh penumpang. Total penumpang ada sembilan orang di luar kru kapal.
Menurut Nina, tidak ada korban dalam kejadian itu. ”Hanya luka-luka lecet kecil saja di teman-teman,” katanya. Menurut rencana, rombongan tetap akan kembali ke Jakarta, Selasa sore.
Namun, sejumlah peralatan kerja, tas, dompet, dan telepon genggam penumpang tenggelam di laut. Dua kamera wartawan TVRI dan Berita Satu turut tenggelam.
Joshua selaku penanggungjawab Plataran Komodo Resort and Spa Labuan Bajo mengatakan, saat kapal itu bertolak dari Labuan Bajo, cuaca laut masih aman. Sesuai rencana, tiba di perairan Pulau Bidadari, kapal itu hanya berputar-putar di sekitar perairan Bidadari agar wartawan bisa mengambil gambar keindahan pulau itu dari laut.
“Kapal ini tidak ditumpangi Bapak Presiden, tetapi hanya sembilan wartawan dari istana kepresidenan. Mereka semuanya selamat, sedangkan kapal itu tenggelam,” kata Joshua.
Dua pekan lalu, KM Aditya juga tenggelam di sekitar peraian Bidadari saat hendak pulang menuju Labuan Bajo. Saat itu KM Aditya menabrak karang, kemudian tenggelam perlahan. Tujuh orang di dalam kapal nahas itu diselamatkan kapal nelayan, sedangkan KM Aditya tenggelam.