Penyaluran Beras Bulog di Kalsel Meningkat Signifikan
Penyaluran beras Bulog di Kalimantan Selatan pada tahun ini meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu. Tambahan pasokan beras tetap diupayakan untuk mengintervensi ketersediaan dan harga beras di pasar.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Penyaluran beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog di Kalimantan Selatan pada tahun ini meningkat signifikan dibandingkan penyaluran beras tahun sebelumnya. Tambahan pasokan beras tetap diupayakan untuk mengintervensi ketersediaan dan harga beras di pasar.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan Muhammad Imron Rosidi menyampaikan, pihaknya telah menyalurkan sekitar 10.100 ton beras untuk program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSA) di Kalsel sepanjang tahun 2022. Sebagian besar beras disalurkan ke daerah pencatatan inflasi di Kalsel, yakni Banjarmasin, Kotabaru, dan Tanjung (Tabalong).
”Dibandingkan tahun 2021, penyaluran beras Bulog tahun ini lebih besar karena banyak permintaan untuk operasi pasar. Tahun lalu, kami hanya mengeluarkan sekitar 3.500 ton untuk program KPSA,” ungkapnya di Banjarmasin, Selasa (13/12/2022).
Imron mengatakan, beras Bulog pada tahun lalu hampir tidak dilirik masyarakat Kalsel karena harga beras di pasar relatif stabil dan stoknya juga mencukupi. Namun, berbeda kondisinya dengan tahun ini, harga beras lokal Banjar jenis Siam atau Unus rata-rata sudah di atas Rp 15.000 per kilogram (kg), bahkan ada yang menembus Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per kg.
”Beras yang disalurkan Bulog adalah beras medium (sejenis IR 64 dan Ciherang). Beras itu mungkin bukan preferensi masyarakat Kalsel, tetapi paling tidak bisa untuk mengintervensi ketersediaan beras di pasar sehingga harganya agak sedikit terkendali,” tuturnya.
Menurut Imron, harga beras medium dari Bulog masih tetap Rp 8.600 per kg sebagaimana sudah ditentukan oleh pemerintah. Saat ini, stoknya di gudang Bulog Kalsel tinggal sekitar 1.900 ton karena pada bulan Desember sudah keluar sekitar 1.000 ton. ”Mudah-mudahan stok beras itu mencukupi sampai akhir tahun ini karena diutamakan hanya untuk operasi pasar,” ujarnya.
Adapun kebutuhan beras awal tahun, lanjut Imron, sudah diantisipasi dan dicarikan solusi. Saat ini juga sedang dilakukan pembahasan di tingkat pusat. Kalau dari pihak Bulog, stok beras memang harus ditambah untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan pangan atau lonjakan harga yang besar meskipun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian menunjukkan adanya surplus beras.
”Saya tidak bisa menjawab beras itu dari mana, dari dalam atau dari luar negeri. Yang pasti akan ada tambahan lagi dari pusat untuk Kalsel,” katanya.
Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa sehari sebelumnya menyebutkan, setidaknya ada empat komoditas pangan yang harus diwaspadai memicu inflasi karena harganya berpotensi naik pada masa Natal dan Tahun Baru, yaitu beras, telur ayam, cabai, dan daging ayam.
”Pemerintah daerah harus turun memantau ketersediaan dan harga pangan di lapangan supaya problem atau gejolaknya bisa langsung dimitigasi,” katanya.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel Syamsir Rahman, produksi beras di Kalsel tahun ini diperkirakan masih melampaui kebutuhan atau surplus meskipun ada penurunan produksi akibat serangan hama tungro. ”Sesuai data kami dan data yang dikeluarkan BPS Kalsel, tahun ini Kalsel surplus beras mencapai 42.460 ton,” ujarnya.
Agar tidak kekurangan beras, untuk sementara kami akan menekan dulu pengiriman atau penjualan beras ke luar kabupaten.
Penjabat Bupati Barito Kuala Mujiyat mengatakan, daerahnya sebagai salah satu sentra produksi beras di Kalsel telah menyiapkan stok beras yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Barito Kuala. ”Produksi kami masih surplus. Agar tidak kekurangan beras, untuk sementara kami akan menekan dulu pengiriman atau penjualan beras ke luar kabupaten,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Barito Kuala Wahyu Adibawono menambahkan, produksi beras di Barito Kuala tahun ini agak menurun dibandingkan tahun lalu karena faktor cuaca dan hama. Saat ini, harga beras juga terkerek naik mengikuti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
”Bahan pangan yang harus diantisipasi dan berpotensi naik saat ini adalah beras. Akibat kenaikan harga BBM, biaya produksi dan biaya angkut beras juga naik. Untuk itu, kami juga sudah melakukan operasi pasar dan bekerja sama dengan pemerintah provinsi menggelar pasar murah,” tuturnya.