Bulog Stok 5.000 Ton Beras untuk Kalsel Sampai Akhir Tahun
Perum Bulog menstok sekitar 5.000 ton beras untuk kebutuhan reguler masyarakat Kalimantan Selatan sampai akhir tahun 2022. Stok itu masih bisa ditambah jika ada program bantuan sosial yang mendesak.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Perum Bulog menyediakan sekitar 5.000 ton beras untuk masyarakat Kalimantan Selatan sampai akhir tahun 2022. Stok itu dipastikan cukup untuk kebutuhan reguler dan tidak menutup kemungkinan ditambah jika ada program bantuan sosial yang mendesak.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan Muhammad Imron Rosidi mengatakan, stok berasnya saat ini sekitar 3.000 ton. Kemudian, dalam minggu ini juga akan datang lagi sekitar 2.000 ton beras dari Sulawesi Selatan. Dengan demikian, nanti ada sekitar 5.000 ton stok beras di Kalsel.
”Stok beras itu diperkirakan cukup sampai akhir tahun ini. Bahkan, sampai awal tahun depan juga masih cukup aman kalau hanya untuk kebutuhan reguler (penjualan dan operasi pasar),” katanya di Banjarmasin, Selasa (15/11/2022).
Akan tetapi, jika ada program besar dari pemerintah daerah, misalnya bantuan sosial untuk korban bencana alam dan lain sebagainya, stok beras itu kemungkinan tidak cukup. ”Kalau stok itu ternyata kurang, kami masih bisa mendatangkan lagi,” ujarnya.
Menurut Imron, kebanyakan stok beras yang dimiliki Bulog Kalsel adalah beras medium yang berasal dari padi varietas IR 64 dan Ciherang. Untuk beras medium per kemasan 5 kilogram (kg) dijual Rp 45.000, sedangkan beras premium dengan kemasan yang sama dijual Rp 60.000.
”Beras yang kami stok memang tidak begitu banyak dikonsumsi masyarakat Kalsel karena masyarakat di sini lebih menyukai beras lokal (beras Banjar) jenis siam,” katanya.
Untuk saat ini, lanjut Imron, Bulog Kalsel memang belum bisa menyerap beras lokal Banjar karena harganya berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp 8.300 per kg. Di pasaran, beras siam biasa dijual Rp 13.600 per kg, beras siam tanggung Rp 15.200 per kg, dan beras siam unus Rp 17.100 per kg.
”Untuk stok sampai akhir tahun, kami harus mendatangkan beras dari luar Kalsel karena sudah tidak bisa menyerap beras dari petani Kalsel lagi. Kami hanya bisa menyerap beras medium dengan HPP Rp 8.300 per kg,” tuturnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, petani masih ada yang panen pada November dan Desember. Hal itu membuat Kalsel dipastikan tidak akan defisit beras pada tahun ini. Produksi padi di Kalsel pada 2022 diperkirakan masih melampaui kebutuhan atau surplus meskipun ada penurunan produksi akibat serangan hama tungro.
”Sesuai data kami dan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, tahun ini Kalsel surplus beras mencapai 42.460 ton,” ucapnya.
Menurut Syamsir, perhitungan surplus itu dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk Kalsel pada 2021 sebanyak 4,12 juta jiwa. Berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM) 2021, kebutuhan atau konsumsi beras di Kalsel sebesar 110,24 kg per kapita per tahun.
Kepala BPS Kalsel Yos Rusdiansyah menyampaikan, produksi padi Kalsel pada 2022 diperkirakan 873.130 ton gabah kering giling atau turun 14,09 persen dibandingkan dengan produksi padi pada 2021 yang sekitar 1,02 juta ton. Jumlah tersebut berdasarkan produksi padi pada Januari-September sebanyak 619.170 ton, ditambah perkiraan produksi Oktober-Desember sebanyak 253.960 ton.
”Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras Kalsel pada 2022 diperkirakan 516.610 ton. Dengan perhitungan menggunakan metode Kerangka Sampel Area, surplus beras Kalsel tahun ini diperkirakan 42.460 ton,” katanya.