Siapkan Relokasi dan Bantuan Rumah, Presiden Dorong Pemulihan Cianjur
Pemerintah menyiapkan lahan relokasi beserta bangunan tahan gempa untuk penyintas gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Warga yang rumahnya terdampak juga akan menerima bantuan renovasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Pemerintah menyiapkan lahan relokasi beserta bangunan tahan gempa untuk penyintas gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Warga yang rumahnya terdampak juga akan menerima bantuan renovasi. Upaya itu untuk mendorong pemulihan ekonomi Cianjur.
Lahan relokasi untuk penyintas gempa Cianjur berada di Kampung Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, sekitar 5,2 kilometer dari Kantor Bupati Cianjur. ”Di sini segera dibangun kurang lebih 200 rumah yang antigempa,” ucap Presiden Joko Widodo saat mengecek lokasi itu, Senin (5/12/2022).
Turut serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Suharyanto, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, dan Bupati Cianjur Herman Suherman juga hadir.
Mengenakan baju putih yang lengan bajunya dilipat, Presiden mengamati bangunan tipe 36 dengan luas tanah 75 meter persegi itu. Saat ini, pekerja masih menyelesaikan dua unit rumah. Bangunan itu terbagi atas ruangan tamu, dua kamar tidur, kamar mandi, dan dapur di belakang.
Dinding beton rumah itu terbagi-bagi dan terhubung oleh baut khusus. Bagian dalam panel beton juga terpasang besi. Konstruksi itu diklaim bisa tahan guncangan jika terjadi gempa. Lahan relokasi seluas 2,5 hektar itu diperuntukkan bagi penyintas gempa yang daerahnya tak bisa dihuni.
Sasaran relokasi adalah warga yang rumahnya hancur dan berada di daerah patahan, seperti di Cugenang. Pemerintah daerah masih mendata jumlah warga yang direlokasi. Menurut rencana, 80 unit rumah rampung dibangun pada akhir Desember dan 120 unit lainnya tuntas minggu ketiga Januari 2023.
Selain di Sirnagalih, pemerintah juga menyiapkan lahan 30 hektar di Kecamatan Mande. Di sana, pemerintah bakal mendirikan lebih dari 1.600 rumah tahan gempa bagi penyintas. ”Kalau untuk (pembangunan 1.600 rumah), kira-kira (tuntas) sebelum Lebaran (April 2023),” ujar Presiden.
Ketika ditanya soal air bersih hingga akses pekerjaan bagi warga yang direlokasi, Presiden mengatakan telah menyiapkan hal itu. Namun, Presiden tidak merinci penjelasannya. Ia juga memastikan, penyintas yang rumahnya terdampak gempa akan mendapatkan bantuan renovasi.
Pemerintah bakal memberi bantuan Rp 10 juta untuk rumah yang rusak ringan, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak berat Rp 50 juta. Bagi warga yang rumahnya rusak parah dan daerahnya masih bisa dihuni, pemerintah membangunkan rumah tahan gempa di tempat tersebut.
”Nanti hari Kamis (8/12/2022), kami akan serahkan bantuannya sehingga (renovasi rumah) segera dimulai semuanya. Semua pergerakan masyarakat (diharapkan) kembali, aktivitas ekonomi juga bisa terbantu dari situ,” kata Presiden. Pihaknya juga terus membenahi fasilitas publik.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menambahkan, pendataan rumah rusak sudah sesuai ketentuan dan kondisi riil di lapangan. Rumah rusak berat, misalnya, indikator kerusakannya pada struktur utama rumah.
Jika struktur kolom rumah masih aman, tapi dindingnya rusak, itu tergolong rusak sedang. Adapun rusak ringan jika plafon jatuh, kaca pecah, dan sebagainya. Validasi kerusakan rumah juga menggunakan aplikasi khusus. ”Ini akurat lokasinya dan NIK (identitas) warga,” katanya.
Terkait relokasi, Iwan menilai, Sirnagalih sudah ideal. Selain berada di dekat kota, tanah itu juga milik pemda. Meski demikian, area itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung. Dari lahan relokasi, tampak gunungan sampah di TPA.
Pemda sedang menyiapkan lahan relokasi TPA yang ditargetkan rampung dua pekan ke depan. Ia berharap warga segera menempati lahan relokasi. ”Lahan masyarakat di lokasi terdampak nanti bisa diambil alih pemerintah daerah untuk pertanian, perkebunan, dan area hijau,” ujarnya.
Ade kusyadi (45), warga Desa Mangunkerta, Cugenang, mengapresiasi lahan relokasi yang disiapkan pemerintah. Apalagi, ia dan empat anggota keluarganya sudah dua pekan tinggal di posko pengungsian. ”Anak saya sempat demam dan gatal-gatal. Banyak yang begitu,” katanya.
Kami butuh adaptasi di tempat baru. Semoga pemerintah bisa membantu.
Meski demikian, ia mempertanyakan mata pencarian di lahan relokasi. Terlebih lagi, tempat itu berjarak sekitar 20 kilometer dari tempat asalnya. Tanah dan cuaca yang agak panas di Sirnagalih dibandingkan Cugenang, katanya, kurang cocok untuk bertani dan beternak.
”Saya seperti warga lainnya, kebanyakan bertani dan beternak. Kami butuh adaptasi di tempat baru. Semoga pemerintah bisa membantu. Jangan sekadar (memfasilitasi) rumah, tapi mata pencariannya juga,” ujar Ade yang kehilangan anaknya yang berusia 16 bulan akibat gempa.
Sebelumnya, Kepala Desa Sirnagalih Sugilar menyambut baik penyintas gempa yang akan direlokasi ke daerahnya. Namun, dia meminta pemerintah memikirkan dampak penambahan penduduk, akses pekerjaan, serta ketersediaan fasilitas publik dan tanah pemakaman.
”Jangan sampai warga baru jadi beban untuk desa. Kami juga berharap pemerintah tidak hanya memperhatikan warga yang direlokasi, sedangkan kami tidak,” ujar Sugilar yang memimpin desa berpenduduk sekitar 29.000 warga itu.
Hingga Senin (5/12/2022) pagi tercatat 334 warga meninggal dan delapan orang masih dalam pencarian akibat gempa bermagnitudo 5,6 pada 21 November lalu itu. Jumlah rumah rusak yang tervalidasi tercatat 8.161 rumah rusak berat, 11.210 rusak sedang, dan 18.469 rusak ringan. Sebanyak 114.683 warga juga masih mengungsi.