Pencarian Korban Gempa Cianjur Kembali Diperpanjang, Pemkab Siapkan Lahan Relokasi
Waktu pencarian korban gempa Cianjur kembali berlanjut hingga Selasa (6/12/2022). Pemkab juga terus menyiapkan lahan relokasi bagi penyintas gempa yang lahannya tidak bisa dihuni lagi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan Basarnas memperpanjang kembali waktu pencarian korban gempa hingga Selasa (6/12/2022) mendatang. Pemkab juga terus menyiapkan lahan relokasi bagi penyintas gempa yang lahannya tidak bisa dihuni lagi.
Rahmat P, Instruktur SAR Kantor SAR Bandung, mengatakan, pencarian korban gempa Cianjur kembali diperpanjang untuk ketiga kalinya. Sejak gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Senin (21/11/2022), tim SAR gabungan langsung melaksanakan operasi pencarian korban hingga satu pekan.
Akan tetapi, tim belum menemukan semua korban. Operasi pencarian pun berlanjut tiga hari atau Rabu (30/11/2022). Namun, belum semua korban terdeteksi. Pencarian pun diperpanjang hingga Sabtu (3/12/2022). Hari ini, tim mengevakuasi dua jenazah dari Cijedil dan satu jenazah di Warung Sate Shinta.
Hingga kini, masih terdapat delapan orang dalam pencarian. Basarnas pun kembali memperpanjang operasi pencarian hingga Selasa (6/12/2022). ”Yang jelas, perpanjangan ini karena permintaan dari pemerintah daerah dan atas dasar kepedulian kami, Basarnas, kepada keluarga korban,” ungkap Rahmat.
Temuan tiga jenazah hari ini juga memberikan optimisme bagi tim untuk terus mencari korban gempa yang diduga tertimbun longsoran tanah dan material bangunan. ”Temuan jenazah ini semakin menguatkan kami kalau (korban) yang lain masih bisa ditemukan,” ujarnya.
Menurut Rahmat, tim terus berupaya memaksimalkan pencarian korban. Di Warung Sate Shinta, misalnya, sekitar 156 personel dari Basarnas, TNI/Polri, hingga sukarelawan turut terlibat. Tim juga menerjunkan lebih dari 200 personel di RT 003 Cijedil. Alat berat pun dikerahkan.
Meski demikian, material tanah, batu, hingga bangunan rumah yang ambrol akibat gempa menjadi salah satu kendala pencarian. Tim harus menyiramkan air terlebih dahulu ke tanah keras sebelum menggali untuk menemukan jenazah. Alat berat belum menjangkau seluruh area.
Kendala lain adalah cuaca. Hujan kerap mengguyur pada siang dan sore hari. Petugas pun harus menghentikan pencarian karena berisiko terjadi longsoran. Gempa susulan juga terus terjadi meski kekuatannya kecil. Sejak Senin (21/11/2022) lalu hingga Sabtu sore, tercatat ada 379 gempa.
Adhi Chandra (28), keluarga korban gempa, berharap, operasi pencarian terus berlanjut. Adhi kehilangan empat anggota keluarganya akibat gempa dengan kedalaman 10 kilometer itu. Mereka adalah istri, anaknya yang berusia 2,5 tahun, kakak ipar, dan mertuanya.
”Setidaknya, pencariannya sebulan dari kejadian atau dua minggu lagi. Di satu sisi, kami pengin bertemu dengan korban biar kami yang ditinggalin tenang. Dan, mereka yang meninggalkan kami bisa disemayamkan dengan baik. Jadi, kami bisa ikhlas menerima semuanya,” katanya.
Relokasi
Sekretaris Daerah Kabupaten Cianjur Cecep Alamsyah mengatakan, di tengah pencarian korban, pemkab juga terus menyiapkan lahan relokasi bagi penyintas yang daerahnya tidak lagi bisa dihuni. ”Untuk relokasi, sementara ini tempat paling memungkinkan di Sirnagalih,” ucapnya.
Kampung Sirnagalih di Cilaku berjarak sekitar 5,2 kilometer dari Kantor Bupati Cianjur. Meski demikian, daerah itu terletak sekitar 12 kilometer dari Cugenang, yang paling terdampak gempa. Menurut rencana, pemerintah akan merelokasi warga dari dari Sarampad, Cijedil, dan Cicadas.
Akan tetapi, lahan relokasi seluas 2,5 hektar itu tidak jauh dari tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Pasir Sembung. ”Memang ada itu (TPA). Tapi, kami akan rekayasa sehingga tidak jadi gangguan bagi para pengungsi. Kami sudah rencanakan pemindahan TPA itu,” ungkapnya.
Untuk relokasi, sementara ini tempat paling memungkinkan di Sirnagalih.
Pada saat yang sama, lanjutnya, petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama tim terus memvalidasi data kerusakan rumah akibat gempa. Hingga Sabtu sore, tercatat 7.817 rumah rusak berat, 10.589 rusak sedang, dan 17.195 rusak ringan. Data itu masih berkembang.
Cecep mengklaim, klasifikasi rumah rusak berat, sedang, dan ringan menggunakan parameter dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Namun, ia tak tahu detail indikatornya. ”Ketika (rumah) dipotret ada sistem yang mengategorikan. Jadi, sistemnya sudah teruji,” ujarnya.
Pemerintah pusat akan memberikan bantuan Rp 10 juta bagi rumah yang rusak ringan, Rp 25 juta rusak sedang, dan Rp 50 juta rusak berat. Warga yang rumahnya rusak ringan dan rusak sedang langsung mendapatkan uang, sedangkan penyaluran bantuan rumah rusak berat ada dua metode.
Bagi warga yang mampu, pemerintah akan memberikan uang Rp 50 juta sebagai stimulan membangun rumahnya. Sementara penyintas yang berpenghasilan rendah akan dibuatkan rumah layak huni tipe 36 dan antigempa oleh TNI/Polri.
”Kami juga merencanakan menganggarkan Rp 500.000 setiap keluarga untuk menyewa rumah bagi korban gempa agar tidak lama di pengungsian. Prosesnya masih pendataan. Ini dilaksanakan secepat mungkin,” ujarnya.
Hingga hari ketiga belas pasca gempa, tercatat 334 orang meninggal dan 8 orang dalam pencarian. Sebanyak 593 penyintas juga menderita luka berat, dan 49 di antaranya masih menjalani perawatan di rumah sakit. Sebanyak 114.683 pengungsi tersebar di 494 posko pengungsian.