Impor beras diminta ditimbang betul, apakah kebijakan ini tak merugikan petani. Terlebih, di tengah panen raya yang baru saja usai. Impor menjadi tak populer di tengah stok yang masih tersedia di penggilingan dan petani.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemilik penggilingan padi di Sulawesi Selatan, yang sebagian besar adalah mitra Bulog, menolak rencana pemerintah untuk mengimpor beras. Menurut mereka, sejauh ini hasil panen baik. Agar gudang-gudang Bulog terisi, yang harus dilakukan adalah menyesuaikan harga pembelian agar tak kalah bersaing dengan pedagang beras.
Sejumlah pemilik penggilingan padi di daerah-daerah sentra beras di Sulsel, saat dihubungi pada Jumat (2/12/2022), mengatakan hal tersebut. Sejauh ini stok di penggilingan padi masih cukup hingga panen berikutnya. Bahkan, rata-rata petani juga menyimpan stok untuk keperluan mereka selama menunggu masa panen berikutnya.
”Kalau di tempat saya dan penggilingan di sekitar sini, stok masih melimpah. Yang masalah, kan, sebenarnya stok Bulog yang menjadi cadangan beras pemerintah. Tapi, kalau beras di masyarakat, banyak. Mengimpor adalah kebijakan tidak populer di tengah petani yang baru saja panen dan menikmati harga beras,” kata Faisal, pemilik penggilingan padi PB Hikma di Kabupaten Sidrap.
Menurut dia, sebagai mitra langsung Bulog, pihaknya sudah memasukkan beras ke gudang Bulog hampir 1.000 ton. Saat ini dia masih menyimpan stok hingga ratusan ton. Ini belum termasuk stok di petani-petani yang menjadi mitra penggilingannya. Dia bahkan berani menyebut bahwa di Sidrap ada hingga 2 juta ton stok beras yang tersebar di penggilingan dan petani.
”Persoalannya, harga Bulog kalah saing dengan pedagang beras. Saat tidak bisa bersaing, yang ada adalah kami dipaksa memasukkan beras, walau secara kontrak kami sudah memenuhi syarat. Sebagai pengusaha, kami juga butuh bisnis, bukan sekadar mengisi Bulog. Intinya, kewajiban saya sebagai mitra sudah saya penuhi,” kata Faisal.
Sementara itu, Anto, pemilik penggilingan beras UD Sinar Baru di Kabupaten Pinrang, mengatakan hal sama. Menurut dia, kalaupun pemerintah memaksakan impor beras, sebaiknya beras tersebut hanya untuk mengisi gudang Bulog atau dijual di provinsi atau wilayah yang memang stok berasnya kurang.
”Sulsel masih cukup stoknya. Baru saja petani selesai panen. Biasanya, setiap selesai panen, petani menyimpan stok untuk kebutuhan mereka sendiri sampai panen berikutnya. Begitu pun di gudang penggilingan, kami menyimpan stok hingga masa panen berikutnya. Jadi, kalau mau impor, jangan masukkan di daerah yang surplus,” katanya.
Pemilik penggilingan UD Cahaya 279 di Kabupaten Bone, Amir, mengatakan, sebenarnya yang membuat Bulog kewalahan menyerap beras petani adalah soal ketimpangan harga. Selama ini, harga pembelian Bulog yang sampai Rp 9.500 per kilogram beras kalah bersaing dengan pedagang yang berani membeli hingga Rp 9.800 per kilogram.
”Kalau Bulog mau menaikkan sedikit saja lagi, misalnya Rp 9.800 atau Rp 10.000, saya yakin semua yang punya cadangan beras akan memasukkan beras ke Bulog. Memang selama ini seperti kejar-kejaran. Bulog naikkan harga, pedagang juga ikut naikkan harga. Saya pernah memasukkan ke Bulog sampai 100 ton lebih dengan harga Rp 8.800, sementara harga di pasaran sudah Rp 9.000-an,” kata Amir.
Dia juga meminta agar dilakukan pengawasan pada masuk dan keluarnya beras dari gudang Bulog. Menurut dia, jangan sampai terjadi mitra memasukkan beras, tapi Bulog juga terus menjual beras.
Sulsel adalah provinsi pemasok beras terbesar keempat nasional. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, potensi panen di Sulsel untuk September 2022 sebesar 640.618 ton, pada Oktober 2022 sebesar 264.068 ton, dan pada November 2022 sebanyak 183.221 ton. Setiap tahun Sulsel rata-rata surplus 1-1,3 juta ton beras.
Sesuai data Bulog Sulselbar, saat ini untuk total pengadaan beras mencapai 202.490 ton yang terdiri dari cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 181.771 ton serta untuk perdagangan komersial sebesar 20.719 ton. Adapun stok beras saat ini mencapai 133.198 ton, yakni 125.250 ton untuk CBP dan komersial 7.948 ton.