Harga beras di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, naik sebesar Rp 2.000 per kilogram dalam sebulan terakhir. Kondisi itu terjadi karena menurunnya suplai gabah dari petani saat permintaan beras tinggi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Harga beras medium di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, merangkak naik sebulan terakhir. Kenaikan harga terjadi karena suplai gabah dari petani menurun lantaran saat ini belum musim panen. Meski demikian, wacana impor beras diharapkan tidak direalisasikan karena dua bulan mendatang diperkirakan panen raya.
Sebulan terakhir, harga beras medium di Blora naik dari rata-rata Rp 8.000 per kilogram menjadi Rp 10.000 per kilogram. Kenaikan harga tersebut dinilai sebagian pengusaha penggilingan padi wajar karena suplai gabah dari petani juga menurun.
Maimun, staf CV Angkasa Mitra Niaga, perusahaan penggilingan padi di Blora, mengatakan, tempat usahanya itu menerima suplai gabah rata-rata 1.000 ton per bulan. Sebulan terakhir, gabah yang diterima dari petani sekitar 600 ton.
”Kondisi seperti ini wajar terjadi pada akhir tahun, tidak hanya terjadi tahun ini saja. Tahun-tahun sebelumnya juga seperti ini. Nanti baru ada stok melimpah pas panen raya sekitar Februari 2023,” kata Maimun, Kamis (1/12/2022).
Menurut Maimun, CV Angkasa Mitra Niaga menyerap gabah dari petani dari sejumlah daerah di Jateng dan Jawa Timur. Sementara itu, beras dijual ke sejumlah daerah di pulau Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Saat suplai beras tidak sebanyak biasaya, jumlah permintaan beras tinggi. Di samping menyuplai kebutuhan beras masyarakat, CV Angkasa Mitra Niaga juga menyuplai beras kepada Perum Bulog. Sepanjang November 2022, misalnya, CV Angkasa Mitra Niaga menyuplai 400 ton beras ke Bulog.
Nanti baru ada stok melimpah pas panen raya sekitar Februari 2023. (Maimun)
Kondisi yang sama dialami penggilingan padi lain di Blora, yakni UD Sumber Makmur. Mardiono, pemilik UD Sumber Makmur, menuturkan, stok beras di penggilingan padi miliknya sekitar 450 ton. Sementara itu, target stok beras bulan ini 1.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan, Mardiono akan mencoba mencari gabah dari petani di wilayah lain.
”Petani-petani di Blora ini sebenarnya memiliki banyak stok gabah kering di lumbungnya masing-masing. Namun, mereka belum menjual gabahnya karena itu untuk ketahanan pangan mereka masing-masing. Nanti kalau sudah mau musim panen, gabah yang disimpan itu biasanya baru akan dijual,” ucap Mardiono.
Mardiono menyebut, gabah yang disimpan di lumbung-lumbung petani itu tidak terdata di pangkalan data mana pun. Padahal, jumlahnya signifikan.
Beberapa hari terakhir, menipisnya stok beras menjadi perbincangan hangat. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan pengadaan beras dalam negeri. Jika jumlahnya dinilai kurang, impor beras akan menjadi opsi.
Namun, Mardiono tidak setuju dengan wacana impor beras. Mardiono, yang juga Kepala Desa Tengger, Kecamatan Japah, Blora, meyakini pengadaan beras di dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah diminta menunggu panen raya yang diperkirakan berlangsung dua bulan mendatang.
”Kalau misalnya impornya sekarang, berasnya kemungkinan bakal datang Februari atau Maret. Padahal, di masa-masa itu, kita sedang panen raya. Kalau beras impor yang harganya lebih murah stoknya melimpah di pasaran, harga beras petani lokal bakal anjlok,” tutur Mardiono.
Seruan agar pemerintah mempertimbangkan ulang wacana impor juga datang dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. ”Kemarin Presiden baru saja mendapatkan penghargaan dari Badan Pangan Dunia terkait ketahanan pangan. Kalau hari ini kita ada kebijakan impor, hati-hati,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, penghitungan stok beras harus presisi sehingga negara bisa memetakan stok beras yang ada. Untuk itu, pihaknya mulai menginstruksikan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya menghitung stok beras yang ada.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal Dadang Darusman mengatakan, stok beras di wilayahnya pada Kamis sebanyak 81.043 ton. Jumlah itu disebut Dadang cukup untuk memenuhi kebutuhan beras di wilayahnya setidaknya sampai enam bulan ke depan. Jumlah kebutuhan beras di wilayah itu sebanyak 13.469 ton per bulan.