Penumpang Tertahan di Pulau akibat Kapal Padang-Mentawai Batal Berangkat
Cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir membuat kapal rute Padang-Kepulauan Mentawai dan sebaliknya batal berangkat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir membuat kapal rute Padang-Kepulauan Mentawai dan sebaliknya batal berangkat. Sejumlah calon penumpang tertahan di Padang ataupun di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Kapal MV Mentawai Fast, misalnya, telah membatalkan jadwal keberangkatan kapal sejak Senin (14/11/2022) lalu. Pelayaran terakhir yang dibatalkan adalah rute Padang-Tuapejat-Padang pada Rabu (16/11/2022) ini.
”Hal ini (pembatalan) disebabkan cuaca ekstrem yang menyebabkan kondisi angin kencang (8-23 knot) dan gelombang sedang (1,25-2,5 meter) di perairan Kepulauan Mentawai,” kata William Iskandar, Direktur Utama PT Mentawai Anugerah Sejahtera, dalam surat pemberitahuannya, Selasa (15/11/2022).
Pembatalan keberangkatan kapal sejak Senin itu membuat sejumlah calon penumpang tertahan, salah satunya Romel (42). Warga Kota Padang itu tertahan di Tuapejat, Pulau Sipora, Kepulauan Mentawai.
Romel menjelaskan, ia hendak kembali ke Padang pada Senin seusai mengunjungi istrinya yang sedang bertugas sebagai ASN di Tuapejat. Namun, saat hendak membeli tiket MV Mentawai Fast, tidak ada kapal yang datang karena jadwal keberangkatan rute Padang-Tuapejat-Padang dibatalkan.
”Sudah tiga hari saya tertahan di Mentawai. Senin kemarin semestinya sudah pulang dengan Mentawai Fast. Satu-satunya harapan besok (Kamis) dengan kapal yang lebih besar, kapal perintis,” kata Romel, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang servis komputer.
Oleh karena tidak ada kapal, toko servis komputer miliknya di Padang tidak buka. Dua anaknya usia TK dan SD juga mesti dititipkan bersama nenek mereka di Padang karena Romel tidak bisa pulang. ”Semoga besok cuaca bagus,” ujarnya.
Kondisi serupa dialami Irsyad Andusnang, Sekretaris Desa Muara Sikabaluan. Ia dan keluarga masih tertahan di Padang karena jadwal keberangkatan kapal MV Mentawai Fast rute Padang-Sikabaluan-Siberut pada Selasa (15/11/2022) dibatalkan.
”Mudah-mudahan besok cuaca bagus sehingga kapal (rute Padang-Siberut-Sikabaluan) bisa berangkat. Namun, melihat kondisi cuaca di Padang hari ini, hujan deras sejak pagi sampai sore, kecil kemungkinan bisa berangkat besok,” katanya.
Irsyad menambahkan, kapal MV Mentawai Fast jadi satu-satunya harapan untuk bisa kembali ke Desa Muara Sikabaluan, Siberut Utara, dalam waktu dekat. Sebab, tidak ada jadwal kapal perintis bulan ini, sedangkan kapal barang dan penumpang KM Gambolo baru masuk ke Sikabaluan pada 22 November.
”Mudah-mudahan hari ini puncak badai. Hujan deras dan angin kencang sekali tadi di Padang,” ujar Irsyad.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Teluk Bayur-Padang memprakirakan, gelombang sedang hingga sangat tinggi masih terjadi perairan pesisir Sumbar dan Kepulauan Mentawai pada 16 November pukul 19.00 hingga 17 November pukul 07.00.
”Waspada ketinggian gelombang laut 0,50-2,5 meter (1,25-2,5 meter kategori sedang) di wilayah perairan pesisir Sumbar hingga perairan timur Kepulauan Mentawai,” kata Ferdy Gustian Utama, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Teluk Bayur-Padang, dalam keterangan tertulis, Rabu.
Selain itu, gelombang laut setinggi 1,50-3,80 meter (2,5-4 meter kategori tinggi) di perairan utara Pulau Siberut juga patut diwaspadai. Begitu pula dengan gelombang laut setinggi 1,50-4,60 meter (4-6 meter kategori sangat tinggi) di perairan pesisir Bengkulu dan perairan timur Pulau Siberut.
Gelombang laut setinggi 1,5-4,50 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai hingga perairan Samudra Hindia barat Sumbar juga mesti diwaspadai. Begitu pula gelombang laut setinggi 2-5 meter di perairan Samudra Hindia barat Bengkulu.
”Waspada kondisi angin kencang dengan kecepatan lebih dari 20 knot yang berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah perairan, terutama wilayah Pesisir Selatan, Sumbar, perairan timur Pulau Pagai, perairan barat Pulau Pagai, dan seluruh wilayah perairan Bengkulu. Kondisi ini diperkirakan terjadi sepanjang malam,” kata Ferdy.