Ratusan Keluarga Terdampak Banjir di Kepulauan Mentawai
Ratusan keluarga terdampak banjir yang terjadi di empat desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, beberapa hari terakhir akibat curah hujan tinggi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Ratusan keluarga di empat desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terendam banjir akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir. Aktivitas warga lumpuh karena air menggenangi jalan dan ladang.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kepulauan Mentawai per 14 November 2022 menyebutkan, sedikitnya 697 keluarga terdampak banjir. Mereka tinggal di Desa Mongan Poula, Malancan, serta Desa Sikabaluan di Kecamatan Siberut Utara. Selain itu, ada warga Desa Sigapokna di Kecamatan Siberut Barat
Di Sigapokna, banjir terjadi di dua dusun, Muara Sigep dan Toktuk, sejak 12 November dengan ketinggian air sekitar 2 meter. Jumlah warga terdampak di Muara Sigep 73 keluarga dan Toktuk 96 keluarga.
Sementara itu, di Mongan Poula banjir terjadi di dua dusun, Mongan Poula Barat dan Mongan Poula Selatan, sejak 13 November dengan ketinggian 1-2 meter. Jumlah warga terdampak di desa tersebut 306 keluarga.
Di Malancan, banjir terjadi di tiga dusun, yaitu Sirilanggai, Sibeuotcun, dan Ukra, sejak 11 November dengan ketinggian 1-2 meter. Jumlah warga terdampak di Sirilanggai 40 keluarga, Siebeuotcun 114 keluarga, dan Ukra 69 keluarga. Adapun di Sikabaluan, banjir terjadi di Dusun Nang-Nang sekitar 30 sentimeter dan merendam SMA 1 Siberut Utara.
”Daerah tersebut selalu banjir saat curah hujan tinggi dan lama. Tadi malam (di Sigapokna dan Sikabaluan) juga diiringi pasang. Aktivitas warga terganggu karena banjir,” kata Novriadi, Kepala Pelaksana BPBD Kepulauan Mentawai, ketika dihubungi dari Padang, Senin (14/11/2022).
Novriadi menjelaskan, secara umum, banjir di kawasan utara Pulau Siberut itu mulai surut karena intensitas hujan berkurang. BPBD masih menghimpun informasi dari masyarakat di tengah kendala sinyal. Cuaca buruk tidak memungkinkan petugas turun ke lokasi.
”Kami berharap curah hujan menurun dan pasang tidak terlalu tinggi. Biasanya dalam sehari banjir sudah kering,” ujarnya.
Novriadi menambahkan, biasanya di Desa Sigapokna juga ada pengungsi banjir. Senin pagi BPBD sudah berkomunikasi dengan kepala desa untuk menyediakan logistik di tempat pengungsian.
Secara terpisah, Kepala Desa Malancan Jalimin Saleleu mengatakan, banjir sudah berlangsung empat hari di tiga dusun, yaitu Sirilanggai, Sibeuotcun, dan Ukra. Ratusan rumah terendam dan aktivitas warga lumpuh. Hingga kini, hujan masih turun.
”Kondisi banjir sekarang masih sama. Empat hari ini banjir terus, tidak bisa ke mana-mana. Sekolah diliburkan. Anak-anak yang sekolah di pusat kecamatan, SMP dan SMA, tidak bisa ke sekolah, jalan banjir. Warga tidak bisa ke ladang,” kata Jalimin.
Menurut Jalimin, meskipun rata-rata rumah penduduk adalah rumah panggung, banjir menggenangi lantai rumah. Tiga dusun ini memang rawan banjir.
”Permukiman dekat dengan sungai. Ada dua sungai meluap, yaitu Sungai Tubuna dan Sungai Taoma. Kami saat ini sedang komunikasi dengan BPBD kabupaten,” kata Jalimin.