Pelestarian Warisan Budaya Tari Radap Rahayu di Kalsel
Tari Radap Rahayu sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2021. Generasi muda dari kalangan siswa dan mahasiswa digugah untuk berperan dalam pelestarian tarian ini.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Tari Radap Rahayu merupakan tarian yang berkembang dan populer di Kalimantan Selatan. Tarian ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2021. Untuk menggugah anak muda melestarikan tarian tersebut, para siswa dan mahasiswa diberi kesempatan untuk mengikuti lokakarya dan menampilkan tarian secara massal.
Dinda (16) tampak semringah seusai tampil dalam pergelaran tari Radap Rahayu massal di panggung putih, samping Rumah Anno 1925, Banjarmasin, Kamis (10/11/2022) sore. Bersama teman-temannya sesama penari, siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Banjarmasin itu membahas penampilan mereka barusan.
”Lega sekali rasanya setelah tampil. Awalnya tadi rada-rada gugup juga karena baru pertama kali ikut menari Radap Rahayu. Apalagi, saya langsung ditunjuk jadi center (di bagian tengah) pada penampilan perdana ini,” ujar siswa kelas XI itu.
Dinda tampil dalam pergelaran tari Radap Rahayu massal pada acara penutupan Banjarmasin Art Week 2022 setelah mengikuti lokakarya (workshop) tari Radap Rahayu selama satu hari pada Senin (7/11/2022). Pergelaran tari Radap Rahayu massal melibatkan sekitar 70 penari dari kalangan siswa dan mahasiswa.
Bagi Dinda, tari Radap Rahayu memiliki gerakan yang lumayan sulit karena hanya torso yang bergerak. Kalau tari lain yang pernah dipelajarinya, hampir semua bagian tubuh bergerak.
”Saya tertarik untuk lebih mendalami tari Radap Rahayu. Kalau nanti ada kesempatan tampil, saya mau menampilkan tarian ini lagi,” katanya sambil tersenyum.
Anisyah Puan Maharani (19) juga merasa lega setelah tampil dalam pergelaran tari Radap Rahayu massal. Meskipun sudah beberapa kali tampil menari Radap Rahayu, pergelaran ini merupakan pertama kali baginya menampilkan tarian secara massal.
”Ini pertama kali tampil secara massal. Biasanya saya hanya tampil bertiga, berlima, atau bertujuh. Jadi, dalam workshop dan geladi bersih harus belajar lagi menyesuaikan gerakannya,” ujar mahasiswi semester 3 Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin itu.
Menurut Puan, ia mengenal dan belajar tari Radap Rahayu dari kegiatan ekstrakurikuler sewaktu masih bersekolah di SMA Negeri 1 Angsana, Tanah Bumbu. Ketika SMA, ia juga sudah beberapa kali mendapat kesempatan untuk menampilkan tari Radap Rahayu.
”Tarian ini biasa ditampilkan saat pembukaan suatu acara dalam rangka penyambutan tamu. Saya berharap tarian ini selalu ditampilkan dalam setiap acara supaya tetap lestari dan ada penerusnya,” kata mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Kampung Seni Budaya itu.
Koordinator Komite Tari Dewan Kesenian Banjarmasin Putri Yunita Permata Kumala Sari mengatakan, lokakarya dan pergelaran tari Radap Rahayu secara massal merupakan tindak lanjut dari Dewan Kesenian Banjarmasin setelah tari Radap Rahayu ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) Indonesia pada 2021.
Kegiatan workshop tari Radap Rahayu selama satu hari diikuti 110 peserta dari target 100 peserta. Namun, saat pergelaran tari secara massal tidak semua peserta bisa tampil karena ada kesibukan lain. Peserta yang akhirnya bisa tampil berjumlah 70 orang.
”Kegiatan workshop tari sebetulnya tidak bisa hanya dilaksanakan satu hari karena menari itu perlu pembiasaan. Namun, yang terpenting, generasi muda mau mencintai budaya daerah. Benar atau tidak mereka menari itu urusan belakang. Yang penting mereka tahu dan cinta dulu. Itu saja sudah menjadi sebuah kebanggaan,” kata dosen Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP ULM itu.
Perubahan fungsi
Edlin Yanuar Nugraheni dalam artikel berjudul ”Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Radap Rahayu di Banjarmasin Kalimantan Selatan” pada Dewa Ruci, jurnal pengkajian dan penciptaan seni (2010), menyebutkan, tari Radap Rahayu tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan suku Banjar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Tari Radap Rahayu yang dulunya merupakan tarian sakral untuk upacara adat akhirnya berubah menjadi tarian hiburan untuk penyambutan tamu-tamu besar. Tarian yang sudah digubah inilah yang dilestarikan sampai sekarang. (Rahmani)
Radap berasal dari kata beradap-adap yang artinya bersama-sama atau secara berkelompok. Adapun rahayu adalah putri atau gadis yang cantik. Radap Rahayu bisa diartikan putri cantik yang berkelompok. Karena itu, radap rahayu di Banjarmasin dimaknai sebagai bidadari yang turun ke bumi secara berkelompok dan hendak menolong siapa pun yang meminta pertolongan.
”Tari Radap Rahayu merupakan tari ritual yang telah mengalami perubahan fungsi menjadi tari hiburan. Tari Radap Rahayu tumbuh dan berkembang dalam konteks fungsi ritual pada upacara tepung tawar. Masyarakat Banjar melakukan ritual ini dalam rangka tolak bala,” tulisnya.
Dalam catatan sejarah, menurut Edlin, tari Radap Rahayu diciptakan oleh seorang ningrat bernama Pangeran Hidayatullah (1822-1904). Dalam perkembangannya tari ini sempat mati suri. Tari Radap Rahayu kemudian digali kembali oleh tokoh masyarakat Banjar bernama Kiai Amir Hasan Bondan pada 1928.
Menurut Rahmani, dosen Program Studi Pendidikan Seni Tari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Banjarmasin, Kiai Amir Hasan Bondan menggubah kembali tari Radap Rahayu menjadi tarian hiburan. Tarian ini pun kerap ditampilkan dalam acara-acara penyambutan tamu besar.
”Tari Radap Rahayu yang dulunya merupakan tarian sakral untuk upacara adat akhirnya berubah menjadi tarian hiburan untuk penyambutan tamu-tamu besar. Tarian yang sudah digubah inilah yang dilestarikan sampai sekarang,” katanya.
Dewi Rukmini dan Juwita dalam artikel berjudul ”Analisis Struktur Tari Radap Rahayu” pada Lentera, jurnal ilmiah kependidikan STKIP PGRI Banjarmasin (2020), menyebutkan, tari Radap Rahayu mulanya hanya ditampilkan dalam acara adat, seperti perkawinan, kehamilan, kelahiran, dan kematian. Namun, seiring perkembangannya, tarian ini juga ditampilkan sebagai hiburan masyarakat.
Tari Radap Rahayu banyak menggunakan gerak maknawi, yaitu menirukan gerakan menyembah, terbang, dan berjalan. Gerak maknawi itu misalnya terbang layang, dandang mangapak, gagoreh sembadra, gagoreh srikandi, mantang, persembahan, tabur bunga, puja bantan, dan angin tutus. Ada pula gerak murni yang hanya menampilkan keindahan dan tak menggambarkan sesuatu, misalnya duduk membunga, alang menari, lontang setengah, dan lontang penuh.
”Penari hendaknya lebih memperhatikan lagi teknik gerak yang benar dalam menarikan tari Radap Rahayu supaya dalam menarikan tari ini lebih indah dilihat penonton. Berdasarkan kenyataan, tari menjadi tidak indah karena kurangnya kesadaran terhadap gerak,” tulis Dewi dan Juwita.
Menurut Putri Yunita, gerakan dalam tari Radap Rahayu tergolong cukup sulit sehingga perlu latihan terus-menerus untuk membiasakan para penari dengan gerakan yang baik dan benar. Latihan terus-menerus itu pada akhirnya menjadi sarana untuk menjaga tari Radap Rahayu sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
”Supaya tari Radap Rahayu bisa terus lestari, sistem pewarisannya bisa lewat jalur mana saja, formal ataupun informal. Tugas menjaga dan melestarikannya tentu bukan tugas satu atau sekelompok orang saja, melainkan tugas semua masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan,” katanya.