Balai Besar POM Padang Kawal Penarikan Obat Sirop di Apotek
Balai Besar POM Padang mengawal proses penarikan obat sirop yang mengandung cemaran EG dan DEG yang dicurigai sebagai salah satu pemicu gagal ginjal akut pada anak.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Padang mengawal proses penarikan obat sirop yang mengandung cemaran etilen glikol atau EG dan dietilen glikol atau DEG di apotek-apotek. Cemaran zat tersebut diduga sebagai salah satu pemicu gagal ginjal pada anak yang sedang merebak di Indonesia.
Salah satu apotek yang dipantau oleh tim Balai Besar POM Padang adalah Apotek Musi di kawasan Pasar Raya Padang, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (24/10/2022) sore. Di apotek ini, petugas memantau proses penarikan obat sirop yang masuk daftar obat yang mesti ditarik sesuai dengan permintaan Badan POM (BPOM).
Petugas mencatat jenis dan jumlah obat sirop yang mesti dikembalikan apotek kepada perusahaan besar farmasi (PBF) dan industri farmasi. Petugas juga meminta pegawai apotek menahan penjualan obat sirop yang masuk kategori ”abu-abu”, yaitu tidak masuk daftar penarikan dan tidak pula masuk kategori dinyatakan aman.
Sub-Koordinator Inspeksi Balai Besar POM Padang, Mutiara Yulanda, seusai kegiatan itu, mengatakan, pihaknya mengawal apakah Apotek Musi sudah memisahkan dan menghubungi distributor obat untuk penarikan.
”Info yang kami dapatkan, distributornya sudah dihubungi. Obat sirop (Unibebi Cough Syirup) itu sudah mereka (apotek) sisihkan, tinggal menunggu jadwal pengiriman ke sumbernya, PT Universal,” kata Mutiara.
Mutiara melanjutkan, di Apotek Musi ada dua jenis obat yang disisihkan, yaitu Unibebi Cough Syirup dan Termorex. Khusus Termorex tidak perlu ditarik, tetapi mesti ditahan penjualannya karena yang ada di apotek ini tidak masuk kelompok (batch) yang ditarik dan tidak pula masuk kelompok yang dinyatakan aman oleh BPOM.
Selain Apotek Musi, kata Mutiara, petugas Balai Besar POM Padang sebelumnya bersama Dinkes Sumbar dan Dinkes Padang memantau hal serupa di apotek-apotek lain di sekitar kawasan Air Tawar dan Lubuk Buaya. Sejumlah apotek belum mengembalikan obat sirop itu tetapi sudah disisihkan dari obat yang dijual.
”Umumnya apotek sudah menurunkan. Ada juga juga yang tidak menurunkan tetapi sudah menyatakan tidak menjualnya lagi. Kami sudah menyarankan apotek mengeluarkan obat itu dan dimasukkan ke dus,” ujarnya.
Mutiara pun meminta apotek-apotek di Sumbar melaksanakan pemberitahuan yang disampaikan BPOM agar menyisihkan produk yang masuk daftar obat ditarik kembali. Apotek juga diminta menahan penjualan obat yang masuk daftar ditahan dan menunggu kepastian sampai selesai hasil ujinya.
”Kemudian, apabila itu belum dapat informasi dari supplier segera kontak penyuplai. Silakan (apotek) untuk aktif menghubungi sumber pengadaannya,” kata Mutiara.
Sementara itu, tenaga teknis kefarmasian Apotek Musi, Maya Puspita Sari (24), mengatakan, pihaknya sejak ada berita sejumlah obat sirop dicurigai sebagai pemicu gagal ginjal akut pada anak langsung menyisihkan dan menghentikan penjualan obat-obat tersebut.
”Semua obat sirop kami hentikan penjualannya. Masih diawasi. Masih ada pemeriksaan selanjutnya sehingga belum kami jual ke konsumen. Barang-barang lain ditarik, seperti Unibebi Cough dan Termorex,” katanya.
Maya menyebutkan, apoteknya sampai sekarang masih mengumpulkan obat-obat masuk daftar penarikan BPOM dari apotek yang memasok obat dari mereka ataupun konsumen, termasuk obat yang sudah dibuka/diminum. Sejauh ini, terkumpul masing-masing seratusan Unibebi Cough Syirup dan Termorex.
”Termorex akan dikembalikan juga. Kemarin dapat konfirmasi dari sales MNJ untuk dikirim kembali. Jadi, kami kumpulkan semua dulu (kedua jenis obat itu), baru kami kirimkan ke distributornya,” ujar Maya.
Maya mengakui, penarikan atau penahanan penjualan obat sirop ini oleh pemerintah pusat membuat omzet apotek menurun hingga 50 persen. Omzet sangat terdampak karena sebagian besar pembeli di apotek ini adalah pasien anak-anak. Pasien itu umumnya membeli obat sirop.
Maya pun berharap pemerintah dapat menemukan titik terang penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak ini. “Kasihan apotek-apotek, omzet kami menurun,” ujarnya.