Tiga Anak Penderita Gangguan Ginjal Akut di Sumut Berhasil Sembuh
Tiga anak yang mengalami gangguan ginjal akut atipikal di Sumatera Utara berhasil disembuhkan. Penanganan cepat perlu dilakukan untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Tiga anak yang mengalami gangguan ginjal akut atipikal di Sumatera Utara berhasil disembuhkan setelah mendapatkan penanganan cepat di rumah sakit rujukan. Berkaca dari kasus ini, anak-anak yang mengalami gejala gangguan ginjal akut harus segera dibawa ke rumah sakit agar cepat mendapat penanganan.
”Jika ada anak mengalami gejala demam, diare, sakit kepala, dan terutama diikuti dengan berkurangnya jumlah urine atau sama sekali tidak berkemih, harus segera dibawa ke rumah sakit rujukan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumut Syarifah Zakia di Medan, Sabtu (22/10/2022).
Syarifah mengatakan, dari tiga anak penderita gangguan ginjal akut yang berhasil sembuh itu, dua kasus di antaranya dapat disembuhkan dalam tiga hari terakhir. Sementara itu, satu anak lainnya sembuh sekitar satu bulan lalu. Tiga anak itu bisa disembuhkan karena langsung mendapat penanganan di rumah sakit rujukan sebelum kondisinya memburuk.
Berdasarkan data Dinkes Sumut, terdapat 12 anak yang mengalami gangguan ginjal akut di provinsi tersebut. Dari jumlah itu, 8 anak meninggal, 1 anak masih dirawat di rumah sakit, dan 3 anak lainnya telah sembuh.
Syarifah mengatakan, salah satu rumah sakit rujukan di Sumut yang dapat melaksanakan tata laksana penanganan gangguan ginjal akut adalah Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik. Penanganan dilakukan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.
Syarifah menyebut, gangguan ginjal akut di Sumut terjadi pada anak berusia 1-6 tahun. Mereka awalnya mengalami demam, sakit kepala, diare, lalu diikuti dengan berkurangnya jumlah urine atau sama sekali tidak berkemih.
Beberapa anak yang mengalami gejala tersebut dibawa ke rumah sakit setelah beberapa hari tidak berkemih dan mengalami komplikasi. Delapan anak yang meninggal di Sumut mengalami perburukan yang sangat cepat meskipun sudah mendapat penanganan obat-obatan dan terapi.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik, Rosmayanti Syafriani Siregar, mengatakan, penderita gangguan ginjal akut masih bisa ditangani dengan baik jika kondisinya belum mengalami perburukan.
Rosmayanti menyebut, pasien anak yang sudah sembuh awalnya menjalani dialisis atau cuci darah. Namun, fungsi ginjal mereka bisa membaik kembali setelah menjalani terapi dan pengobatan.
”Kondisi pasien yang sudah sembuh itu sudah membaik dan tidak perlu dialisis lagi. Namun, pasien masih datang kontrol ke rumah sakit untuk memantau kesehatannya,” kata Rosmayanti.
Rosmayanti mengatakan, hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak itu. Namun, semua kemungkinan yang bisa menjadi penyebab harus dihindari sampai ditemukan hasil studi tentang penyebabnya, termasuk kemungkinan paparan zat pelarut pada obat cair atau sirop.
Tiga anak itu bisa disembuhkan karena langsung mendapat penanganan di rumah sakit rujukan sebelum kondisinya memburuk.
Orangtua pun diminta untuk tidak panik jika anak mengalami demam, tetapi harus tetap waspada jika mengalami penurunan jumlah urine atau sama sekali tidak berkemih dalam 6-8 jam.
Penanganan demam pun tidak harus dilakukan dengan memberikan obat, tetapi bisa dengan memberikan lebih banyak air minum, mengompres, dan tidak mengenakan baju tebal pada anak.
Dinkes Sumut dan dinkes kabupaten/kota juga terus melakukan penyelidikan epidemiologi di empat daerah yang ditemukan kasus gangguan ginjal akut, yakni di Kota Medan, Kabupaten Mandailing Natal, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Utara. Penyelidikan dilakukan dengan melihat gejala yang dialami, penanganan yang dilakukan, hingga obat-obatan yang dikonsumsi.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Medan Rukun Ramadhani mengatakan, mereka melakukan sosialisasi dan pemeriksaan ke apotek-apotek untuk memastikan tidak ada penjualan obat sirop anak untuk sementara waktu.
”Dalam beberapa hari ke depan, kami akan memeriksa apotek dan minimarket agar dihentikan sementara penjualan obat sirop. Ini penting sampai ada hasil studi penyebab gangguan ginjal akut pada anak,” kata Rukun.