Penanggulangan Gagal Ginjal Akut Misterius Diperkuat

Penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui penyebab dari gangguan ginjal akut misterius yang ditemukan pada lebih dari 100 anak di Indonesia. Orangtua dan keluarga pun diminta waspada akan gejala yang ditimbulkan.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Aktivis dari Indonesia Kidney Care Club menggelar aksi memperingati Hari Ginjal Sedunia dengan membagikan stiker dan buku saku mengenai kesehatan ginjal kepada masyarakat yang melintas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, awal Maret 2012.

JAKARTA, KOMPAS — Upaya penanggulangan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang belum diketahui penyebabnya semakin intensif dilakukan. Pemerintah membentuk tim khusus untuk penyelidikan dan penanganan kasus penyakit tersebut. Aturan terkait tata laksana dan manajemen klinis dari gagal ginjal akut tersebut juga telah diterbitkan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dihubungi di Jakarta, Rabu (12/10/2022), mengatakan, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim khusus untuk penanggulangan gagal ginjal akut progresif atipikal yang dilaporkan terjadi di Indonesia. Tim tersebut terdiri dari Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan RS Cipto Mangunkusumo.

”Dari hasil pemeriksaan laboratorium BKPK (Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan) tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik. Jadi, secara umum sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya,” katanya.

Baca juga: 131 Anak Mengalami Gagal Ginjal Akut Misterius

Maxi menuturkan, upaya penanggulangan, termasuk penanganan kepada pasien gangguan ginjal akut misterius, tersebut perlu dilakukan dengan tata kelola klinis yang optimal dan efektif. Karena itu, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan aturan yang dapat menjadi acuan bagi fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para siswa menandatangani papan komitmen Ayo Minum Air di SD Negeri Rawamangun 12 Pagi, Jakarta, Maret 2017.

Aturan tersebut termuat dalam Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor 3305 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Tata laksana yang dimaksud meliputi penegakan diagnosis, tata laksana pengobatan, dan tindakan terhadap pasien dengan gangguan gagal ginjal akut misterius.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium BKPK (Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan) tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik. Jadi, secara umum sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya.

Merujuk pada aturan tersebut, definisi dari gagal ginjal akut, yakni terjadinya penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi itu biasanya ditandai dengan peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia ataupun penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urine.

Gejala

Maxi menyampaikan, masyarakat dan fasilitas kesehatan harus memiliki kewaspadaan dini terhadap kasus gagal ginjal akut misterius melalui deteksi dini kasus. Itu terutama pada anak dengan penurunan jumlah urine atau tidak berkemih sama sekali.

Gejala lainnya, antara lain, ialah gejala demam, infeksi saluran pernapasan akut, seperti batuk dan pilek, serta gejala infeksi saluran cerna, seperti diare dan muntah. Pada beberapa kasus juga ditemukan terjadi penurunan kesadaran. Apabila gejala tersebut ditemukan pada anak, orangtua atau keluarga harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat.

Baca juga: Misteri Hepatitis pada Anak Mulai Terkuak

Maxi menambahkan, pasien perlu segera dirujuk ke rumah sakit jika volume urine kurang dari 0,5 mililiter per kilogram berat badan per jam dalam 6-12 jam atau tidak ada urine selama 6-8 jam saat siang hari. Pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut pun akan dilakukan di rumah sakit.

Rumah sakit diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan deteksi dini terhadap kasus anak yang mengalami gejala penurunan jumlah urine. Itu dilanjutkan dengan menegakkan diagnosis serta melakukan pemeriksaan laboratorium.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan adanya 131 kasus anak dengan gagal ginjal akut misterius. Kasus tersebut dilaporkan tersebar di 15 provinsi, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar kasus yang ditemukan pada usia anak balita.

Secara terpisah, Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, pembiayaan kesehatan untuk penanganan penyakit baru, termasuk gagal ginjal akut misterius yang terjadi saat ini, akan ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). ”Sepanjang sesuai prosedur dan terindikasi medis, BPJS Kesehatan akan meng-cover untuk penyakit misterius, termasuk gagal ginjal akut misterius,” ujarnya.

Obat batuk

Dalam siaran pers, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Penny K Lukito menuturkan, obat batuk produksi India yang memicu gagal ginjal akut hingga kematian pada sejumlah anak di Gambia, Afrika, dipastikan tidak terdaftar di Indonesia oleh Badan POM. Obat batuk yang terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol tersebut dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi pencetus lonjakan kasus gagal di Gambia.

KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA

Anak-anak yang terkena batuk akibat terpapar kabut asap. Anak itu bersama neneknya sedang berobat di salah satu puskesmas di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pertengahan September 2019.

Adapun obat batuk anak dalam bentuk sirop yang terkontaminasi tersebut terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Keempat produk tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India.

Baca juga: Cegah Hepatitis Akut, Orangtua Perlu Lebih Peka Kesehatan Anak

”Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India, tidak ada yang terdaftar di BPOM,” ujat Penny.