26 Anak Alami Gagal Ginjal Akut di Aceh, 21 Orang Meninggal
Jumlah anak penderita gagal ginjal akut di Aceh sejak Juni hingga Oktober 2022 mencapai 26 orang. Dari total penderita 26 orang itu, 21 orang di antaranya meninggal.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Jumlah anak penderita gagal ginjal akut di Provinsi Aceh sejak Juni hingga Oktober 2022 mencapai 26 orang. Dari total penderita 26 orang itu, 21 orang di antaranya meninggal. Penyebab gagal ginjal akut masih ditelusuri, tetapi untuk sementara waktu pemerintah melarang konsumsi obat sirop.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Hanif, Jumat (21/10/2022), mengatakan, kasus gagal ginjal akut pertama kali ditemukan pada Juni 2022 sebanyak tiga kasus. Pasien yang mengalami gagal ginjal akut itu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh. Dua pasien meninggal dalam masa perawatan dan satu orang masih menjalani perawatan.
Pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober, jumlah kasus semakin bertambah. Penambahan signifikan terjadi pada September dengan jumlah pasien 10 orang dan semuanya meninggal.
Pasien penderita gagal ginjal akut merupakan anak-anak usia enam tahun ke bawah. Anak-anak tersebut dirujuk ke rumah sakit dalam keadaan kritis sehingga tingkat kematian tinggi.
Hanif mengatakan, pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab gagal akut ginjal pada 26 pasien tersebut. Menurut Hanif, anak-anak mengalami gagal ginjal akut merupakan kejadian luar biasa sehingga perlu ditelusuri. ”Biasanya usia di atas 40 tahun yang mengalami gagal ginjal, saat ini anak-anak,” katanya.
Terhadap pasien penderita gagal ginjal akut, Hanif telah berkoordinasi dengan pihak RSUD Zainoel Abidin untuk menelusuri riwayat atau rekam medik pasien sampai pada fasilitas kesehatan pertama tempat pasien berobat. Rekam medik itu penting untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk jenis obat yang dikonsumsi.
Hanif menambahkan, obat sirop yang dikaitkan dengan gagal ginjal akut pada anak masih perlu penelitian mendalam. Meski demikian, untuk sementara, semua jenis obat sirop dilarang diperjualbelikan dan diberikan untuk pasien. ”Kami sudah menarik obat sirop untuk kami gudangkan sementara waktu,” ujarnya.
Menurut Hanif, anak-anak mengalami gagal ginjal akut merupakan kejadian luar biasa sehingga perlu ditelusuri.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh Syafruddin Haris mengatakan, umumnya anak-anak yang menderita gagal ginjal akut dirujuk ke RSUD Zainoel Abidin dalam keadaan kritis atau unit gawat tiga. Tim medis berupaya sekuat tenaga untuk merawat pasien tersebut sampai pada tindakan cuci darah atau cuci perut.
Namun, karena kondisi pasien yang kritis, tingkat kesembuhan pun menjadi rendah dan persentase kematian sangat tinggi. ”Ada pasien yang dibawa ke sini sudah enam hari tidak kencing,” kata Syafruddin.
Menurut Syafruddin, gejala awal yang diderita pasien gagal ginjal akut adalah demam, air kencing sedikit atau bahkan tidak ada, diare, dan gangguan pernapasan. Warga pun diimbau agar meningkatkan kewaspadaan mengawasi kesehatan anak. Jika ada anak yang mengalami gejala awal, mereka harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa.
Namun, jika ada anak yang mengalami demam, Syafruddin menyarankan untuk tidak segera memberikan obat penurun panas. ”Anak demam menandakan imun tubuh sedang bekerja,” katanya.
Kasus gagal ginjal akut ini membuat para orangtua khawatir. Sultan (31), warga Banda Aceh, mengatakan, selama ini dirinya memberikan obat sirop penurun panas saat anaknya mengalami demam. Dia pun khawatir, sirop yang dikonsumsi anaknya terindikasi dapat memicu gagal ginjal.