58 Persen Pasien Gagal Ginjal Akut di Sumbar Pernah Terpapar Covid-19
Pihak rumah sakit sudah mengirimkan sampel usap tenggorokan dan usap anal ke Kementerian Kesehatan untuk penelusuran etiologi.
PADANG, KOMPAS — Separuh pasien gagal ginjal pada anak di RSUP Dr M Djamil Padang, Sumatera Barat, mempunyai riwayat terpapar Covid-19. Meskipun demikian, dokter belum dapat menyimpulkan penyebab pasti anak-anak terserang penyakit gagal ginjal akut ini.
Penanggung jawab Ruangan Emergency dan Rawat Intensif Anak RSUP Dr M Djamil Padang Indra Ihsan, Kamis (20/10/2022), mengatakan, pihak rumah sakit sudah mengirimkan sampel usap tenggorokan dan usap anal ke Kemenkes untuk penelusuruan etiologi.
”Hasilnya tidak ada yang konklusi. Penyebabnya berbeda-beda,” kata Indra dalam konferensi pers di kantor Dinas Kesehatan Sumbar, Padang, siang ini.
Baca juga: Bertambah, 12 Anak di Sumbar Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut
Indra melanjutkan, dari pemeriksaan antibodi Sars-Cov-2, ada sekitar 58 persen pasien positif. Artinya, anak-anak ini pernah terinfeksi Covid-19, tetapi saat infeksi tidak bergejala.
”Namun, setelah (terinfeksi tanpa gejala) itu (mengalami) MIS-C, hiperinflamasi pasca-Covid-19. Itu kami temukan jejaknya dari antibodi Sars-Cov-2 yang positif. Padahal, anak-anak ini rata-rata belum vaksinasi karena usia paling banyak di bawah 6 tahun,” ujar Indra.
Sebelumnya Indra menyebutkan, sejauh ini ada 20 kasus gagal ginjal akut pada anak yang ditangani oleh RSUP Dr M Djamil. Rumah sakit ini mulai menerima pasien sejak akhir Juli 2022.
”Pada Juli 2 kasus. Agustus puncaknya, yakni 10 kasus. Pada September 4 kasus dan Oktober sampai malam tadi 4 kasus. Totalnya 20 kasus yang kami rawat di RSUP Dr M Djamil,” katanya.
Menurut Indra, dari total kasus, paling banyak berasal dari Payakumbuh dengan 5 pasien, Bukittinggi 3 orang, rujukan dari Provinsi Jambi 3 orang, sisanya tersebar di kabupaten/kota lainnya di Sumbar, seperti Pariaman dan Lubuk Basung.
Baca juga: 10 Anak di Sumbar Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut, Dinkes Belum Beri Penjelasan
Ditambahkannya, dari 20 kasus itu, jumlah pasien laki-laki dan perempuan hampir sama banyak, yakni 60:40 persen. Dari gejala klinis, 100 persen pasien mengalami demam, lalu sembab karena fungsi ginjal terganggu, lalu 50 persen anak mengalami gejala diare dan juga ISPA.
”Usia pasien paling banyak 1-5 tahun, yaitu 9 anak. Usia lebih dari 10 tahun ada 6 anak, usia 5-10 tahun 4 anak, dan usia kurang dari 1 tahun ada 1 anak,” kata Indra.
Adapun secara keseluruhan, Kepala Dinkes Sumbar Lila Yanwar mengatakan, jumlah kasus gagal ginjal akut pada anak di provinsi ini mencapai 22 orang per Oktober 2022. Dari total kasus itu, 12 pasien anak meninggal, yaitu 10 pasien di RSUP Dr M Djamil dan 2 pasien masing-masing di RSUD dr Rasidin Padang dan RSUD Kepulauan Mentawai.
”Masih ada dalam perawatan enam kasus (di RSUP Dr M Djamil). Sisanya ada yang sembuh, sembuh dengan gangguan ginjal, dan ada yang sembuh gangguan ginjal membaik,” kata Lila.
Upaya dinkes
Lila melanjutkan, sampai saat ini dinkes belum mengetahui penyebab gangguan ginjal akut pada anak ini. Pihaknya masih menunggu informasi yang jelas dari Kemenkes. Walakin, dinkes bersama jajarannya meningkatkan deteksi melalui dokter di puskesmas dan dinkes kabupaten/kota.
”Kami melakukan survailans kepada keluarga yang anaknya mengalami gangguan untuk penyelidikan epidemiologi, kira-kira ada kaitan dengan faktor lain atau tidak, termasuk konsumsi makanan, obat, lingkungan, faktor keluarga apakah pernah kena Covid-19, dan sebagainya,” ujarnya.
Baca juga: 99 Kematian Dilaporkan Terkait Gagal Ginjal Akut Misterius
Data itu, kata Lila, akan dikompilasi lagi dengan data yang sudah dilakukan anamnesa oleh tenaga kesehatan RSUP Dr M Djamil. Kemungkinan-kemungkinan dari temuan itu nantinya bisa menjadi bahan edukasi bagi dinkes kepada masyarakat.
”Kami dengan IDAI dan RSUP Dr M Djamil sudah membuat satuan tugas dan membuat grup untuk berkomunikasi dengan Kemenkes dan IDAI pusat,” ujarnya.
Lila menjelaskan, penyakit ini termasuk progresif. Biasanya gagal ginjal terjadi melalui proses berbulan-bulan, cenderung terjadi pada orang dewasa. Adapun kasus ini terjadi pada anak-anak, berlangsung cepat, dan banyak.
”Tiga pertanyaan (fakta) itulah yang mengakibatkan kasus ini mendapat perhatian khusus dan dilihat ternyata di daerah lain banyak,” kata Lila.
Baca juga: Penelusuran dan Pengujian Obat Cair dan Sirop Masih Dilakukan
Terkait imbauan Kemenkes agar apotek menyetop sementara penjualan obat sirup, Lila mengatakan, dinkes mesti mendapat pernyataan para ahli terlebih dahulu apakah ini berkaitan atau tidak.
Walaupun demikian, kata Lila, dinkes bersama Balai Besar POM Padang segera mengunjungi apotek-apotek untuk menginformasikan penghentian sementara penjualan obat sirup sesuai permintaan Kemenkes.
Belum disimpulkan
Kepala Balai Besar POM Padang Abdul Rahim mengatakan, penyakit gagal ginjal akut ini sempat dikaitkan dengan obat sirup batuk yang memicu kasus serupa di Gambia. Namun, ia menegaskan, obat itu tidak beredar dan tidak ada izin di Indonesia. Begitu pun pabrik obat itu di India tidak memiliki izin produknya masuk ke Indonesia.
”Penyebabnya memang belum bisa disimpulkan kausalitasnya, apakah akibat Covid-19, akibat vaksin, akibat virus dan bakteri lain, dan juga potensi kemungkinan penggunaan obat sebagaimana disampaikan di rilis Badan POM,” kata Abdul.
Walaupun demikian, kata Abdul, Badan POM, Kemenkes, dan organisasi profesi terkait secara terpusat di Jakarta melakukan penelitian, penelusuran, termasuk mengambil sampel dan melakukan pengujian terkait kemungkinan adanya cemaran di obat-obatan yang beredar.
Abdul melanjutkan, balai masih menunggu hasil kajian tersebut. ”Kalau memang ada produk tidak memenuhi ketentuan, pabriknya disurati, disuruh tarik (produk), kami memonitor kepatuhannya. Badan POM akan beri sanksi kepada produsennya,” katanya.
Mohon tidak beli obat sembarangan dulu. Bisa ditanggulangi, misalnya demam, bisa dengan banyak minum air hangat dan kompres air hangat, itu sudah membantu. Batuk dan pilek 1-2 hari tidak perlu diobati, hari ketiga segera ke puskesmas.
Obat bebas
Ketua IDAI Sumbar Finny Fitry Yani mengatakan, kasus gagal ginjal pada ini mempunyai kekhasan, yaitu progresivitas cepat. Kasus biasa butuh waktu 1-2 bulan, sedangkan kasus ini dalam 1-2 hari kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk.
Finny mengakui, Sumbar merupakan salah satu provinsi dengan jumlah temuan kasus terbanyak di Indonesia. Walakin, banyaknya temuan kasus itu belum dapat disimpulkan berkaitan dengan lokasi ataupun daerah.
Menurut Finny, banyaknya temuan kasus di Sumbar lebih terkait tingginya kesadaran dokter. ”Tingkat kesadaran dokter lebih cepat sehingga banyak kasus terkumpul,” katanya. Sebanyak 99 dokter spesialis anak di Sumbar sudah mengadakan pertemuan khusus untuk peningkatan kewaspadaan.
Terkait kemungkinan penyakit ini dipicu obat-obatan, Finny mengimbau warga menghindari penggunaan obat bebas tanpa resep dokter. Jika sakit anak tidak parah, bisa diantisipasi dengan penanganan sederhana terlebih dahulu. Apabila semakin parah setelah dua hari, segera bawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
”Mohon tidak beli obat sembarangan dulu. Bisa ditanggulangi, misalnya demam, bisa dengan banyak minum air hangat dan kompres air hangat, itu sudah membantu. Batuk dan pilek 1-2 hari tidak perlu diobati, hari ketiga segera ke puskesmas,” katanya.
Ia juga meminta orangtua lebih peduli terhadap buang air kecil anak. Jika anak jarang kencing, itu patut diwaspadai orangtua. ”Kalau bisa, jangan pakai pampers sehingga kita tahu anak kita pipis atau tidak. Namun, orangtua tetap harus tenang, jangan gelisah. Yang penting semua faskes sudah meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya.