Bertambah, 12 Anak di Sumbar Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut
Dinkes Sumbar melaporkan jumlah anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut di provinsi itu mencapai 12 orang dari total 22 kasus.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dinas Kesehatan Sumatera Barat melaporkan jumlah anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut mencapai 12 orang dari total 22 kasus. Dinkes bersama pemangku kebijakan terkait terus melakukan surveilans kepada keluarga pasien untuk penyelidikan epidemiologi.
Jumlah 12 pasien meninggal dari 22 kasus per 20 Oktober 2022 dari Dinkes Sumbar itu bertambah dua kasus dari laporan Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Sebelumnya, per 18 Oktober, Kemenkes dan IDAI mencatat jumlah pasien meninggal 10 orang dari 21 kasus.
Kepala Dinkes Sumbar Lila Yanwar di Padang, Kamis (20/10/2022), mengatakan, 10 kasus meninggal terjadi di RSUP Dr M Djamil Padang, dua lainnya masing-masing di RSUD dr Rasidin Padang dan RSUD Kepulauan Mentawai.
”Masih ada dalam perawatan enam kasus. Sisanya ada yang sembuh, sembuh dengan gangguan ginjal, dan ada sembuh gangguan ginjal membaik,” kata Lila di sela-sela konferensi pers di kantor Dinkes Sumbar, Kamis.
Lila melanjutkan, sampai saat ini, dinkes belum mengetahui penyebab gangguan ginjal akut pada anak ini. Pihaknya masih menunggu informasi yang jelas dari Kemenkes. Walakin, dinkes bersama jajarannya meningkatkan deteksi melalui dokter di puskesmas dan dinkes kabupaten/kota.
”Kami melakukan surveilans kepada keluarga yang anaknya mengalami gangguan untuk penyelidikan epidemiologi, kira-kira ada kaitan dengan faktor lain atau tidak, termasuk konsumsi makanan, obat, lingkungan, faktor keluarga apakah pernah kena Covid-19 dan sebagainya,” ujarnya.
Data itu, kata Lila, akan dikompilasi lagi dengan data yang sudah dilakukan anamnesa oleh tenaga kesehatan RSUP Dr M Djamil. Kemungkinan-kemungkinan dari temuan itu nantinya bisa menjadi bahan edukasi bagi dinkes kepada masyarakat.
”Kami dengan IDAI dan RSUP Dr M Djamil sudah membuat satuan tugas dan membuat grup untuk berkomunikasi dengan Kemenkes dan IDAI pusat,” ujarnya.
Sebaran
Penanggung jawab Ruangan Emergency dan Rawat Intensif Anak RSUP Dr M Djamil, Indra Ihsan, mengatakan, sejauh ini ada 20 kasus ditangani oleh rumah sakit ini. RSUP mulai menerima pasien sejak akhir Juli 2022.
”Pada Juli 2 kasus. Agustus puncaknya, 10 kasus. September 4 kasus dan Oktober sampai malam tadi 4 kasus. Totalnya 20 kasus yang kami rawat di RSUP Dr M Djamil,” katanya.
Indra melanjutkan, dari total kasus, pasien paling banyak berasal dari Payakumbuh 5 orang, Bukittinggi 3 orang, rujukan dari Provinsi Jambi 3 orang, sisanya tersebar di kabupaten/kota lainnya di Sumbar, seperti Pariaman dan Lubuk Basung.
Ditambahkannya, dari 20 kasus itu, jumlah pasien laki-laki dan perempuan, hampir sama banyak 60:40 persen. Dari gejala klinis, 100 persen pasien mengalami demam, lalu sembab karena fungsi ginjal terganggu, lalu 50 persen anak mengalami gejala diare dan juga ISPA.
”Usia pasien paling banyak 1-5 tahun, yaitu 9 anak. Usia lebih dari 10 tahun 6 anak, usia 5-10 tahun 4 anak, dan usia kurang dari 1 tahun 1 anak,” kata Indra.
Obat bebas
Ketua IDAI Sumbar Finny Fitry Yani, dalam kesempatan itu, mengatakan, kasus gagal ginjal pada ini punya kekhasan, yaitu progresivitas cepat. Kasus biasa butuh waktu 1-2 bulan, sedangkan kasus ini dalam 1-2 hari kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk.
Finny mengakui, Sumbar merupakan salah satu provinsi dengan jumlah temuan kasus terbanyak di Indonesia. Walakin, banyaknya temuan kasus itu belum dapat disimpulkan berkaitan dengan lokasi ataupun daerah.
Menurut Finny, banyaknya temuan kasus di Sumbar lebih terkait tingginya kesadaran dokter. ”Tingkat kesadaran dokter lebih cepat sehingga banyak kasus terkumpul,” katanya. Sebanyak 99 dokter spesialis anak di Sumbar sudah melakukan pertemuan khusus untuk peningkatan kewaspadaan.
Terkait kemungkinan penyakit ini dipicu obat-obatan, Finny mengimbau warga menghindari penggunaan obat bebas tanpa resep dokter. Jika sakit anak tidak parah, bisa diantisipasi dengan penanganan sederhana terlebih dahulu. Apabila semakin parah setelah dua hari, segera bawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
”Mohon tidak beli obat sembarangan dulu. Bisa ditanggulangi, misalnya demam, bisa dengan banyak minum air hangat dan kompres air hangat, itu sudah membantu. Batuk dan pilek 1-2 hari tidak perlu diobati, hari ketiga segera ke puskesmas,” katanya.
Ia juga meminta orangtua lebih peduli terhadap buang air kecil anak. Jika anak jarang kencing, itu patut diwaspadai orangtua. ”Kalau bisa jangan pakai pampers sehingga kita tahu anak kita pipis atau tidak. Namun, orangtua tetap harus tenang, jangan gelisah. Yang penting semua faskes sudah meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya.