10 Anak di Sumbar Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut, Dinkes Belum Beri Penjelasan
Dinkes Sumbar belum menjelaskan perihal kasus gagal ginjal akut yang menyebabkan 10 dari 21 anak meningga akibat penyakit ini.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, sebanyak 10 dari 21 anak yang mengalami gagal ginjal akut di Sumatera Barat meninggal. Dinas Kesehatan Sumbar belum memberikan penjelasan tentang informasi itu dan upaya penanganannya.
Kemenkes hingga 18 Oktober 2022 melaporkan, terdapat 206 kasus terkait gagal ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal misterius yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia (Kompas.id, 19/10/2022). Dari jumlah itu, setidaknya terdapat 99 kasus kematian yang dilaporkan.
Adapun provinsi dengan kasus tertinggi adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Aceh, dan Bali. Khusus Sumbar, jumlah kasus mencapai 21 orang, 10 orang di antaranya meninggal, 9 orang dalam perawatan, dan 2 orang dalam verifikasi.
Kompas mencoba menghubungi Kepala Dinkes Sumbar Lila Yanwar untuk mendalami informasi itu dan bagaimana upaya penanganan. Namun, sejak Rabu siang, Lila tidak merespons panggilan ataupun pesan teks. Lila juga tidak bisa dijumpai kantornya.
Lila baru merespons Rabu sore dan hanya mengatakan melalui pesan teks, ”Besok kita konferensi pers di dinkes pukul 08.00 WIB.”
Konfirmasi juga belum didapatkan dari RSUP Dr M Djamil Padang, rumah sakit rujukan dialisis anak Kemenkes. Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSUP Dr M Djamil Rose Dinda Martini, yang sedang umrah, mengatakan melalui pesan teks, ”Akan ada konferensi pers besok.”
Buka informasi
Anggota Komisi V DPRD Sumbar, Hidayat, mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi temuan kasus gagal ginjal akut pada anak melalui pemberitaan. Menurutnya, tidak hanya soal gagal ginjal akut pada anak yang dihadapi Sumbar, tetapi juga virus campak.
”Saya mendorong dinkes membuka ke publik seterang-terangnya informasi ini. Kejadian apa ini? Jelaskan komprehensif secara medis dan klinis sehingga masyarakat tahu dan bisa mengantisipasi,” kata Hidayat.
Politikus Partai Gerindra ini melanjutkan, yang bisa menjelaskan penyakit ini ke masyarakat adalah dokter dan dinas kesehatan karena mereka punya pengetahuan. Dengan informasi yang jelas, masyarakat menjadi paham dan bisa cepat mengatisipasi atau mewaspadainya.
”Jangan akhirnya ada pemikiran untuk menutup-nutupi. Nanti ketika kasunya meledak, kita gagap semua, masyarakat gagap, pemerintah gagap, karena keterbatasan sumber daya. Jujur saja ke publik,” ujarnya.
Warga cemas
Sonya Putri (27), ibu satu anak di Kota Padang, mengatakan, dirinya cemas dengan temuan kasus gagal ginjal akut pada anak. Apalagi, sampai saat ini belum ada kejelasan penyebabnya. Dugaan bahwa penyakit itu dipicu obat parasetamol sirup juga membuatnya khawatir.
”Padahal, kan, parasetamol obat andalan emak-emak (saat anak demam). Cemas-cemas kami karenanya. Semoga segera ditangani pemerintah. Kalau benar dipicu obat itu, pemerintah mesti segera menariknya, sebelum makin banyak jatuh korban,” katanya.
Jika ada produk yang ada indikasi membahayakan, segera diumumkan agar masyarakat tidak khawatir dan waswas karena nyawa generasi dipertaruhkan di sini.
Sebagai antisipasi, Sonya menghindari sementara penggunaan obat-obatan kimia untuk putrinya yang berusia tiga tahun. Jika anaknya demam, ia akan menggunakan ramuan dedaunan saja ataupun melakukan kompres.
Kekhawatiran juga disampaikan Wici Elvinda Rahmaddina (28), ibu dua anak di Bukittinggi. Ia mengaku tambah cemas kalau anak-anaknya yang masing-masing berusia tiga tahun dan 27 hari sakit.
”Harapan saya segera ada kejelasan penyebab gagal ginjal akut ini, apa benar gara-gara parasetamol sirup. Apakah ada efek jangka panjang bagi anak pernah mengonsumsi obat tersebut dan kenapa baru terdektesi sekarang,” katanya.
Putri Rahmi (29), ibu satu anak, juga menyatakan kecemasannya. Katanya, pemerintah hendaknya segera memastikan produk obat-obatan yang beredar aman. ”Jika ada produk yang ada indikasi membahayakan, segera diumumkan agar masyarakat tidak khawatir dan waswas karena nyawa generasi dipertaruhkan di sini,” ujarnya.