Banjir di Jalur Trans-Kalimantan melumpuhkan ekonomi setempat. Sebab, jalur utama yang menghubungkan sejumlah wilayah di Kalimantan itu tergenang air dan tidak dapat dilintasi. Sejumlah desa juga terisolasi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA, DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, RENY SRI AYU ARMAN, ZULKARNAINI, MEGANDIKA WICAKSONO, AGNES SWETTA PANDIA, AGUIDO ADRI, FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Jalur Trans-Kalimantan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, hingga Selasa (11/10/2022) masih terendam banjir. Akses jalan ke pedalaman juga terhambat dan melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat setempat. Sejumlah desa terisolasi dan memerlukan bantuan logistik.
Banjir di kawasan itu terjadi sejak Senin (10/10/2022). Kawasan terdampak berada di Kecamatan Simpang Hulu dan Kecamatan Nanga Tayap. Tanpa kendaraan bermotor, warga memanfaatkan rakit untuk menjalankan aktivitas.
Fabianus (32), warga Nanga Tayap, Selasa, mengatakan, setidaknya ada tiga area banjir di jalan utama Trans-Kalimantan di Ketapang. Panjangnya berkisar 100-150 meter dengan tinggi genangan air 80-100 sentimeter. Sementara di Simpang Hulu, banjir setinggi 30 cm. Dendi (29), warga Simpang Hulu, mengatakan, sepeda motor masih sulit melintasi kawasan itu.
Tidak hanya di jalan utama, akses antardesa di Ketapang juga terhambat. Nacha (25), warga Riam Kota, Kecamatan Jelai Hulu, mengatakan, ketinggian banjir berkisar 5-6 meter. Banjir merendam sejumlah rumah sehingga membuat warga mengungsi. Jelai Hulu berjarak sekitar 140 kilometer dari pusat kota Ketapang.
”Sejauh ini, aktivitas ekonomi lumpuh. Sudah ada bantuan logistik, tetapi banyak warga yang masih membutuhkan air bersih dan makanan tambahan,” katanya.
Camat Jelai Hulu Markus menyebutkan, dari 22 desa, sebanyak 18 desa terendam banjir. Lebih dari 1.000 orang terdampak banjir. Sedikitnya 50 keluarga mengungsi ke kantor Kecamatan Jelai Hulu, gedung SMA, dan gedung SMP. ”Kalau bisa, kami dibantu helikopter untuk menjangkau desa-desa yang terisolasi. Ada desa yang tidak bisa dilintasi menggunakan jalur sungai karena arus deras dan jalur darat lumpuh,” ujarnya.
Perwakilan Tim Satuan Tugas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar, Daniel, mengatakan, Pemerintah Provinsi Kalbar menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Penetapan status itu penting untuk menggerakkan personel, peralatan, dan logistik di daerah bencana.
Sejauh ini, Pemerintah Provinsi Kalbar memiliki 200 ton cadangan beras. Setiap kota dan kabupaten juga memiliki cadangan beras hingga 100 ton. Semuanya terbuka untuk disalurkan kepada korban banjir.
Banjir di perbatasan
Jalur Trans-Kalimantan di Kalimantan Tengah juga sebagian masih tergenang, yakni di Kabupaten Lamandau. Jalur yang menghubungkan Kalteng dengan Kalbar itu terendam akibat luapan Sungai Delang.
Camat Delang AACG Yudah Sulasopli menjelaskan, banjir cepat surut juga cepat naik tergantung dari intensitas hujan. Banjir baru terjadi selama dua tahun terakhir. ”Saat ini mulai surut dan untuk di jalur Trans-Kalimantan sudah bisa dilalui kendaraan meski beberapa titik masih direndam banjir,” ujar Yudah, Selasa.
Potensi banjir bisa kembali besar di Kabupaten Lamandau jika hujan dengan intensitas tinggi melanda. Banjir di Lamandau menerjang wilayah Desa Sepoyu yang berada di pinggir jalan jalur Trans-Kalimantan. Ketinggian maksimal mencapai 1 meter, beberapa warga mulai mengungsi ke rumah kerabat.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Lamandau Ray Paskan mengatakan, pihaknya memberikan bantuan tenda dan kebutuhan logistik lain ke beberapa lokasi yang dilanda banjir paling buruk, seperti di wilayah Sepoyu, Mentaya, dan beberapa desa lain.
Di Kalteng, kini sedikitnya 21.835 warga terdampak banjir dari 93 desa di lima kabupaten. Banjir merendam fasilitas publik, rumah warga, dan akses masuk desa, hingga jalur Trans-Kalimantan.
Puluhan miliar
Banjir di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Timur, Aceh, sepekan terakhir ini juga membuat infrastruktur publik, lahan pertanian, dan harta benda warga rusak. Nilai kerugian ditaksir puluhan miliar rupiah.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Timur Erwin Atlizar, Selasa, dalam laporan tertulis mengatakan, luas sawah yang tergenang banjir 421 hektar. Jika banjir berlangsung dalam waktu panjang, padi-padi itu terancam gagal panen. Sawah yang tergenang berada di Kecamatan Indra Makmur, Simpang Ulim, Birem Bayeun, Banda Dalam, dan Idi Tunong. Lahan jagung seluas 57 ha juga terendam.
Di wilayah Indonesia timur, 11 kabupaten di Papua berstatus Waspada Banjir berdasarkan analisis cuaca dari BMKG. Pemprov Papua menginstruksikan jajaran BPBD di 11 daerah untuk bersiaga. Sebelas daerah ini adalah Jayawijaya, Nabire, Paniai, Mimika, Boven Digoel, Asmat, Yahukimo, Waropen, Nduga, Dogiyai, dan Deiyai.
Longsor
Hujan deras tidak hanya memicu banjir, tetapi juga mengakibatkan longsor di jalur utama. Jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Majene dengan Kabupaten Mamuju di Sulawesi Barat, hingga Selasa sore, lumpuh total akibat longsor. Antrean kendaraan di jalan ini sepanjang 6 km karena tidak ada jalur alternatif.
Longsor berasal dari tebing di sisi jalan akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir. Sepanjang Selasa pagi, hujan deras disertai angin kencang turun serta menyebabkan tanah dan bebatuan dari tebing runtuh seketika. ”Longsor sejak siang dan tidak ada jalan alternatif, makanya kendaraan terjebak,” kata Irwan, warga setempat.
Di Pulau Jawa, longsor terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat. Wali Kota Bogor Bima Arya akan merelokasi warga di lokasi longsor, seperti di Kampung Wargamulya, Kelurahan Sukasari, Bogor Timur. Sementara di Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, banjir dilaporkan telah surut. Namun, warga masih diminta waspada karena hujan masih turun, Selasa sore.