Jalur Trans-Kalimantan di Kabupaten Ketapang Terendam Banjir
Hingga Senin (10/10/2022) pagi, kendaraan tidak bisa melintas di jalur Trans-Kalimantan di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, karena terendam banjir.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Jalur Trans-Kalimantan di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, terendam banjir, Senin (10/10/2022). Kendaraan tidak bisa melintasi jalur tersebut dan mulai terjadi penumpukan antrean kendaraan. Air juga membanjiri puskesmas di sekitar jalur sehingga ada pasien yang terpaksa harus dievakuasi.
Wayan (39), warga Kecamatan Simpang Hulu, Senin, menuturkan, jalur yang terendam banjir berada di Balai Berkuak, ibu kota Kecamatan Simpang Hulu. Jalur terendam banjir sejauh 1 kilometer dengan kedalaman sekitar 80 sentimeter.
”Hingga Senin pagi, kendaraan baik mobil maupun sepeda motor tidak bisa melintas. Hanya mobil dengan ban besar yang bisa melintas. Antrean sudah mulai terlihat sekitar 50 kendaraan,” tuturnya.
Banjir bahkan merendam sejumlah fasilitas umum, antara lain puskesmas, SPBU, dan pasar. Aktivitas ekonomi di pasar juga nyaris lumpuh. Sebagian besar pertokoan tutup.
”Permukiman penduduk yang terendam berkisar 400-500 unit. Sejumlah posko sudah tampak dibuka, misalnya posko dari gereja, kepolisian sektor, dan dari desa,” ujar Wayan, Senin pagi.
Jalur Trans-Kalimantan tersebut menghubungkan Pontianak menuju Kabupaten Ketapang hingga ke wilayah Kalimantan Tengah. Jalur tersebut penting secara ekonomi karena merupakam jalur transportasi logistik.
Banjir juga menggenangi Puskesmas Balai Berkuak. Kepala Tata Usaha Puskesmas Balai Berkuak Fiktoria Sokfut menuturkan, ketinggian banjir di dalam puskesmas sekitar 40 cm. Pelayanan sementara dipindahkan ke gedung Kanisius, gedung pertemuan milik Gereja Katolik. ”Seorang pasien rawat inap juga ada yang dievakuasi ke Gedung Kanisius,” tuturnya.
Banjir pun menggenangi jalan utama di Nangat Tayap, ibu kota Kecamatan Nanga Tayap, masih di Kabupaten Ketapang. Jalan yang tergenang masih bagian dari jalur Trans-Kalimantan. Fabianus (32), warga Nanga Tayap, menuturkan, banjir di ruas jalan utama ada di tiga lokasi.
Setiap lokasi yang tergenang banjir di kota Nanga Tayap sepanjang 100-150 meter. Ketinggian banjir di setiap lokasi berkisar 40-80 cm. Sepeda motor sulit melintasi jalan sehingga ada yang sudah menggunakan rakit. Sejauh ini, mobil masih bisa melintas.
Banjir juga melanda Kabupaten Sekadau. Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau Wahyu menuturkan, banjir setinggi 1-1,5 meter melanda delapan desa di Kecamatan Nanga Mahap. Sebanyak 2.800 keluarga terdampak banjir karena luapan Sungai Mahap.
”Sejauh ini belum ada yang mengungsi. Warga bertahan di rumah. Hari ini kami mendistribusikan logistik kebutuhan pokok untuk warga terdampak banjir,” ujar Wahyu.
Kabupaten Sanggau juga dilanda banjir. Kepala Seksi Pencegahan Bencana BPBD Kabupaten Sanggau Kristian Hendro menuturkan, banjir setinggi 30 cm-1,5 meter melanda tujuh desa di empat kecamatan.
”Untuk warga terdampak, tim masih dalam proses pendataan di lapangan,” ujarnya.
BPBD Sanggau telah meminta para camat dan kepala desa agar mengintensifkan koordinasi dan melaporkan perkembangan kejadian. Dengan demikian, jika ada hal yang perlu tindakan, kontingensi bisa segera dilaksanakan.