Angin Kencang Rusak Ratusan Rumah di Delapan Desa di Sidoarjo
Akibat cuaca ekstrem, ratusan rumah warga rusak dan banyak pohon tumbang. Selain itu, lima tiang saluran udara tegangan menengah roboh dan 111 gardu distribusi listrik terdampak.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Hujan deras disertai puting beliung melanda delapan desa di enam kecamatan di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (11/10) sore. Akibat cuaca ekstrem tersebut, ratusan rumah warga rusak dan banyak pohon tumbang. Selain itu, lima tiang saluran udara tegangan menengah dan 111 gardu distribusi listrik terdampak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, enam kecamatan yang dilanda bencana angin kencang adalah Sidoarjo, Tulangan, Candi, Krembung, Sukodono, dan Tanggulangin. Dampak paling parah terjadi di Kecamatan Tulangan, Candi, dan Krembung. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Total sekitar 130 rumah warga rusak, terbanyak di Desa Kedung Sumur sebanyak 31 unit rumah. Selain itu, di Desa Kedondong 26 rumah, Desa Durungbanjar 20 unit rumah, dan Desa Durungbedug sebanyak 24 rumah. Kerusakan rumah juga dilaporkan di Desa Keper, Wangkal, dan Jumputrejo.
”Selain rumah, sejumlah fasilitas umum juga rusak akibat diterjang angin. Fasilitas itu antara lain bangunan sekolah, pondok pesantren. Warung dan tempat usaha juga terdampak,” ujar Dwijo, Rabu (12/10/2022).
Dwijo mengatakan, hujan deras disertai angin kencang terjadi pada Selasa sekitar pukul 17.00. Kondisi permukiman warga yang dilanda bencana cukup mengkhawatirkan karena aliran listrik padam. Sukarelawan kesulitan mengidentifikasi dampak bencana karena kondisi yang gelap.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dalam kunjungannya ke rumah korban bencana mengatakan, rumah yang rusak segera mendapat bantuan perbaikan dari pemda. Selain itu, penanganan darurat segera dilakukan dengan melibatkan berbagai instansi, termasuk pemerintah desa sebagai ujung tombak.
”Kami pastikan rumah yang rusak segera mendapat bantuan perbaikan agar masyarakat bisa segera menempatinya kembali dengan rasa nyaman mengingat hujan masih berpotensi mengguyur dalam beberapa hari ke depan,” kata Muhdlor.
Manajer PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Sidoarjo M Eryan Saputra mengatakan, angin kencang telah menyebabkan sejumlah fasilitas listrik rusak. Data PLN menyebutkan, setidaknya lima tiang saluran udara tegangan menengah (SUTM) roboh dan 111 gardu distribusi listrik terdampak. Dampak terparah terjadi di Desa Durungbedug, Desa Durungbanjar, dan Desa Kedondong di Kecamatan Candi.
Akibat kerusakan fasilitas tersebut, dilakukan pemadaman listrik. Menyikapi hal itu, pihaknya telah melokalisasi listrik padam di Desa Durungbedug, Desa Durungbanjar, dan Desa Kedondong sehingga dapat mengurangi wilayah padam. Dari sebelumnya 111 gardu yang terdampak, siang ini tinggal tersisa dua gardu distribusi yang belum selesai diperbaiki.
”Tim terus bekerja keras, saat ini proses pendirian tiang dan perbaikan konstruksi. Proses pembangunan konstruksi sedang dilaksanakan, estimasi selesai secepatnya,” kata Eryan.
PLN menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan pelanggan. Selain itu, masyarakat diimbau senantiasa waspada terhadap potensi bahaya kelistrikan. Apabila terdapat potensi bahaya akibat cuaca ekstrem atau gangguan lain, pelanggan dapat melakukan pengaduan melalui PLN Mobile.
Rawan bencana
Dwijo mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun oleh tim pusdalops, bencana angin kencang kerap melanda sejumlah wilayah di Sidoarjo. Salah satunya di Kecamatan Wonoayu pada Selasa (4/10/2022) sekitar pukul 15.00. Belasan rumah, fasilitas umum, dan tempat usaha rusak diterjang angin kencang itu.
Kerusakan parah terjadi di Desa Mulyodadi dan Pagerngumbuk. Total lebih dari 20 bangunan rusak parah, terdiri dari 9 bangunan di Desa Mulyodadi dan 11 bangunan di Desa Pagerngumbuk.
Selain rumah warga, ada juga bangunan fasilitas umum dan tempat usaha yang rusak akibat bencana puting beliung. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Selain itu, meski rusak parah, rumah warga masih bisa ditinggali sehingga tidak ada yang mengungsi.
”Tim BPBD Sidoarjo melakukan koordinasi dengan pemerintah desa, kecamatan, serta warga untuk melakukan asesmen kerusakan. Kondisi saat ini, rumah warga masih ditempati dan aktivitas mereka berjalan normal,” ucap Dwijo.
Kepala Stasiun BMKG Juanda Taufiq Hermawan mengatakan, cuaca ekstrem berpotensi terjadi pada musim peralihan atau pancaroba dan awal musim hujan. Berdasarkan data analisis terkini, kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jatim masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah dalam sepekan ke depan.
Hasil analisis dinamika atmosfer itu menunjukkan adanya pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan. Aktifnya fenomena gelombang atmosfer Equatorial Rossby serta suhu muka laut di perairan Jatim yang masih hangat dengan anomali berkisar 1-3 derajat celsius menyebabkan suplai uap air akan semakin banyak di atmosfer.
Kondisi tersebut memengaruhi pembentukan awan-awan kumulonimbus, angin kencang, puting beliung, dan hujan es. Beberapa wilayah patut diwaspadai memiliki potensi cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.
Bencana diprediksi terjadi pada periode 10-16 Oktober 2022 di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Malang, Batu, Pasuruan, dan Probolinggo. Selain itu, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
”Masyarakat diimbau untuk melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran irigasi dan sungai-sungai, serta memangkas dahan dan ranting pohon. Selain itu, menertibkan baliho serta senantiasa waspada terhadap dampak bencana hidrometeorologi,” ujar Taufiq.