Korban Tragedi Kanjuruhan bertambah satu setelah Helen Priscella (21), warga Dampit, Kabupaten Malang, meninggal. Ia dirawat intensif di RSSA Malang selama 10 hari. Total korban Tragedi Kanjuruhan menjadi 132.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Korban Tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang, setelah Selasa (11/10/2022) sore, Helen Priscella (21), warga Dampit, Kabupaten Malang, meninggal. Sebelum meninggal Helen telah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang selama 10 hari. Dengan demikian, total korban meninggal dalam kasus tersebut menjadi 132 jiwa.
”Waktu kejadian, pasien mengalami cedera pinggang sehingga terjadi perdarahan dan shock yang cukup serius. Sudah diupayakan penanganan untuk mengatasi, termasuk dengan tindakan operasi dan ICU 10 hari. Namun, efek shock masih berkepanjangan dengan penyulit yang ditimbulkannya serta menyebabkan kematian,” kata Direktur Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang Kohar Hari Santoso, Selasa (11/10/2022).
RSSA Malang merupakan RS rujukan untuk merawat korban luka-luka akibat Tragedi Kanjuruhan. Dengan meninggalnya seorang pasien, hingga saat ini RSSA merawat 10 orang korban Tragedi Kanjuruhan. Empat di antara pasien tersebut adalah anak-anak (di bawah 18 tahun), dengan dua di antaranya dirawat di ruang intensif (intensive care unit) dan dua di high care unit (HCU).
Pada hari yang sama, Wali Kota Malang Sutiaji dan rombongan bertakziah ke rumah keluarga korban yang berasal dari Kecamatan Kedungkandang. Pemerintah Kota Malang memastikan agar keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menerima santunan dan layanan terapi psikologi. Warga Kota Malang yang meninggal akibat Tragedi Kanjuruhan mencapai 30 orang.
”Kehadiran kami mengajak dengan teman-teman dari Dinas Kesehatan, OPD, dan teman-teman dari trauma healing. Tim trauma healing ini akan memberikan pendampingan psikologi. Ini akan kami lakukan terus-menerus. Bukan hanya untuk keluarga 30 korban meninggal, tetapi termasuk para korban yang sekarang masih dirawat beserta keluarganya,” kata Sutiaji.
Dalam kunjungan tersebut, wali kota memastikan bahwa setiap keluarga korban juga menerima santunan sebagaimana seharusnya.
Adapun santunan untuk para korban berasal dari Presiden RI, Kementerian Sosial, Bank Jatim, Dinas Sosial, dan Pemkot Malang (melalui Baznas). Seluruh bantuan berupa uang tunai. Ada juga beberapa bantuan tambahan berupa sembako.
”Kunjungan ini diharapkan dapat menjadi penguat dan semangat bagi keluarga korban. Sekaligus sebagai bentuk kepedulian dan empati. Kami terus berusaha supaya meringankan beban. Walaupun ini tidak bisa menukar nyawa dari saudara kita yang telah pergi. Ini bentuk empati dari masyarakat kita dan menunjukkan bahwa pemerintah hadir,” kata Sutiaji.
Pada kunjungan ini, Wali Kota Sutiaji juga mengatakan pada keluarga, bahwa pemerintah melayani pendampingan psikologis untuk korban, keluarga, kerabat, maupun teman korban.
”Tadi kami sempat menggali informasi bahwa ada teman korban yang membutuhkan pendampingan psikologis. Sudah kami data. Jadi itu perlunya kami secara langsung berbelasungkawa kepada korban. Selain menguatkan keluarga, juga menggali informasi yang mungkin membantu mempercepat pemulihan keluarga atau lingkungan korban. Karena tidak semua informasi itu sampai ke crisis center," kata Sutiaji.
Kuswono (44), orangtua dari Audi Nesia Alfiari (20), korban meninggal, mengatakan bahwa keluarganya sudah langsung menerima santunan dukacita dari Presiden, Kementerian Sosial, dan sejumlah pihak lain. ”Sudah, kami sudah menerima bantuan itu. Memang tidak bisa menggantikan duka karena kehilangan anggota keluarga, tetapi setidaknya kami berterima kasih bahwa semua mendukung kami melewati masa-masa sedih ini,” katanya.
Setelah ini, harapan Kuswono adalah kasus tersebut diusut tuntas dan pihak yang bertanggung jawab bisa menerima hukuman setimpal. ”Selama ini saya nonton bola juga tidak pernah seperti ini. Kali ini pasti ada yang salah. Kami ingin kasus dituntaskan sehingga tidak lagi terulang di kemudian hari,” katanya.
Di rumah korban lain, Mutrikah, ibu dari Ria Amelia Putri, korban meninggal lainnya, bercerita belum bisa menerima kepergian putri tercintanya. Namun, ia berterima kasih atas perhatian pemerintah. ”Saya belum bisa menerima kejadian ini. Ria anak perempuan satu-satunya dari enam bersaudara. Namun, alhamdulillah untuk perhatian pemerintah kepada keluarga kami,” katanya.