Ada 39 Titik Rawan Bencana di Jabar, PT KAI Tambah 40 Petugas Jaga
PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2 Bandung menambah 40 petugas jaga untuk mengawasi 39 titik rawan bencana ini berada di sepanjang jalur KA selatan Jabar. Pemantauan di titik rawan dilakukan 24 jam penuh.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga sepekan ke depan membuat PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2 Bandung meningkatkan kewaspadaan. Kewaspadaan terutama dilakukan di 39 titik rawan bencana di sepanjang jalur kereta api di sebagian wilayah Jawa Barat. PT Kereta Api Indonesia menyiapkan 40 petugas tambahan di titik-titik rawan tersebut sehingga pemantauan titik rawan bisa dilakukan 24 jam penuh.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2 Bandung Kuswardoyo menyatakan, 39 titik rawan bencana ini berada di sepanjang jalur selatan Jabar. Potensi bencana di daerah rawan itu tidak hanya berupa banjir, tetapi juga pergerakan tanah yang berpotensi menyebabkan jalur ambles hingga longsor.
Menurut Kuswardoyo, jalur Daop 2 terbentang dari ujung timur di Kota Banjar hingga perbatasan Cibungur-Cikampek. Selain jalur utama tersebut, ada pula sebagian jalur cabang seperti di Pangandaran hingga Cipatat-Sukabumi. Kawasan yang dilintasi ini tidak hanya berbukit, tetapi juga ada yang melintasi sungai yang kerap meluap saat terjadi hujan deras.
”Ada daerah rawan longsor, seperti Purwakarta, lalu di Ciawi-Banjar. Ada juga rawan amblesan, seperti di Ciawi, karena pergerakan tanah cukup tinggi. Ada rawan banjir, seperti di Rancaekek, karena jalur (kereta) berdekatan dengan sungai,” ujarnya saat dihubungi di Bandung, Senin (10/10/2022).
Titik rawan bencana alam ini, lanjut Kuswardoyo, perlu diantisipasi. Apalagi, jalur kereta di bagian selatan jabar ini dilalui sekitar 40 perjalanan kereta api jarak jauh dan 62 perjalanan kereta api lokal. Karena itu, setiap perjalanan yang terganggu akibat kejadian bencana akan berdampak ke perjalanan lainnya.
”Kami menyiapkan 40 petugas tambahan di titik-titik rawan tersebut. Dengan tambahan ini, pemantauan di titik rawan bisa dilakukan 24 jam penuh,” katanya.
Pemindahan moda
Selain itu, untuk menjaga pelayanan tetap berjalan pada saat kejadian bencana, Kuswardoyo berujar, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi. Upaya ini meliputi pemindahan moda transportasi, menggunakan jalur lain, dan penggantian uang tiket jika perjalanan dibatalkan.
Perpindahan penumpang ke kendaraan lainnya atau overstappen ini dilakukan jika memungkinkan. Namun, jika kondisi tersebut tidak memungkinkan, seperti yang terjadi di petak jalan antara Jeruklegi-Kawunganten dan Sikampuh-Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (8/10/2022) lalu.
”Kalau kejadian itu, semua penumpang tidak bisa ke mana-mana karena di luar juga terjadi banjir, jadi opsi pindah kendaraan tidak bisa dilakukan. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan juga untuk memutar jalur karena semua sudah menumpuk,” ujarnya.
Dalam kondisi bencana alam tersebut, lanjut Kuswardoyo, penumpang juga diperbolehkan meminta pengembalian uang tiket. Apalagi, jika ada penumpukan seperti itu, jadwal kereta api juga bakal terganggu sehingga perlu penyesuaian jadwal ulang.
”Penyesuaian jadwal dilakukan dengan rekayasa yang dimungkinkan. Jika tidak, bisa saja ada beberapa perjalanan yang dibatalkan karena rangkaian tertahan. Jika dalam kondisi force majeure, seperti bencana, kami akan akomodasi pembatalan dan kembalikan 100 persen dari harga tiket,” katanya.
Kewaspadaan ini menjadi perhatian karena Jabar masih menghadapi potensi bencana hidrometeorologi dalam sepekan ke depan. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi hujan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai angin kencang terjadi dalam periode 9-15 Oktober 2022 di sebagian besar wilayah Jabar.
Kepala Stasiun Klimatologi Jabar Indra Gustari memaparkan, wilayah berpotensi ini membentang dari wilayah Jabar Selatan, Bandung Raya, hingga Pantai Utara Jawa. Kondisi ini terjadi karena kondisi dinamika atmosfer yang cukup signifikan sehingga meningkatkan pertumbuhan awan hujan.
”Kondisi dinamika atmosfer ini mampu meningkatkan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan, termasuk Jabar. Karena itu, perlu adanya antisipasi dan mitigasi di area yang rentan bencana,” ujarnya.