Minimalkan Dampak Banjir, Percepat Pengerukan 86 Sungai di Sidoarjo
Sidoarjo mempercepat pekerjaan pengerukan 86 sungai yang tersebar di wilayahnya. Kebijakan itu diambil untuk memperbesar daya tampung sungai dan memperlancar aliran air agar tidak terjadi banjir di musim hujan kali ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mempercepat pekerjaan pengerukan 86 sungai yang tersebar di wilayahnya. Kebijakan itu diambil untuk memperbesar daya tampung sungai dan memperlancar aliran air agar tidak terjadi banjir di musim hujan kali ini.
”Kalaupun terjadi banjir, diharapkan genangannya segera surut apabila aliran airnya berjalan lancar. Dampak bencana banjir terhadap kehidupan masyarakat tidak besar sehingga tidak sampai menurunkan tingkat kesejahteraan,” ujar Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, Sabtu (8/10/2022).
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo, total terdapat 86 titik sungai yang harus dikeruk tahun ini. Pengerukan tersebut merupakan bagian dari kegiatan normalisasi fungsi sungai. Tujuannya memperlancar arus atau aliran air dan memperbesar daya tampungnya.
Muhdlor mengatakan, mayoritas sungai di wilayahnya melintasi kawasan permukiman penduduk dan berdekatan dengan jaringan infrastruktur penting, seperti jalan, bahkan jalur kereta api. Dengan daya tampung yang besar dan aliran air yang lancar, puluhan sungai di Sidoarjo diharapkan tidak sampai meluap saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
”Kita tahu, luapan sungai akan mengancam permukiman penduduk dan sejumlah infrastruktur penting, seperti jalan raya, bahkan jaringan kereta api,” kata Muhdlor.
Dia menambahkan, pengerjaan normalisasi sungai tahun ini harus dikebut, terutama pada kali yang melewati padat penduduk. Dari 86 titik sungai, sebagian sudah rampung.
Sungai yang belum selesai dinormalisasi, antara lain, Sungai Purboyo 1 Desa Grabagan-Desa Modong, Kecamatan Tulangan. Kemudian, Sungai Pesawahan, Kecamatan Porong, dan Sungai Desa Ganggangpanjang, Kecamatan Tanggulangin.
”Percepatan pekerjaan pengerukan sungai ini diprioritaskan pada sungai-sungai yang berada di tengah permukiman agar rumah-rumah warga terhindar dari bencana,” ucap Muhdlor.
Untuk meningkatkan daya tampung sungai dan kelancaran aliran airnya, Pemkab Sidoarjo mengimbau warganya tidak membuang sampah rumah tangga. Sampah akan menyebabkan pendangkalan dan menghambat laju aliran air sehingga airnya meluber ke permukiman warga.
Kepala Bidang Irigasi dan Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sumber Daya Air Rizal Asnan mengatakan, pihaknya menargetkan sebelum akhir Desember pengerukan sudah tuntas.
Alasannya, puncak musim hujan diprediksi terjadi akhir tahun. Dari total 86 titik sungai yang dikeruk, sebagian besar sudah selesai dikerjakan dan sebagian lainnya menunggu penganggaran melalui APBD-Perubahan Tahun 2022.
”Dari 86 titik itu, mayoritas sudah dikerjakan, ada sebagian yang menunggu proses perubahan anggaran keuangan. Sasaran tahun ini lebih banyak dari sebelumnya, titiknya menyebar merata di 18 kecamatan,” ujar Rizal.
Upaya meminimalkan dampak banjir dilakukan dengan menyiagakan sejumlah pompa, antara lain pompa air di depan Mal Lippo Plaza, Kali Sidokare, Kali Bluru, dan Perumahan Bumi Citra Fajar. Total terdapat 28 unit pompa portabel yang disiagakan. Selain itu, sejumlah rumah pompa juga dipercepat pengerjaannya.
Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang (Taufik Hermawan).
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi menambahkan, instansi terkait lain juga diminta bersiaga penuh mengantisipasi bencana hidrometeorologi memasuki musim hujan kali ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo, misalnya, diminta bersiaga 24 jam, termasuk tagana di bawah koordinasi Dinas Sosial Sidoarjo.
Potensi bencana
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Sidoarjo mengingatkan masyarakat terkait potensi bencana hidrometeorologi menyusul dinamika atmosfer di wilayah Jatim. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Taufik Hermawan mengatakan, sejumlah daerah di Jatim mulai memasuki awal musim hujan, sebagian lagi musim pancaroba.
”Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang,” kata Taufik.
Sementara itu, pada Kongres President Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlement (Earoph) Ke-28 di Surabaya, Jawa Timur, yang berlangsung 5-8 Oktober, isu bencana juga mengemuka.
Ada empat subtema, antara lain, kota masa depan dan program perencanaan setelah Covid-19 serta mitigasi risiko bencana secara terintegrasi dalam kota dan perencanaan regional.
”Kemudian, inisiatif percepatan pemulihan ekonomi setelah Covid-19 dan aspek keberlanjutan dalam urbanisasi dan permukiman manusia,” ujar Presiden Earoph 2022-2024 Emil Elestianto Dardak.
Mitigasi bencana merupakan isu penting karena menjadi persoalan yang mendera kota-kota di berbagai belahan dunia. Mitigasi bencana ini semakin krusial seiring terjadinya perubahan iklim global yang berdampak pada cuaca ekstrem sehingga berpotensi memicu terjadinya bencana yang dampaknya mengancam masyarakat.