Dilanda Cuaca Ekstrem dan Pasang Sungai, Palembang Terendam Banjir
Sejumlah kawasan di Palembang dilanda banjir dengan ketinggian berkisar 50 sentimeter hingga 1 meter, Kamis (6/10/2022). Musibah ini terjadi dampak dari luapan air sungai yang pasang, diperparah hujan ekstrem.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sejumlah kawasan di Palembang dilanda banjir dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter hingga 1 meter, Kamis (6/10/2022). Musibah ini terjadi dampak dari luapan air sungai, diperparah hujan ekstrem dengan intensitas tertinggi sejak 30 tahun terakhir. Sejumlah langkah intervensi dilakukan untuk mengantisipasi banjir yang setiap tahun terjadi.
Banjir terjadi di beberapa kawasan, seperti di kawasan Sekip, Kawasan Celentang, Jalan R Soekamto, Kawasan 8 Ilir, Simpang Polda Sumsel, dan beberapa kawasan lainnya. Salah satu titik banjir, yakni di Jalan R Soekamto, bahkan membuat arus lalu lintas tersendat hingga 2 jam.
Alfarish Simaela (35), warga Talang Kelapa, Palembang, kesulitan untuk beraktivitas akibat banjir yang terjadi di beberapa kawasan di Palembang. ”Saya harus mencari jalan alternatif untuk menghindari banjir,” ucapnya.
Di beberapa titik jalan, ketinggian banjir bahkan mencapai 70 sentimeter (cm). Jika tetap dipaksakan, dikhawatirkan kendaraan roda dua yang ia kendarai bisa mogok. Kondisi ini terjadi di beberapa titik jalan, sejumlah kendaraan bermotor mengalami mogok di tengah banjir. Sejumlah warga dan petugas kepolisian membantu pengendara yang motornya mogok.
Aidil (29), warga 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, juga harus kerepotan melewati banjir yang terjadi di rumahnya. Dia mengatakan, sejak empat tahun terakhir, kawasan tempat tinggalnya selalu dilanda banjir.
Banjir terbesar di lingkungannya terjadi pada 25 Desember 2021. Saat itu, ketinggian banjir mencapai 1 meter. ”Saya khawatir di akhir tahun ini banjir besar bisa kembali terulang,” ucap Aidil.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Arliansyah mengatakan, untuk mengantisipasi banjir, pihaknya sudah menyiagakan dua alat pompa berkapasitas 250 liter dan 500 liter per detik di sejumlah titik rawan, utamanya di kawasan Sekip Bendung.
Menurut dia, banjir yang terjadi kali ini adalah akumulasi hujan deras yang terjadi ditambah sirkulasi pasang surut di hari sebelumnya. ”Memang, di pagi hari, Sungai Musi surut, tetapi pada sore dan malam hari, Sungai Musi akan pasang. Jika terjadi hujan deras, pasti akan terjadi banjir,” ujarnya.
Apalagi, Palembang merupakan kota tempat bertemunya tiga sungai besar sehingga risiko banjir akibat pasang surut air sungai pun sangat rentan terjadi. Kondisi ini diperparah dengan kondisi drainase yang kurang baik akibat tersumbat oleh sampah ataupun pembangunan yang menutupi saluran air.
Tersendatnya air inilah yang membuat pompa di Sekip Bendung tidak bisa optimal. ”Debit air yang masuk tidak sebanding dengan kapasitas pompa,” kata Ariliansyah. Akumulasi masalah ini memicu terciptanya 15 titik rawan banjir yang ada di Palembang.
Hujan ekstrem
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis mengatakan, hujan deras yang mengguyur Palembang sejak Rabu (5/10/2022) sore hingga malam hari yang terakumulasi pada Kamis pagi, 6 Oktober 2022, mencapai 188,7 milimeter (mm). Ini adalah curah hujan ekstrem tertinggi pada setiap bulan Oktober selama 30 tahun terakhir. Curah hujan tertinggi kedua tercatat sebesar 137 mm yang terjadi pada 6 Oktober 1980.
Pada keseluruhan bulan, curah hujan harian pada 6 Oktober 2022 tersebut berada pada ranking kedua tertinggi. Curah hujan terbesar pertama adalah 215 mm yang terjadi pada 5 Maret 2002.
Masih menguatnya La Nina dan IOD negatif yang mendorong peningkatan curah hujan selama musim hujan 2022/2023 dan fenomena cuaca skala sinoptik dan lokal merupakan faktor-faktor pendorong terjadinya hujan ekstrem tersebut.
Wandayantolis mengingatkan, secara umum Sumatera Selatan telah berada pada periode musim hujan dengan prakiraan sifat hujannya sebagian besar di atas normal. Artinya selama musim hujan 2022/2023 curah hujannya akan berada di atas rata-ratanya.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor. Untuk kewaspadaan, perlu terus ditingkatkan dengan terus memantau peringatan dini BMKG dan imbauan dari pemerintah setempat.
Wali Kota Palembang Harnojoyo mengajak masyarakat untuk turut berperan menjaga lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menutup drainase yang menjadi tempat mengalirnya air. Dia mengingatkan, Palembang sebagai daerah hilir dari Sungai Musi sangat rawan dilanda banjir jika sarana drainasenya tidak benar-benar dijaga.
Kini, sejumlah upaya tengah dilakukan untuk membenahi sistem drainase, mulai dari menertibkan bangunan yang dibangun di atas drainase hingga membudayakan untuk membersihkan sedimentasi yang berpotensi menghambat drainase dan aliran sungai.