Banjir di Palembang, Sumatera Selatan, menelan dua korban jiwa. Meski kini banjir telah berangsur surut, masyarakat diminta tetap waspada karena cuaca ekstrem diperkirakan masih bisa terjadi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KAPOLSEK KALIDONI AJUN KOMISARIS IRWAN SIDIK
Situasi derasnya arus banjir di Jalan MP Mangkunegara Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (25/12/2021).
PALEMBANG, KOMPAS — Banjir di Palembang, Sumatera Selatan, menelan dua korban jiwa akibat terseret arus dan tersetrum listrik. Saat ini, banjir di ibu kota provinsi itu sudah surut. Namun, masyarakat diminta tetap waspada karena potensi curah hujan ekstrem masih mengintai.
Kepala Polsek Kalidoni Ajun Komisaris Irwan Sidik mengatakan, satu korban bernama Sulasih (47) meninggal setelah terseret arus deras banjir dan masuk ke gorong-gorong di kawasan Jalan MP Mangkunegara. Saat kejadian, ibu rumah tangga itu sedang mengendarai sepeda motor melewati arus deras banjir.
Namun, karena tidak seimbang, dia terjatuh bersama kendaraannya. Sepeda motornya tergeletak di jalan, sementara tubuh korban terbawa arus deras banjir dan masuk ke gorong-gorong. ”Korban terseret arus sejauh 30 meter,” katanya.
Mendapat laporan tersebut, polisi bersama Tim SAR Palembang segera mencari korban. Tubuh Sulasih kemudian ditemukan tersangkut di bawah gorong-gorong. Butuh waktu sekitar satu jam untuk mengevakuasi korban. ”Saat ditemukan, Sulasih sudah tidak bernyawa,” ujar Irwan.
Jenazah korban langsung dibawa ke RS Bhayangkara Palembang. Irwan mengatakan, kemungkinan korban meninggal karena arus deras yang menghantam tubuhnya.
Saat ini, banjir di Kalidoni sudah surut. Namun, Irwan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena jika hujan deras mengguyur, banjir bisa saja datang lagi. ”Melihat dari kejadian ini, ketika ada banjir, lebih baik menghindar dan mencari jalan alternatif lain,” katanya.
Hujan yang kita alami pagi tadi masuk kategori ekstrem sehingga walau semua pompa sudah dioperasikan, tetap saja banjir.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menuturkan, Azili (50), warga Kecamatan Sukarami, Palembang, tewas di rumahnya karena tersetrum arus listrik. Saat peristiwa itu terjadi, kawasan tersebut sedang banjir dengan ketinggian hingga 50 sentimeter.
Azili yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang itu tersetrum ketika sedang mencabut saklar mesin pompanya, Sabtu dini hari. Saat hendak dibawa ke rumah sakit, nyawanya sudah tidak tertolong.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Beberapa orang sedang mengatur lalu lintas di area banjir di Jalan Basuki Ramat, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (25/12/2021).
Dari catatan tim di lapangan, ujar Ansori, banjir di Palembang setidaknya merendam 17 kawasan dengan ketinggian 40 sentimeter hingga 1 meter. Lokasi dengan banjir terparah di Kecamatan Sukarami dan Kemuning. Sejumlah perahu karet dikerahkan untuk mengevakuasi warga. Pada Sabtu malam, banjir sudah surut.
Sekretaris Daerah Palembang Ratu Dewa mengatakan, saat ini banjir di sejumlah titik di Palembang sudah berangsur surut berkat pompa yang dioperasikan di beberapa kawasan rawan. Sejak Jumat (24/12/2021) pun, tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang sudah mengerahkan petugas untuk mengoperasikan semua pompa yang ada.
Namun, banjir masih saja terjadi. Hal itu disebabkan tingginya curah hujan yang tidak sebanding dengan debit air yang diserap oleh pompa. Hal ini diperparah dengan pasangnya air laut. ”Hujan yang kita alami pagi tadi masuk kategori ekstrem sehingga walau semua pompa sudah dioperasikan, tetap saja banjir,” kata dia.
Selain itu, banjir juga disebabkan terbatasnya kolam retensi. Hingga saat ini, Palembang hanya memiliki 46 kolam, padahal kebutuhan retensi 77 kolam. ”Ke depan, ada beberapa kolam retensi yang juga akan dibangun. Saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan,” kata Dewa.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Banjir merendam ruas Jalan Basuki Rahmat Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (25/12/2021).
Faktor lain adalah masih adanya tumpukan sampah yang menyumbat saluran air sehingga banjir tak terelakan. Hal ini terjadi di kawasan Sukabangun, Kecamatan Sukarami, yang pada banjir kali ini ketinggian air mencapai 1 meter. ”Kami sudah melakukan pengerukan dan mengambil sampah yang menyumbat saluran. Harapannya banjir bisa segera surut,” katanya.
Dewa berharap agar semua pihak waspada karena BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan terjadi dalam dua hari ke depan. Dirinya juga meminta masyarakat bersabar karena semua aparatur sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengantisipasi banjir.
Akibat banjir, Gereja Siloam Palembang membatalkan ibadah Natal secara luring karena gereja terendam banjir. Jemaat diimbau melakukan ibadah secara daring. Jadwal ibadah pun tertunda satu jam.
Petugas Gereja Siloam Palembang, Suwityo, mengatakan, banjir mulai terjadi pada pukul 06.00. Saat itu, air sudah memasuki ruang gereja. Ketinggian banjir di dalam gereja mencapai 5 sentimeter. Tiga jam berselang, banjir pun surut. Selama 33 tahun bekerja di gereja tersebut, Suwityo tidak pernah merasakan banjir separah itu. ”Kalaupun banjir, tidak pernah sampai masuk ke dalam gereja,” katanya sembari membersihkan sisa lumpur di halaman gereja.