Harga BBM Naik, Harga Kebutuhan Pokok di Palembang Ikut Melonjak
Setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, harga bahan kebutuhan pokok di Palembang, Sumatera Selatan, ikut melonjak. Hal ini membuat daya beli masyarakat menurun.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, harga bahan kebutuhan pokok di Palembang, Sumatera Selatan, ikut melonjak. Kondisi ini membuat daya beli masyarakat menurun. Pemerintah segera melakukan sejumlah upaya untuk meredam lonjakan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
Berdasar pantauan di Pasar Km 5 Palembang, Senin (5/9/2022), harga sejumlah kebutuhan bahan pokok, seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah, meningkat setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Harga cabai merah keriting yang semula Rp 70.000 per kilogram (kg) naik menjadi Rp 90.000 per kg. Begitu juga harga cabai rawit, dari yang semula Rp 50.000 per kg menjadi Rp 70.000 per kg.
Aini (42), pedagang sayur, mengatakan, kenaikan harga ini sudah terjadi sejak dua hari yang lalu, tepat saat harga BBM bersubsidi naik. ”Selain harga BBM yang naik, lonjakan harga disebabkan oleh terbatasnya stok di pasar,” ucapnya.
Akibat kenaikan harga, Aini menyebut, daya beli masyarakat menurun. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah barang dagangannya yang terjual. ”Biasanya, kalau sudah tengah hari, dagangan saya sudah habis, tetapi sekarang masih banyak menumpuk. Saya khawatir, kalau tidak terjual, dagangan saya bisa busuk,” katanya.
Menurunnya daya beli juga dirasakan pedagang telur di Pasar Km 5 Palembang, Lili (36). Dia mengatakan, walau harga telur sudah membaik dibandingkan dengan sebulan lalu, tetap saja daya beli menurun. Bulan lalu, harga telur bisa mencapai Rp 30.000 per kg, sementara sekarang menjadi Rp 27.000 per kg.
”Harga telur di Palembang masih lebih murah dibandingkan dengan Jawa karena jarak antara peternak dan pedagang tidak terlalu jauh,” ujar Lili.
Zaitun, pedagang ayam di Pasar Lemabang, Palembang, mengatakan, harga daging ayam juga stabil di kisaran Rp 28.000 per kg. Hal itu karena ayam yang ia jual merupakan stok lama. ”Mungkin jika ambil pasokan baru, harganya bisa lebih mahal lagi,” ucapnya.
Ayam stok lama itu masih dijual karena jumlah pembeli menurun sesudah kenaikan harga BBM. Sebelum harga BBM naik, dalam satu hari ia bisa menjual 80 kg daging ayam. ”Sekarang hanya 40 kg- 50 kg per hari,” ujar Zaitun.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Selatan Ruzuan Efendi mengatakan, kenaikan harga barang sesudah kenaikan BBM memang bisa saja terjadi. ”Sekarang, mau tidak mau, ada harga keekonomian baru yang tentu harus disesuaikan,” ucapnya.
Di sisi lain, dia berharap agar masyarakat mulai membiasakan diri menanam atau beternak sejumlah komoditas untuk mengurangi pengeluaran, misalnya cabai, tomat, lele, dan ayam.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel Erwin Soeriadimadja menuturkan, sesudah penyesuaian harga BBM bersubsidi, fokus utama yang harus dilakukan adalah menjaga stabilitas pangan dan daya beli masyarakat. ”Selain itu, aktivitas ekonomi harus dijaga agar pertumbuhan ekonomi daerah bisa terus bergerak ke arah yang positif,” kata Erwin.
Agar program itu dapat berjalan optimal, ujar Erwin, pihaknya melibatkan tim pengendali inflasi daerah di Sumsel serta kabupaten/kota untuk menerapkan sejumlah langkah, misalnya menggelar operasi pasar, memperluas kerja sama antardaerah untuk menjaga stabilitas komoditas bahan pangan, serta refocusing atau penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Menjaga stabilitas harga bahan pangan sangat penting karena kontribusinya terhadap inflasi cukup besar, yakni mencapai 12 persen. ”Yang terpenting saat ini adalah menjaga pasokan komoditas agar tidak terjadi gejolak yang bisa memicu inflasi,” kata Erwin.Selain itu, lanjut Erwin, diperlukan juga digitalisasi pertanian (digital farming), dukungan penyediaan sarana produksi pertanian, serta komunikasi yang efektif agar inflasi terus terjaga.
Erwin menyebut, tingkat inflasi di Sumsel masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata inflasi di Pulau Sumatera. Per Agustus 2022, tingkat inflasi di Sumsel mencapai 5,44 persen atau masih di bawah rata-rata inflasi di Sumatera yang sebesar 5,92 persen.
Wali Kota Palembang Harnojoyo menuturkan, pihaknya akan melakukan operasi pasar di setiap wilayah di Palembang guna mendongkrak daya beli masyarakat. ”Nantinya satu kelurahan akan ada satu pasar murah sehingga bisa lebih dijangkau masyarakat,” ucapnya.
Selain itu, penyaluran bantuan langsung tunai juga akan diberikan kepada warga yang membutuhkan. Dengan dua langkah ini, diharapkan daya beli masyarakat bisa tetap terjaga.
Harnojoyo memastikan pasokan barang komoditas pokok, seperti cabai, bawang merah, dan telur, cukup terjaga. Namun, dibutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan pihak terkait agar proses distribusi bisa berjalan baik. ”Harapannya, tingkat inflasi di Palembang bisa stabil di kisaran 3 persen plus minus 1 persen,” tuturnya.
Sesudah penyesuaian harga BBM bersubsidi, fokus utama yang harus dilakukan adalah menjaga stabilitas pangan dan daya beli masyarakat.
Tolak kenaikan harga BBM
Sementara itu, sekitar 200 mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Sumatera Selatan mengadakan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumsel di Palembang, Senin (5/9/2022). Mereka meminta agar pemerintah merevisi kebijakan untuk menaikan harga BBM bersubsidi.
”Kebijakan ini tentu akan memberatkan warga di tengah upaya pemulihan ekonomi pascapandemi,” ujar Ketua PMII Cabang Sumsel Pardinan.
Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk dan karton yang berisi penolakan akan kenaikan BBM bersubsidi. Bahkan, mereka membawa replika keranda mayat sebagai simbol matinya keadilan. Aksi mereka pun dikawal oleh ratusan polisi yang juga membentangkan kawat berduri.
Menurut Pardian, kenaikan harga BBM bersubsidi akan berpengaruh pada kenaikan harga bahan pokok, transportasi, dan aspek lainnya. ”Lebih baik ada pembatasan BBM bersubsidi daripada menaikkan harga,” ucapnya. Pembatasan itu bisa dilakukan dengan pengawasan secara ketat agar penyaluran BBM bersubsidi bisa tepat sasaran.